*Eileen Rachman & Sylvina Savitri*
*EXPERD*
*Character Building Training*

*Dimuat di Kompas, 22 Maret 2014*

Sungguh seru menyaksikan debat para caleg yang semuanya menjanjikan
perubahan dan kemajuan. Meski begitu, banyak kita yang langsung
menyangsikan kesungguhan dan kemampuan mereka dalam membawa kemajuan,
karena terasa betul hanya sedikit caleg yang mau masuk ke permasalahan di
masyarakat. Kita tentu seketika merasa kecut bila merasa kentalnya "*lip
service*" dari para caleg ataupun calon pemimpin bangsa tersebut. Dalam
ukuran mikro, di organisasi pun kita kerap menemukan hal yang sama. Kita
akan merasa kecut pula bila menyaksikan organisasi atau perusahaan kita
tidak bergerak maju, mengalami kemunduran, atau hanya jalan di tempat. Kita
bisa melihat betapa kemajuan, baik dalam skala luas ataupun skala
organisasi, bisa tidak terjadi karena berbagai hal, mulai dari perebutan
kekuasaan, politik yang tak sehat, tim yang tidak rukun dan saling tuding,
kebijakan yang kurang bermutu, atau lemahnya fokus untuk memajukan Negara
atau lembaganya karena masing-masing orang memiliki "*vested interests*",
sekedar memperjuangkan kepentingan pribadi.

Kita semua sebetulnya sadar bahwa bila kita ingin maju, maka kita perlu
komit terhadap gerakan yang sama, yaitu bergerak ke depan, alias ke luar,
seperti berorientasi memenangkan kompetisi atau memenuhi kebutuhan
pelanggan. Berorientasi 'ke dalam', misalnya sibuk mencari kesalahan satu
sama lain, tak akan membawa kita ke mana-mana. Kita memang perlu
mempertimbangkan unsur-unsur internal perekat kelompok, seperti memperkuat
rasa percaya satu sama lain, memperjuangkan kerjasama. Namun, upaya
tersebut perlu dilakukan dalam kerangka bergerak 'ke depan' dan 'ke luar'.
Bila kita semata berfokus menyelesaikan perselisihan internal, maka enerji
yang kita keluarkan sudah terkuras duluan, sehingga kita tidak lagi punya
kekuatan besar untuk menghadapi persaingan baik dengan Negara lain ataupun
pihak eksternal. Negara tetangga, yang 40 tahun lalu jauh tertinggal dari
kitapun, bisa-bisa sudah menyusul kita dalam bidang pendidikan maupun
teknologi. Ini disebabkan karena kita sibuk beradu argumentasi dan menjual
konsep, keyakinan dan program ke dalam saja, tanpa menyadari tantangan di
luar diri kita, betapa Negara lain sudah jauh di atas kita.

Kita tidak boleh lupa bahwa kemajuan tidak sekedar mencari solusi dari
permasalahan yang ada. Globalisasi dan persaingan, menuntut kita selalu
dalam kondisi 'siap' untuk berbagai kemungkinan, seperti halnya tentara
yang harus selalu menjaga kondisi fisik dan mental prima meskipun tidak
dalam situasi perang. Kita perlu terbiasa mengevaluasi: Apakah ada kondisi
yang sudah usang dan kuno yang perlu pembaharuan segera? Apakah pertumbuhan
kita "menanjak" maju atau mulai merosot turun? Bagaimana kemampuan dan daya
saing sumber daya manusia kita? Apakah kita cukup 'in' dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat dan tidak terkontrol kemajuannya? Apakah kita
sudah memikirkan kelanggengan sumberdaya dan mencari alternatif lain, agar
negara, atau lembaga bisa bertahan hidup dan dipandang di jajaran depan?
Bagaimana kita bisa memikirkan hal-hal di atas, bila kita sibuk berkutat
dan menghabiskan enerji untuk berperang dingin antar departemen?

*Penyebaran Kepemimpinan*
Dunia sudah digerakkan oleh persaingan inovasi, kecepatan dan servis ke
pelanggan. Masalah sudah demikian kompleksnya, sehingga sudah tidak mungkin
kita mengandalkan kemajuan pada seorang pemimpin bertangan besi yang
berkuasa dan memegang semua wewenang penting. Pergerakan tidak bisa lagi
sekedar dikendalikan oleh level tertentu saja, namun perlu tersebar di
seputar organisasi, bisa di level bawah, maupun atas. Ini saatnya kita
mempraktekkan "*distributed leadership*" atau penyebaran kepemimpinan, di
mana setiap orang harus menjadi 'mata' alias pengamat dari perubahan
lingkungan. Tiap individu perlu sadar perannya sebagai penyemangat yang
menguatkan komitmen dan spirit tim dalam menjalankan tugas. *Ekspertise *harus
tersebar di seluruh jajaran, di mana para ahli-ahli ini tidak lagi sekedar
menyetor hasil pemikirannya, namun juga perlu bergerak mempersiapkan solusi
yang tajam. Kita jelas dituntut untuk bekerja dengan cara baru, di mana
kita tidak lagi menunggu hirarki informasi ataupun visi yang akan membawa
kelompok ke 'alam' yang baru.

Kita menghadapi masa di di mana sebanyak-banyaknya orang dalam kelompok
perlu mengambil peran untuk memimpin, berinovasi, menuntaskan tugasnya,
juga senantiasa berpikir dua sisi: internal dan eksternal. Bila pemimpin,
baik pemimpin Negara ataupun pimpinan perusahaan, tidak mempunyai konsep
penyebaran kepemimpinan ini, maka bisa jadi kita kembali menghadapi situasi
di mana tanggung jawab untuk maju hanya pada pimpinan puncaknya. Bila kita
mempertahankan  sikap saling tuding dan sikap sulit bertanggung jawab,
tidak menekankan kolaborasi dan sinergi lintas tim, maka gaya manajemen
yang dilakukan akan tetap kuno dan statis. Hanya dengan kerjasama multi
disipliner dan konsep dan gerakan yang searahlah kita bisa bergerak maju,
menghadapi persaingan dan memerangi keadaan yang tidak menguntungkan.

* Generasi Internet*
Kita kerap mendengar suara miring mengenai "Gen Y" yang "berbeda" cara
kerjanya, sulit diatur, sibuk sendiri dengan dunia virtual. Namun, terbukti
bahwa para "*Netgeners*", generasi muda  penggila internet ini sudah
membuat hidup berubah. Kita tidak bisa menjadikan "*netgeners*" ini sebagai
alasan sulitnya mengelola tim. Sebaliknya, kita perlu beradaptasi dengan
kecanggihan teknologi, perlu melek internet dan memanfaatkannya secara
optimal. Kita perlu meyakini bahwa kekuatan internet ini bukan 'mainan'
anak muda lagi. Bagaimana mungkin Pak Ahok, wakil gubernur Jakarta, bisa
mendapatkan fakta tajam mengenai proses-proses di lingkungan DKI, bila
tidak menggunakan teknologi informasi. Bagaimana mungkin Pak Jonan, Dirut
KAI, bisa menggerakkan seluruh jajaran karyawan untuk berfokus pada
pelanggan, tanpa dukungan IT yang kuat? Namun, meski didukung kecanggihan
system, tetap kita manusianya yang harus canggih mengelola fakta dan mesin
yang ada. Manusianyalah yang tetap mengambil keputusan untuk mengamati,
meniru dan memodifikasi. Kitalah yang menentukan kemajuan dengan adanya
spirit, kreativitas dan emosi untuk mengolah informasi. Teknologi
menyebabkan kita bisa berekspansi lebih cepat dengan memanfaatkan fakta dan
peluang yang "real-time". Dengan ini semua, kita yakin bahwa kita bisa
memanfaatkan sumber daya di sekitar kita, untuk mengubah orang 'biasa'
berprestasi 'luar biasa'.








*EXPERD CONSULTANT Adding value to business results Kemang 89 Building, 3rd
- 4th Floor Jl. Kemang Raya No. 89, Jakarta 12730 Telp. 021-718 0805 Fax.
021-718 3101 *

*http://www.experd.com <http://www.experd.com/>*

*http://jobs.experd.com <http://www.experd.com/>*


















*".... I am the KING to my own UNIVERSE that Rule my MIND, BODY and SOUL
!!! ...." *

*- Aga Madjid -*

-- 
-- 
you have this email because you join to "aga-madjid" GoogleGroups.
to post emails, just send to :
aga-madjid@googlegroups.com
to join this group, send blank email to :
aga-madjid+subscr...@googlegroups.com
to quit from this group, just send email to :
aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com
please visit to www.facebook.com/aga.madjid,
add my Yahoo Messenger at aga.mad...@yahoo.com or
add my twitter @aga_madjid
thanks for joinning this group.

--- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"aga-madjid" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to aga-madjid+unsubscr...@googlegroups.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke