uraian NAGARAKRETAGAMA tentang GAJAH MADA

Nagarakretagama adalah sastra kakawin karya pujangga besar Rakawi (mPu)
Prapanca yang juga bernama Nadendra, seorang Dharmadhyaksa ring
Kasaugatan (Budha), menggubah sampai dengan tahun 1365.

Ditemukan pertama kali di Puri Cakranegara, Lombok, dengan teks dalam
huruf Bali.

Pada bulan Juli 1978 mulai ditemukan naskah Nagarakretagama di beberapa
tempat di Bali: di Amlapura (Karang Asem), di Geria Pidada di Klungkung
dan dua naskah lagi di Geria Carik Sideman.

Yang di Amlapura, milik seorang guru, pada halaman pertama tertulis
wawacan Jawa, artinya isi naskah itu bertalian dengan sejarah Jawa
(Majapahit).

Pertama kali diterbitkan dalam huruf Bali, kemudian diterjemahkan oleh
H. Kern dengan beberapa keterangan dari N.J. Krom. Pigeaud menerbitkan
Nagarakretagama dengan judul: Java in the Fourteenth Century yang
terdiri dari lima jilid. Slamet Mulyana juga menerbitkan Nagarakretagama
ini.

Dari 98 pupuh dan 384 pada, Gajah Mada hanya disebut dalam sepuluh pada,
antara lain :

"Sebelah timur laut adalah tempat tinggal sang Gajah Mada, Patih dari
Majapahit yang utama, seorang menteri yang perwira, bijaksana dalam
kepemimpinan serta jujur dan berbakti pada raja, fasih dan tajam
bicaranya, hormat, tenang, teguh pendirian, gesit dan tidak ragu-ragu
dalam tindakan, pengawas tertinggi istana raja dan mengamankan kejayaan
raja sebagai penguasa dunia." (Nagarakretagama 12.4 :10).

"Ada sebuah pemukiman tempat seorang pemeluk agama Budha, yaitu
Madakaripura, terpuji keindahannya, pemukiman anugerah raja kepada patih
Gajah Mada, tempat peristirahatannya sangat teratur dan dihias, ingin
meninjau, (mereka) pergi ke sana melewati Trasungai, mandi di Capahan
dan mengadakan pemujaan." (Nagarakretagama 19.2:17)

"Dalam tahun saka, api panah matahari (1253) musuh musnah, Sadeng dan
Keta diserang oleh pasukan sendiri, pada waktu itu, perlindungan dunia
diserahkan pada sang menteri yang bernama Mada yang sangat arif."
(Nagarakretagama 49.3:36)

"Pada pagi hari tersebutlah sang Raja keluar menerima para keluarga dan
menteri sudah berkumpul, para pangeran dan lain-lain serta para patih
duduk teratur di bangsal. Di sana patih yang perwira Gajah Mada
menghadap, tunduk dan berkata dengan hormat, bahwa ada penghormatan
pelepasan raja, semua supaya jangan mengabaikan." (Nagarakretagama
63.1:48)

"Di sana hadir sang Raja, semua menghadap menghormat selalu, ikut serta
terutama menteri patih Gajah Mada, semua dengan keluarga menghadap,
serta para kepala daerah dari wilayah  pinggiran serta raja dari daerah
lain, sesudahnya semua berbakti dan menghormat duduk sesuai jabatan dan
tata cara." (Nagarakretagama 65.2:49)
"Sang Mahapatih Gajah Mada pada hari itu menghadap dan menghaturkan
sesaji, para wanita yang menanggung duka berdekatan, jelita di bayangan
pohon nagasari dan rajasa yang berbelit, para menteri dan pangeran yang
bertanggungjawab pada daerah ikut serta, juga para warga desa ikut
menghaturkan sesaji, bermacam bentuk tempat makanan mereka, ada yang
berbentuk kapal, gunung, rumah, ikan, tak putus-putusnya."
(Nagarakretagama 66.2:51)

"Ketika raja pulang dari Simping, segera datang di istana, prihatin
kerena sakitnya menteri adimantra Gajah Mada, ia telah berusaha untuk
meluaskan pulau Jawa pada  waktu lampau, yaitu dengan Bali, Sadeng,
bukti keberhasilannya memusnahkan musuh." (Nagarakretagama 70.3: 54)

"Tiga, angin dan matahari tahun saka (1253) ia memangku tanggungjawab
kesejahteraan dunia, ia wafat pada tahun saka rasa badan matahari
(1286), raja sedih dan berduka, hanya karena keagungan citanya, ia tidak
memegang teguh cinta keduniawian, ingat akan hakekat makhluk, kebaikan
saja yang setiap hari difikirkan. Adapun pada pertemuan itu, raja dengan
ayahanda berkumpul, beserta ibu serta dua suadara raja tercinta ikut,
mereka berkumpul/bermusyawarah tentang dia, yang tahu segala kebajikan
dan dosa, abdi raja, untuk mengganti sang patih, diperbincangkan (namun)
tak ada berkenan di hati, menjadikan kesedihan yang menusuk. Raja
mengambil kebijakan dari sang Patih yang tak dapat diganti, karena tak
ada yang dapat mengganti, apabila ada kesulitan, urusan negara
(sementara) didiamkan, sebaiknya dipilih oleh raja menurut pandangan
beliau dari para pangeran yang bijak, yang dapat dipercaya kata-katanya
dan tahu apabila yang lain tak setuju, tanpa salah." (Nagarakretagama
17.1,2,3 55)



Salam Nusantara..!

Renny Masmada
www.rennymasmada.com <http://www.rennymasmada.com/>
http://rennymasmada.wordpress.com <http://rennymasmada.wordpress.com/>

Kirim email ke