At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:

>Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai 
>kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x 
>terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis), 
>rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya 
>masyarakat terbelakang ini di mobilisasi dengan umpan-umpan politik 
>yang tidak edukatif.


Kenapa anda merasa bahwa orang lain lebih "terbelakang"...?
Apa yang anda jadikan ukuran bahwa orang lain lebih "terbelakang" 
ketimbang anda sendiri?

Atau ini hanya karena selera mereka berbeda dengan anda?
Kalau ini cuma masalah selera - lalu siapa sih yang sebenarnya "diktator"?


>Dengan kata lain, mereka mau di bujuk dengan satu buah permen karet 
>agar tidak meminta sebuah pembangunan dan kemajuan. Karena itu, 
>nilai-nilai akademis dan intelektualitas dianggap tidak terlalu 
>penting. Mereka tidak terbiasa memikirkan kepentingan umum. Yang 
>penting apa yang didapat oleh tiap-tiap individu. Dan celah ini 
>dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang terbiasa melakukan politik yang 
>tidak santun, demi kepentingan pribadi. Politik di daerah terpencil 
>sangat mengerikan, karena pola pikir masyarakatnya masih primitif.
>
>Akibatnya, prosesi pemilu hanya menjadi momentum permainan dan 
>egoisme. Hubungannya dengan pelaku bisnis adalah: berhati-hatilah 
>untuk terjun ke are dimana pola pikir politik masyarakatnya yang 
>masih ortodok dan tidak mempunyai prinsif.


Dan anda sendiri punya prinsif (?)...?




Kirim email ke