Halo Boss, mohon maaf baru sempet bales.
Kalau  pengalaman tersebut ditulis panjang banget Boss, akan membosankan dan 
sedikit banyak akan menyinggung perasaan banyak orang, wajar sih sebetulnya  
jika kita menulis apa adanya maka akan ada yang berkenan dan tidak berkenan, 
namun sepanjang saya menulis pengalaman berdasarkan sudut pandang saya, maka 
dipersilahkan untuk marah atau justru mentertawakan kebodohan saya. Karena yang 
akan saya sampaikan hanyalah fakta yang saya temui dan mungkin hal-hal yang 
bersifat negatif belaka. Kalau yang bagusnya kita semua sudah mengetahui dan 
tidak perlu di bahas karena bukan merupakan permasalahan.

Untuk mengetahui kenapa sebetulnya sistim maron yang kita anggap baik justru 
sering berahir dengan sangat tidak baik, maka saya memberanikan diri 
menempatkan diri sebagai peternak desa yang mengajak peternak Kota-an untuk 
melakukan kerjasama dengan sistim maron. Agar lebih riel atau real, maka 
saya mengajak masyarakat desa setempat  untuk kerja bersama saya dan berada di 
pihak saya sebagai peternak desa, agar saya bisa dengan jelas mengamati pola 
pikir dan pola sikap mereka yang sebenar-benarnya.
Hasil pengamatan saya membuat diri saya terperangah heran melihat pola pikir 
masyarakat desa tersebut, yang secara singkat saya sampaikan sebagai berikut :
1. Mereka umumnya sangat menginginkan untuk mendapat keuntungan atau imbalan 
saat ini juga atau secepat mungkin. Kerja sekarang ya harus mendapat imbalan 
sekarang juga. Ini sangat bertentangan dengan prinsip utamanya peternak, yang 
selalu bekerja sekarang mendapat imbalannya beberapa bulan bahkan beberapa 
tahun kemudian. Perbedaan mendasar ini yang bisa berakibat bermacam-macam hal 
yang sangat negatif.
2. Semakin  (maaf) miskin si peternak desa semakin besar kemungkinan mereka 
berbuat  curang dengan segala macam tipu daya nasional nya. Akibat 
ahirnya kehidupan mereka makin terpuruk. Semakin berada atau mampu si peternak 
desa, maka semakin kecil sekali kemungkinan mereka untuk  melakukan kecurangan. 
Akibat ahirnya mereka semakin mampu dan semakin makmur hidupnya.
3. Peternak desa selalu menganggap peternak kota lebih bodoh dalam masalah 
peternakan, sehingga hanya di anggap sebagai sasaran empuk untuk di tipu, di 
bohongi  serta di manfaatkan sebagai sumber pemerahan dana atau uang melalui 
berbagai cara.
4. Peternak desa selalu menganggap peternak kota sebagai orang-orang yang 
kebanyakan uang. Sehingga program maron dianggap sebagai programnya Sinterklas, 
program untuk menolong mereka semata. Tidak ada tersirat sedikitpun di otak 
mereka bahwa si peternak kota melakukan program maron ini karena mereka juga 
membutuhkan tambahan pendapatan. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana 
caranya memanfaatkan kepercayaan yang di berikan melalui kerja sama ini,  untuk 
mengeruk keuntungan sepihak bagi mereka semaksimum mungkin.
5.Peternak desa selalu "merasa" kebal hukum dan merasa akan selalu menang jika 
bermasalah dengan peternak kota, walaupun ada perjanjian resmi dengan saksi 
RT_RW Lurah_Camat sekalipun. Pola sikapnya " Ini rumahku, ini kampungku, kamu 
datang kemari karena kamu butuh bantuanku dan aku berhak mengusir kamu setiap 
saat aku mau". Jika kalah dalam penyelesaian masalah maka mereka akan 
menggunakan (maaf) kemiskinan dan kesulitan hidupnya, agar di kasihani dan di 
maafkan atas segala kesalahan yang sengaja mereka perbuat. 
6. Peternak kota kalau datang meninjau atau mengontrol, tingkah polahnya sering 
kami  anggap keterlaluan. Terutama anggauta keluarga atau teman nya, sering 
memperlakukan kami sebagai kacung pribadinya.
7. Peternak kota sering menganggap rumah dan pekarangan kami sebagai miliknya 
sendiri, tanpa menghargai si pemilik yang sebenarnya
8. Peternak kota sering tidak mau mengindahkan budaya lokal desa.
9.Peternak kota sering minta dilayani sebaik mungkin bak seorang sultan atau 
kaisar.
10. Peternak kota selalu menganggap kami ini orang terkebelakang yang 
lugu guoblok sehingga harus di dikte dengan penuh ancaman-ancaman.

Itu semua adalah "PADA UMUMNYA", jadi tidak semuanya Boss.
Memang sangat mengerikan jika kita mengetahui pola pandang - pikir dan sikap 
mereka yang sebenar-benarnya. Sangat wajar jika program maron antar perorangan 
maupun yg dilakukan pemerintah banyak yang berahir dengan kekacauan besar. 
Banyak pengusaha yang mengalihkan program maron ini dengan unit pendidikan di 
daerah, dan hasilnya sedikit membaik tetapi belum bisa saya katakan berhasil.
Jika anda seorang yang terbiasa melakukan bisnis kerjasama, kemudian membawa 
masalah tsb di atas kedalam sistim manajemen kerjasama yang umum dilakukan, 
maka system maron memang seharusnya tidak dilakukan dengan sembarang atau 
rata-rata  masyarakat pedesaan bahkan dengan sanak keluarga pun jangan.
Mungkinkah pabrik pembuat kapal terbang besar seperti Boeing atau Airbus 
mengajak  pabrik kapal terbang kita IPTN untuk bekerja sama. Jawabannya tentu 
iya dan tidak tergantung dari ........macam macam. Yang intinya "harus ada 
kesederajatan posisi masing-masing".
Demikian juga saat system manajemen kerjasama yg sudah umum dipakai, kami 
terapkan pada usaha maron yang kami lakukan, sebagian sangat besar ancaman - 
tantangan hambatan dan gangguan  bisa kami atasi dengan baik.
Yang membuat saya masih sedih dan kecewa adalah "kami terpaksa tetap 
meninggalkan mereka yang (maaf) tergolong miskin" tetap agak di belakang. Saya 
tidak tahu bagaimana caranya memajukan mereka, selain memberikan kesempatan yg 
sesuai dengan keinginan mereka yang intinya "kerja sekarang di bayar sekarang".

Demikian Boss, upaya saya dan tulisan ini tidak ditujukan untuk memojokan 
siapapun, tetapi hanya untuk mencari dan menyampaikan fakta serta pemetaannya 
yang mampu  saya lihat sebatas kebodohan saya. Agar bisa di manfaatkan untuk 
kemajuan bersama dan yang paling penting meningkatkan  keuntungan  saya, nggak 
munafik lah Boss, tujuan usaha kan nyari keuntungan.

Sebagai tambahan: Mengacu pada keberhasilan sistim maron yang kami lakukan, 
saya pernah mengajak seorang sahabat pribadi, dia adalah peternak besar dari 
negara tetangga untuk menyisihkan sebagian sangat kecil ternaknya untuk di 
kembang biakan di desa tersebut dengan saya sebagai Penjaminnya /Guarantor nya. 
Setelah mereka melakukan penelitian detail - jawabanya sangat singkat "Mereka 
peternak tangguh tetapi Hati mereka tidak di situ" ( They are tough farmer but 
their heart aren't there yet). Dengan catatan "mereka" pertama dan "mereka" 
kedua,  adalah "mereka" yang berlainan. Hehehehe jangan bingung Boss, biar saya 
aja yang bingung.
Terimakasih dan salam hormat 
TONY_SAPI
http://sapiology.com
http://tonysapi.multiply.com

________________________________

DIREKTORI AGROBISNIS INDONESIA
http://www.direktoriabc.co.cc
MAU GABUNG? ISI FORMULIR DI:
http://www.formulirabc.co.cc
_______________________________





________________________________
From: gunsts <gunawa...@gmail.com>
To: agromania@yahoogroups.com
Sent: Friday, 5 December 2008 9:17:45
Subject: Re: Bls: Bls: [agromania] ternak bagi hasil


Pak Tony,

bisa dishare pengalaman bapak dalam memposisikan diri sebagai petani
sehingga bisa menyelesaikan masalah yang ada? Justru ini yang paling
penting buat kita semua. Kita bisa belajar dari pak Tony, dan pada
akhirnya kita berharap yang no.2 itu tidak terjadi. 2-2 sama-sama senang.

thanks.

------------ --------- --------- --------- --------- -----
AGROMANIA BUSINESS CLUB (ABC)
INFORMASI: http://www.agromani a.co.cc
FORMULIR: http://www.formulir abc.co.cc
DIREKTORI: http://www.direktor iabc.co.cc
MAILING LIST: http://www.milisabc .co.cc
PUSAT DATA: http://www.agrodata .co.cc
------------ --------- --------- --------- --------- -----

--- In agroma...@yahoogrou ps.com, tony sapi <tony_s...@. ..> wrote:
>
> Para Boss Peternakan yth,
> Maro ; paron ; bagi hasil dan apapun namanya, memang sangat amat
ideal untuk memajukan pergerakan kedua belah pihak - si Pemodal dan si
Peternak.
> Dilihat dari sudut telaah Ekonomi - Sosial dan Spiritual - semuanya
memberikan nilai yang sangat positip.
> Dalam kenyataannya system Maro tersebut lebih banyak mendatangkan
permasalahan, lebih sering merugikan Pemodal, lebih menguntungkan
Peternak hanya sementara dan sekali saja (one time -one shot).
> Akibatnya:
> 1.Pemodal KAPOK, Calon Pemodal TAKUT.
> 2.Peternak TIDAK PERNAH MAJU BERKEMBANG, dan selalu menjadi tumpahan
dan sumber KESALAHAN, KECURANGAN DAN KELICIKAN.   
> 3.Secara umum Masyarakat Peternak Indonesia dinilai seperti pada
poin 2. 
> Apakah memang begitu keadaan yang sebenarnya dan yang paling penting
adalah Mengetahui jawaban untuk pertanyaan -- MENGAPA ???????
>
> Untuk Menjawab Pertanyaan tsb di atas, cara terbaik yang pernah saya
lakukan adalah "MENEMPATKAN DIRI KITA SEBAGAI PETANI DALAM SYSTEM MARO
TSB". Hanya dengan cara itulah kita bisa mengetahui dan memetakan
sumber permasalahan yang sebenarnya.
>
> Terimakasih dan salam hormat
>  
> TONY_SAPI
> http://sapiology. com
> http://tonysapi. multiply. com
>




      Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke