Ringkasan
Buku ini menjelaskan enam jalan yang diajarkan oleh Krishna Dwipayana Wyasa, 
Sidharta Gautama, Abraham, Musa, Yesus, dan Muhammad.
 
Krishna Dwaipayana Wyasa menulis buku Mahabharata menjelaskan jalan yang 
ditempuh Pandawa sampai ke Surga. Si penulis cerita belum pernah mengalami 
sendiri perjalanan tersebut tetapi dengan kekuatan pikirannya ia dapat 
menggambarkan jalan terbaik menuju Tuhan.
 
Sidharta Gautama meninggalkan kemewahan duniawi mencari jalan menunju Nirvana. 
Setelah melalui perjuangan batin yang berat ia sampai pada kondisi kekosongan 
sehingga berhak disebut Buddha. Pengalamannya mendapatkan penerangan sempurna 
yang kemudian dibagikan kepada orang yang mau mengikutinya adalah jalan menuju 
Tuhan.
 
Abraham tidak mencari jalan menuju Tuhan tetapi dalam kesulitan yang 
dihadapinya tiba-tiba ia bertemu dengan Tuhan yang kemudian selalu hadir 
mendampinginya dalam mengayuh bahtera kehidupan. Jalan hidup berkeluarga yang 
ditempuh Abraham adalah jalan bersama Tuhan.
 
Musa bertemu Tuhan setelah melihat semak berapi yang tidak membakar semak 
tersebut lalu Tuhan mengutus Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. 
Musa berjalan membimbing bangsa Israel menuju tanah yang dijanjikan Tuhan dan 
perjalanan memimpin bangsa Israel tersebut adalah perjalanan bersama Tuhan.
 
Yesus banyak melakukan perjalanan, tetapi bukan perjalanan itu yang diajarkan 
sebagai jalan menuju Tuhan karena Yesus mengatakan, “Akulah jalan.” Setelah 
Yesus disalibkan Rasul Paulus mengajarkan Jalan Yang Lurus, yaitu jalan yang 
boleh ditempuh oleh mereka yang mau menerapkan apa yang diajarkan Yesus.
 
Ketika Muhammad lahir, berbagai jalan menuju Tuhan sudah ditulis di dalam 
kitab-kitab suci. Tetapi Muhammad yang buta huruf tidak dapat membaca buku-buku 
tersebut, lalu berdoa kepada Tuhan, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” Tuhan 
menjawab, “Bacalah.” Karena tetap tidak dapat membaca, Muhammad mengajarkan 
kepada pengikutnya, sembahyang lima kali sehari sebanyak tujuh belas kali 
berseru kepada Tuhan, “Tunjukanlah kami jalan yang lurus.”
 
bahtera kehidupan. Jalan hidup berkeluarga yang ditempuh Abraham adalah jalan 
bersama Tuhan.
 
Musa bertemu Tuhan setelah melihat semak berapi yang tidak membakar semak 
tersebut lalu Tuhan mengutus Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. 
Musa berjalan membimbing bangsa Israel menuju tanah yang dijanjikan Tuhan dan 
perjalanan memimpin bangsa Israel tersebut adalah perjalanan bersama Tuhan.
 
Yesus banyak melakukan perjalanan, tetapi bukan perjalanan itu yang diajarkan 
sebagai jalan menuju Tuhan karena Yesus mengatakan, “Akulah jalan.” Setelah 
Yesus disalibkan Rasul Paulus mengajarkan Jalan Yang Lurus, yaitu jalan yang 
boleh ditempuh oleh mereka yang mau menerapkan apa yang diajarkan Yesus.
 
Ketika Muhammad lahir, berbagai jalan menuju Tuhan sudah ditulis di dalam 
kitab-kitab suci. Tetapi Muhammad yang buta huruf tidak dapat membaca buku-buku 
tersebut, lalu berdoa kepada Tuhan, “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” Tuhan 
menjawab, “Bacalah.” Karena tetap tidak dapat membaca, Muhammad mengajarkan 
kepada pengikutnya, sembahyang lima kali sehari sebanyak tujuh belas kali 
berseru kepada Tuhan, “Tunjukanlah kami jalan yang lurus.”
 
 
Ringkasan

Perang Salib antara Islam dan Kristen sudah lama berlalu, namun perbedaan 
pendapat di antara keduanya masih ada hingga sekarang. Prof. H. Hasbullah Bakry 
SH dalam bukunya yang berjudul Nabi Isa dalam Al Quran dan Nabi Muhammad SAW 
Dalam Bible di tahun 1959 menulis, "Salah satu bukti keaslian Al Quran sebagai 
wahyu Allah ialah kebenaran petunjuknya dalam mengoreksi dan menunjukkan adanya 
ayat-ayat buatan manusia itu dalam kitab-kitab suci Taurat dan Injil. Dan bukti 
itu tidak dapat ditolak oleh umat Yahudi dan Nasrani yang sehat akalnya."Dr. 
Jerald F. Dirk, seorang pendeta Kristen, mungkin termasuk orang Nasrani yang 
sehat akalnya sehingga pindah menjadi Islam. Dalam bukunya yang berjudul Salib 
di Bulan Sabit menulis, "Tradisi Islam menegaskan bahwa telah terjadi banyak 
penyelewengan dalam Alkitab sepanjang sejarah, dan bahwa penyebutan Ishak dalam 
Kitab Kejadian 22 merupakan sebagian contoh penyelewengan dari teks 
aslinya."Tanggal 8 Oktober 2006. H.
 Ahmad Mansur Suryanegara menulis di Harian Pikiran Rakyat, "Alquran merupakan 
kitab suci yang benar dan terpelihara... membenarkan kembali kitab suci 
terdahulu. Karena kitab suci Taurat, Zabur, dan Injil tinggal namanya saja. 
Isinya telah terjadi penyimpangan... Selanjutnya bila di tengah masyarakat 
terdapat kitab suci dengan nama Taurat, Zabur, dan Injil tetapi isinya 
bertentangan dengan Al Quranul Karim, maka kitab suci tersebut palsu."Kisah 
Nabi Ibrahim ada di dalam Alquran sedangkan kisah aslinya dengan nama Abraham 
ada di Kitab Taurat. Mana yang palsu dari kedua kisah tersebut, dapat 
disimpulkan sendiri oleh pembaca yang sehat akalnya setelah melihat perbedaan 
kedua kisah tersebut yang dipaparkan dalam buku ini.
 
 
Ringkasan 

Ajaran Yesus tentang pajak bukan ajaran agama karena tidak ada imbauan untuk 
menyembah kepada Yesus atau mengakui Yesus sebagai Anak Allah atau nabi. Apa 
yang diajarkan oleh Yesus hanyalah imbauan untuk menjadi warga negara yang baik 
dengan membayar pajak dan imbauan tersebut berlaku bagi semua orang apa pun 
agama dan kepercayaan yang dianutnya.Terlebih bagi umat Islam, Yesus yang di 
dalam Alquran disebut denga nama Isa adalah salah seorang nabi yang mendapat 
tempat terhormat, selain diakui telah mendatangkan banyak mukjizat juga 
ajarannya tentang hari kiamat dibenarkan. Bahkan Alquran bukan hanya 
mencantumkan kisah tentang Isa tetapi juga membenarkan bahwa Taurat dan Injil 
adalah kitab dari Allah sebelum diturunkan Alquran. Sehingga ajaran Yesus 
tentang pajak yang isinya tidak bertentangan dengan Alquran sudah selayaknya 
juga menjadi ajaran bagi seluruh umat Islam.
 
 
Ringkasan
Ini bukan buku sejarah dan penulisnya juga bu-kan sejarahwan. Isinya merupakan 
kajian dari tulisan-tulisan para pelaku sejarah dan pengamat politik yang ada 
nama. Dirangkum, dijalin dan dirangkai hingga menjadi paparan tulisan yang 
menemukan nalarnya sendiri. Ini menarik karena tanpa disadari pernah timbul 
cerita yang beraneka versi itu. Asyik karena buku ini ditulis dalam rangkaian 
yang enak dibaca. Tidak terlintas bahwa suatu fakta sejarah dapat dilihat dalam 
banyak dimensi. Barangkali inilah yang disebut: "Tod Capita Quod Sensus" (Tiap 
kepala mempunyai pendapatnya sendiri). Memang benar cerita sejarah tak pernah 
final!-- 
Harry Tjan Silalahi, aktivitas kemudian menjadi pengamat politik di CSIS

Uraian dan analisis penulisan buku ini disajikan dengan menggunakan bahasa 
populer, dengan gaya penuturan sejarah yang mengalir, mencoba memadukan 
berbagai sumber atau referensi yang mudah dilacak, sehingga pembaca tidak perlu 
membaca secara detail buku atau referensi tersebut. Bagi para tokoh senior di 
bidang politik, hukum, ekonomi, militer, dan budaya maupun agama, buku ini 
secara jujur akan mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa dalam perjalanan 
perjuangan bangsa ini sehingga kita bisa meluruskan sejarah dengan tepat. Bagi 
generasi muda, dengan mempelajari buku ini, mereka akan segera memahami situasi 
kemelut sekitar G-30-S yang perlu diluruskan dan dijernihkan. Hal ini penting 
dalam melangkah ke depan bagi generasi penerus untuk melanjutkan kepemimpinan 
Negara Kemerdekaan Indonesia dengan pemikiran yang jernih dan hati yang 
tulus.-- 
Dr. Hadori Yunus, Ketua Umum DPN Keluarga Besar Marhaenis

Memang tragis baik Bung Karno maupun Pak Harto dihujat oleh orang sebangsanya 
sendiri ketika sudah tidak berkuasa lagi bahkan sampai sesudah wafatnya. Salah 
satu penyebabnya, ada informasi bahwa Sukarno secara bertahap diturunkan oleh 
Suharto dari jabatannya karena harus bertanggung jawab atas peristiwa G-30-S 
dan dengan memanipulasi Supersemar, Suharto berhasil mengakhiri kekuasaan 
Sukarno. Cerita yang disajikan di dalam buku ini sangat berbeda. Di tengah 
kesulitan yang dihadapi Indonesia, Sukarno mempersiapkan dengan baik agar 
Suharto dapat melanjutkan kepemimpinannya meneruskan perjuangan membangun 
Indonesia. Cerita yang dibangun atas data dan fakta yang dapat 
dipertanggungjawabkan berhasil mengubah pandangan saya bahwa baik Sukarno 
maupun Suharto tidak seburuk cerita yang beredar di masyarakat. Mudah-mudahan 
buku ini dapat menjadi terang bagi bangsa Indonesia yang masih hidup dalam 
kegelapan.-- 
Pengagum Bung Karno yang tidak mau dicantumkan namanya.
 
 
 
 
Ringkasan

Perang Salib antara Islam dan Kristen sudah lama berlalu, namun perbedaan 
pendapat di antara keduanya masih ada hingga sekarang. Prof. H. Hasbullah Bakry 
SH dalam bukunya yang berjudul Nabi Isa dalam Al Quran dan Nabi Muhammad SAW 
Dalam Bible di tahun 1959 menulis, "Salah satu bukti keaslian Al Quran sebagai 
wahyu Allah ialah kebenaran petunjuknya dalam mengoreksi dan menunjukkan adanya 
ayat-ayat buatan manusia itu dalam kitab-kitab suci Taurat dan Injil. Dan bukti 
itu tidak dapat ditolak oleh umat Yahudi dan Nasrani yang sehat akalnya."Dr. 
Jerald F. Dirk, seorang pendeta Kristen, mungkin termasuk orang Nasrani yang 
sehat akalnya sehingga pindah menjadi Islam. Dalam bukunya yang berjudul Salib 
di Bulan Sabit menulis, "Tradisi Islam menegaskan bahwa telah terjadi banyak 
penyelewengan dalam Alkitab sepanjang sejarah, dan bahwa penyebutan Ishak dalam 
Kitab Kejadian 22 merupakan sebagian contoh penyelewengan dari teks 
aslinya."Tanggal 8 Oktober 2006. H.
 Ahmad Mansur Suryanegara menulis di Harian Pikiran Rakyat, "Alquran merupakan 
kitab suci yang benar dan terpelihara... membenarkan kembali kitab suci 
terdahulu. Karena kitab suci Taurat, Zabur, dan Injil tinggal namanya saja. 
Isinya telah terjadi penyimpangan... Selanjutnya bila di tengah masyarakat 
terdapat kitab suci dengan nama Taurat, Zabur, dan Injil tetapi isinya 
bertentangan dengan Al Quranul Karim, maka kitab suci tersebut palsu."Kisah 
Nabi Ibrahim ada di dalam Alquran sedangkan kisah aslinya dengan nama Abraham 
ada di Kitab Taurat. Mana yang palsu dari kedua kisah tersebut, dapat 
disimpulkan sendiri oleh pembaca yang sehat akalnya setelah melihat perbedaan 
kedua kisah tersebut yang dipaparkan dalam buku ini.
 
 
Ringkasan 

Ajaran Yesus tentang pajak bukan ajaran agama karena tidak ada imbauan untuk 
menyembah kepada Yesus atau mengakui Yesus sebagai Anak Allah atau nabi. Apa 
yang diajarkan oleh Yesus hanyalah imbauan untuk menjadi warga negara yang baik 
dengan membayar pajak dan imbauan tersebut berlaku bagi semua orang apa pun 
agama dan kepercayaan yang dianutnya.Terlebih bagi umat Islam, Yesus yang di 
dalam Alquran disebut denga nama Isa adalah salah seorang nabi yang mendapat 
tempat terhormat, selain diakui telah mendatangkan banyak mukjizat juga 
ajarannya tentang hari kiamat dibenarkan. Bahkan Alquran bukan hanya 
mencantumkan kisah tentang Isa tetapi juga membenarkan bahwa Taurat dan Injil 
adalah kitab dari Allah sebelum diturunkan Alquran. Sehingga ajaran Yesus 
tentang pajak yang isinya tidak bertentangan dengan Alquran sudah selayaknya 
juga menjadi ajaran bagi seluruh umat Islam.
 
 
Ringkasan
Ini bukan buku sejarah dan penulisnya juga bu-kan sejarahwan. Isinya merupakan 
kajian dari tulisan-tulisan para pelaku sejarah dan pengamat politik yang ada 
nama. Dirangkum, dijalin dan dirangkai hingga menjadi paparan tulisan yang 
menemukan nalarnya sendiri. Ini menarik karena tanpa disadari pernah timbul 
cerita yang beraneka versi itu. Asyik karena buku ini ditulis dalam rangkaian 
yang enak dibaca. Tidak terlintas bahwa suatu fakta sejarah dapat dilihat dalam 
banyak dimensi. Barangkali inilah yang disebut: "Tod Capita Quod Sensus" (Tiap 
kepala mempunyai pendapatnya sendiri). Memang benar cerita sejarah tak pernah 
final!-- 
Harry Tjan Silalahi, aktivitas kemudian menjadi pengamat politik di CSIS

Uraian dan analisis penulisan buku ini disajikan dengan menggunakan bahasa 
populer, dengan gaya penuturan sejarah yang mengalir, mencoba memadukan 
berbagai sumber atau referensi yang mudah dilacak, sehingga pembaca tidak perlu 
membaca secara detail buku atau referensi tersebut. Bagi para tokoh senior di 
bidang politik, hukum, ekonomi, militer, dan budaya maupun agama, buku ini 
secara jujur akan mengingatkan kembali peristiwa-peristiwa dalam perjalanan 
perjuangan bangsa ini sehingga kita bisa meluruskan sejarah dengan tepat. Bagi 
generasi muda, dengan mempelajari buku ini, mereka akan segera memahami situasi 
kemelut sekitar G-30-S yang perlu diluruskan dan dijernihkan. Hal ini penting 
dalam melangkah ke depan bagi generasi penerus untuk melanjutkan kepemimpinan 
Negara Kemerdekaan Indonesia dengan pemikiran yang jernih dan hati yang 
tulus.-- 
Dr. Hadori Yunus, Ketua Umum DPN Keluarga Besar Marhaenis

Memang tragis baik Bung Karno maupun Pak Harto dihujat oleh orang sebangsanya 
sendiri ketika sudah tidak berkuasa lagi bahkan sampai sesudah wafatnya. Salah 
satu penyebabnya, ada informasi bahwa Sukarno secara bertahap diturunkan oleh 
Suharto dari jabatannya karena harus bertanggung jawab atas peristiwa G-30-S 
dan dengan memanipulasi Supersemar, Suharto berhasil mengakhiri kekuasaan 
Sukarno. Cerita yang disajikan di dalam buku ini sangat berbeda. Di tengah 
kesulitan yang dihadapi Indonesia, Sukarno mempersiapkan dengan baik agar 
Suharto dapat melanjutkan kepemimpinannya meneruskan perjuangan membangun 
Indonesia. Cerita yang dibangun atas data dan fakta yang dapat 
dipertanggungjawabkan berhasil mengubah pandangan saya bahwa baik Sukarno 
maupun Suharto tidak seburuk cerita yang beredar di masyarakat. Mudah-mudahan 
buku ini dapat menjadi terang bagi bangsa Indonesia yang masih hidup dalam 
kegelapan.-- 
Pengagum Bung Karno yang tidak mau dicantumkan namanya.
 
Bagi yang memerlukan dapat menghubungi kami hik...@yahoo.com 


      

Kirim email ke