Menurut saya, biarkan saja masing-masing jenis bank berkembang. Semakin banyak alternatif (termasuk lewat pendanaan non bank semisal venture capital ataupun pasar modal) akan semakin baik. Mengapa? Karena kebutuhan tiap usaha dan bisnis berbeda-beda. Kalau ada 1000 alternatif, mengapa cuma puas dengan 3 alternatif?
Jadi tidak usah lah satu bank "ditantang" untuk menjadi jenis bank lainnya. Tantangan seperti itu cuma akan mengaburkan esensi masing-masing. Dan mengatakan bahwa satu jenis perbankan adalah "dari Tuhan" - dan yang lain bukan - adalah semata-mata pengelabuan. Bila memang Tuhan sendiri mau bikin "bank" - Beliau tidak butuh campur tangan organisatoris manusia (yg cuma akan bikin repot dan cenderung manipulatif). On 7/19/09, Ari Condro <masar...@gmail.com> wrote: > agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena > M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia > dibandingkan grameen bank. beberapa alasannya seperti dijabarkan > salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan > nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib > wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan). > > di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS > dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat > level corporate dan industri. jadi kalau bicara UMKM dgn bank > syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya. > > selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di > bank islam, yaitu : > - mudhorobah (bagi hasil) > - murobahah (cost plus) > - musyarokah (holding) > > yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan > liwat skema murobahah, alias cost plus). ini metode ilustrasi > sederhananya. > > ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt. maka bank > akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar > 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt. tinggal anguran misale > 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil. metode > ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga > berjalan pulak. > > kenapoa metode ini paling populer ? karena nasabah bank islam "tidak > dipercaya" akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble. > secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, "managers tend to apply > earnings management" gitu lho. silakan buka lagi bukunya Scott > positive accounting theory bagian earnings management. > > gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara > oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem > bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan > mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank > akan lebih kecil dari yang seharusnya. > > > > > > 2009/7/18 anton ms wardhana <ari.am...@gmail.com>: >> tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn >> handayani >> dalam rangka iB Blogger Competition. >> kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau >> saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. >> selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa >> tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya >> isyu >> ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai >> pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli >> dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi >> jumlah >> merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari >> angka >> itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang >> keduanya >> :) >> >> komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM, >> bukan >> pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang >> tertarik >> dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi >> ketinggian >> ah.. penonton aja deh :) >> >> menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada >> UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang "layak" dibantu >> (kriteria >> bisa macam2 soalnya) dan / atau "mendidik" UKM ini agar mampu menyusun >> rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu >> diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan >> laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa >> monitor >> dan mungkin mengembangkan usahanya lagi. >> kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja >> rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan >> penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya >> memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri. >> >> ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu "asal". kalo ternyata >> ngaco >> ya mohon maap dan mohon koreksinya :) >> >> >> *BR, ari.ams* >> >> sumber asli: >> http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/ >> * >> * >>> >>> iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog >>> Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar >>> Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki >>> blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel >>> diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan >>> tanggal >>> 31 Oktober 2009 untuk periode II. >> >> * >> Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh >> ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali - >> >> Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari >> berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200 >> anggota >> Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur >> di >> ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha >> Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim. >> Padahal >> modal pinjaman yang diberikan Bank Jatim hampir mencapai 80%. Dari 29 Bank >> Gakin yang ada, hanya tujuh unit yang menggunakan dana mandiri. Dana yang >> digulirkan juga lumayan besar yakni mencapai Rp 14 milyar lebih. Jika >> benar >> Bank Jatim akan menarik seluruh pinjamannya, dipastikan sekitar 2.200 >> anggota Bank Gakin Jember akan kelabakan. Mereka harus pontang-panting >> mempertahankan eksistensi usahanya yang sudah tiga tahun ini dirintis >> dengan >> gemilang. Mereka akan terpukul karena pemerintah dalam hal ini Pemerintah >> Kabupaten Jember, belum mampu menyediakan dana pengganti karena >> keterbatasan >> anggaran. Demikian sebagian isi dari tulisan di Harian Pagi Radar Jember >> tersebut. Atas realitas ini, akankah Bank Syariah khususnya Bank Syariah >> di >> Kota Jember tergerak hatinya dan melihat ini sebagai potensi pasar yang >> prospektif? >> >> Tujuh belas tahun sudah usia bank syariah di Indonesia sejak berdiri 1992 >> lalu, namun eksistensinya masih “melangit”. Sebagian besar strategi dan >> inovasi produk yang dikembangkan bank syariah belum bisa dinikmati sektor >> riil yang notabene adalah kalangan masyarakat kelas bawah yang jelas-jelas >> sangat membutuhkan aliran modal namun tidak memiliki apa-apa untuk >> dijadikan >> agunan. Dalam mekanisme pemberian kredit/modal, bank syariah menetapkan >> prosedur yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Masalahnya >> kemudian menjadi sangat sederhana, apa artinya perbedaan antara bank >> konvensional dengan sistem bunganya dan bank syariah dengan sistem bagi >> hasilnya, jika keduanya sama-sama susah diakses oleh masyarakat kecil yang >> membutuhkan modal untuk kelangsungan usahanya? >> >> Saya terenyuh mendengar cerita seorang ibu lijo (penjual sayur keliling) >> tentang bagaimana ia bisa mendapatkan modal usaha untuk bisa berjualan dan >> bagaimana ia harus membayar bunganya. Tak adanya akses untuk meminjam >> modal >> usaha ke bank karena tak punya apa-apa untuk dijadikan agunan, terpaksa si >> ibu meminjam uang kepada rentenir dengan bunga 20 persen sebulan. >> Bandingkan >> dengan tingkat suku bunga kredit komersil bank konvensional yang kini >> hanya >> berkisar 11-14 persen/tahun (Jawa Pos, 4 Juli 2009). Si rentenir rupanya >> sedikit berbaik hati dengan “belanja” pada ibu lijo rata-rata Rp 10 ribu >> setiap hari. Ia tidak perlu membayar belanjaannya, cukup dihitung dengan >> teliti kemudian mengurangi jumlah bunga yang harus dibayar ibu lijo atas >> pinjamannya. Rata-rata sepuluh ribu setiap hari mungkin sedikit >> meringankan >> dan tidak terlalu besar dibandingkan jika harus membayar sekaligus. Tapi >> bagi seorang lijo yang jam 12 malam harus sudah bangun dan segera kulakan >> ke >> pasar kemudian berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain, dari >> satu >> rumah ke rumah lain sejak hari masih gelap, yang jika sedang hoki paling >> cepat jam 10 pagi baru bisa pulang ke rumah atau hingga jam 12 siang jika >> dagangannya tak cepat laku, nominal itu sangat luar biasa. Betapa tidak? >> Dari setengah kilogram daging ayam yang harganya sekitar Rp 11 ribu, lijo >> biasanya hanya mengambil keuntungan Rp 500, atau Rp 100 dari seikat bayam >> yang dijualnya. Dari receh demi receh itulah ia membayar bunga dan >> mencicil >> hutangnya pada rentenir, menghidupi keluarganya dan masih harus >> menyisihkan >> untuk modal berjualan esok harinya. >> >> Dalam situasi seperti ibu lijo di atas, keberadaan Bank Gakin tentu akan >> sangat membantu. Sayangnya, untuk kabupaten Jember sebagaimana diberitakan >> oleh Harian Pagi Radar Jember bulan lalu, nasibnya seperti telur di ujung >> tanduk. Akankah bank syariah yang semakin marak mengekspansi Kota >> Suwar-suwir ini mau menjadi dewa penolong bagi wong cilik tersebut? >> Memberdayakan secara ekonomi sekaligus membebaskan masyarakat dari jerat >> riba. >> >> *Belajar dari Grameen Bank* >> >> Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya berhasil membuktikan bahwa gerakan >> nyata >> untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu >> ciri >> unik Grameen Bank adalah pola pemberian kredit yang disandarkan pada >> pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari >> lima >> orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating >> (aktifitas yang mendatangkan penghasilan). Hanya dua orang dari mereka >> yang >> diperkenankan meminta kredit dari bank dan jika mereka tidak bermasalah >> dalam pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut >> meminjam, dan jika semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit >> pada >> bank. Dukungan moral dari sesama anggota kelompok peminjam menjadi pemacu >> pengembalian kredit secara disiplin. Hanya sebagian kecil dari kreditor >> yang >> gagal mengembalikan kredit, sebagian besar (98,85%) mengembalikannya >> secara >> penuh tepat pada waktunya. >> >> Di antara kriteria pemberian modal yang dianut oleh Grameen Bank adalah >> bahwa kredit pada masyarakat miskin pedesaan diberikan tanpa perlunya >> agunan >> atau penjaminan, kredit digunakan untuk aktifitas yang mendatangkan >> penghasilan (income generating), adanya pengawasan dan bimbingan ketat >> dari >> pihak bank, serta transparansi pada pengelolaan banknya. Hampir semua >> permodalan Grameen Bank dimiliki oleh para kreditornya sendiri dan hanya >> sebagian kecil (6%) dimiliki oleh pemerintah Bangladesh. Saat ini, >> operasional mereka dibiayai dari hasil pemutaran kredit dan sama sekali >> tidak tergantung dari pinjaman atau bantuan dari pihak lain. >> >> Muhammad Yunus dan Grameen Bank berhasil menjadi pemecah mata rantai >> lingkaran setan yang diciptakan antara kemiskinan dan permodalan. Dukungan >> anggota kelompok dalam proses peminjaman kredit menjadi pengganti perlunya >> agunan di Grameen Bank. Dalam praktik ekonomi kapitalisme yang umum >> berlaku, >> setiap peminjam kredit harus mempunyai sejumlah agunan sebagai jaminan >> bagi >> bank. Dengan adanya syarat ini, rakyat miskin yang tidak punya apa-apa >> tidak >> mungkin mendapat kesempatan mendapatkan modal dalam upayanya meningkatkan >> penghasilan. >> >> Upaya yang dilakukan Muhammad Yunus dan Grameen Bank terus berkembang >> pesat >> dan yang sangat menarik adalah bahwa 97% diantara peminjam adalah >> perempuan. >> Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya tidak hanya berhasil membuktikan >> bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa >> berjalan namun juga membuktikan bahwa kaum perempuan yang menjadi nasabah >> utama (98%) ternyata tidak hanya bisa dipercaya namun juga mampu melakukan >> sebuah perubahan sangat revolusioner, yakni berhasil melawan kemiskinan. >> Perempuan secara tidak disengaja menjadi ujung tombak penerima kredit >> Grameen Bank. Dengan nilai kredit yang tidak terlalu besar, perempuan >> pedesaan Bangladesh yang secara tradisional tidak terlalu banyak >> berkontribusi ekonomi dapat mencoba menumbuhkan usaha-usaha kecil yang >> menghasilkan uang. Hasilnya luar biasa. Kaum perempuan Bangladesh memiliki >> andil besar dalam meningkatkan perekonomian di desanya masing-masing dan >> karena Grameen Bank dilakukan pada skala yang besar, kontribusinya pada >> perekonomian negara juga cukup signifikan. Diperkirakan 1,1% dari GDP >> Bangladesh merupakan nilai tambah dari seluruh aktifitas Grameen Bank. >> Hingga 2008 lalu Grameen Bank telah memiliki 1.181 cabang, bekerja di >> 42.127 >> desa, didukung 11.777 staf, menyalurkan kredit sebanyak $3,9milyar kepada >> 2,6juta debitur yang 95% perempuan. Hingga kini model Grameen Bank telah >> direplikasi oleh lebih 250 lembaga keuangan mikro di hampir 100 negara. >> >> *Grameen Bank di Kabupaten Jember* >> >> Pertumbuhan dan perkembangan Bank Gakin di Kabupaten Jember sangat pesat >> bahkan berhasil meraih MDGs Award dan menjadi role model bagi bank >> gakin-bank gakin di daerah lain di Indonesia. Bank Gakin adalah sebutan >> yang >> diberikan sendiri oleh warga miskin yang menjadi anggotanya. Istilah ini >> kemudian dipopulerkan oleh beberapa pengurus dan anggota Lembaga Keuangan >> Masyarakat Mikro (LKMM) sebagai antitesis terhadap bank formal yang selama >> ini tidak pernah mau peduli dengan ekonomi keluarga miskin. >> >> Tumbuh kembang bank gakin di Jember dipelopori oleh Dinas Koperasi dan >> Usaha >> Kecil Menengah Kabupaten Jember sejak tahun 2005 lalu. Tujuan utamanya >> adalah perempuan miskin dan produktif. Pada awalnya program ini akan >> diimplementasikan pada tingkat desa. Namun karena wilayah desa dianggap >> masih terlalu luas, wilayah kerja Keuangan Mikro Masyarakat dipersempit >> menjadi tingkat dusun. Semakin sempit wilayah kerja diprediksi akan >> semakin >> efektif. Dusun Semenggu dan Mojan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang >> terpilih sebagai pioneer karena masyarakat di kedua lokasi tersebut telah >> di-black list lembaga perbankan. Dengan modal dana hibah dari Dinas >> Koperasi >> dan UMKM sebesar dua puluh lima juta rupiah dan simpanan sukarela anggota, >> kedua Lembaga Keuangan Mikro Masyarakat tersebut telah mampu melayani >> sekitar 30 kelompok yang beranggotakan lebih dari 150 kepala keluarga. >> >> Sebagaimana halnya Grameen Bank, bank gakin di Jember juga menggunakan >> prinsip tanggung renteng di antara para anggotanya. Kelompok usaha yang >> terdiri atas 5-10 orang dapat mengajukan kredit usaha tanpa agunan antara >> Rp >> 50.000 hingga Rp 1 juta. Masyarakat yang mengajukan kredit tidak perlu >> menyerahkan proposal usaha, apalagi melalui survei yang berbelit. Proposal >> bisa diajukan secara lisan. Dana kredit bisa langsung cair setelah >> diadakan >> survey sekilas terhadap usaha yang dijalankan. Dengan kucuran kredit >> berjangka waktu 10 minggu yang diangsur setiap minggu dengan bunga 0,5 >> persen, terobosan ini sangat membantu kelompok usaha kecil dan menengah. >> >> Anggota satu bank gakin maksimal 200 orang warga miskin. Jika lebih dari >> 200 >> orang, bank akan mengalami kesulitan dari sisi pengelolaan. Bank ini >> dikelola sendiri oleh warga miskin, di mana 90% pengurusnya adalah >> perempuan. Sebanyak 46% di antaranya adalah lulusan sekolah dasar dan 5% >> tidak melewatkan pendidikan sekolah formal. Meski demikian, omzet bank >> gakin >> di Jember mampu mencapai Rp 14 miliar dengan aset Rp 2,1 miliar. >> Pertumbuhan >> omzet selama tiga tahun terakhir rata-rata 260%. Sebuah pertumbuhan yang >> sangat spektakuler jika dilihat dari kacamata usaha. Sayang, nasibnya kini >> seperti telur di ujung tanduk. Empat tahun belum cukup bagi sebagian besar >> bank gakin untuk bisa mandiri. Hanya tujuh dari 29 Bank Gakin yang mampu >> menggunakan dana mandiri. >> >> *Butuh Keberanian Revolusioner dan Niat Tulus* >> >> Problematika yang tengah melanda bank gakin di Jember sebenarnya bisa >> menjadi potensi pasar yang prospektif. Termasuk bagi bank syariah di kota >> Jember : Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Dibutuhkan >> keberanian revolusioner dan niat tulus untuk mengambil alih peran Bank >> Jatim >> yang selama ini menjadi pengayom. Keberanian yang revolusioner dan niat >> yang >> tulus menjadi hal yang penting dalam konteks ini mengingat : >> >> Pertama, sekalipun prospektif karena pertumbuhannya yang pesat hingga >> 260%, >> membiayai bank gakin yang tidak lain adalah banknya orang miskin, tentu >> tak >> semenguntungkan jika membiayai usaha besar yang omsetnya jauh lebih besar. >> Juga jauh lebih menguntungkan dan aman jika dana bank disimpan dalam >> bentuk >> Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Faktor komersil ini yang mungkin >> menjadi >> salah satu pertimbangan Bank Jatim mau menarik dananya di bank gakin. >> Dengan >> sistem bagi hasilnya, bank syariah sebenarnya tidak akan rugi. Bukankah >> selama ini prinsip bagi hasil yang dijalankan bank syariah berdasarkan >> keuntungan riil di lapangan. Artinya, jika usaha yang dibiayai oleh bank >> gakin berhasil, bank syariah yang memberikan dana pinjaman juga akan >> memperoleh keuntungan. Hanya saja, karena pelakunya adalah unit usaha >> kecil, >> keuntungannya juga relatif kecil. Di sinilah perlu adanya niat tulus untuk >> memberdayakan ekonomi rakyat. >> >> Kedua, ini adalah moment untuk membebaskan umat dari jerat riba. Andai >> Bank >> Jatim benar-benar menarik modalnya, bisa jadi sebagian dari 2.200 anggota >> bank gakin yang harus mencari suntikan dana baru akan masuk dalam jebakan >> rentenir. Sangat disayangkan. >> >> Kalaupun Bank Jatim tidak jadi menarik dananya atau Pemkab Jember bisa >> mendapatkan bank/sponsor pengganti, fenomena maraknya bank gakin tetap >> menjadi peluang pasar yang prospektif bagi bank syariah. Usaha kecil yang >> dibiayai oleh bank gakin tidak akan selamanya menjadi usaha kecil. >> Pembinaan >> yang intensif dan dukungan modal yang memadai sangat mungkin >> mengantarkannya >> menjadi usaha besar tidak hanya dalam skala regional dan nasional, tapi >> juga >> internasional. Di new economy era seperti sekarang, semuanya serba >> mungkin. >> Tinggal apakah bank syariah berani menangkap peluang emas ini atau >> membiarkannya berlalu begitu saja. >> >> *Tulisan ini juga dimuat di www.auliya-fr.blogspot.com dan >> www.facebook.com/ririn.handayani* >> >> -- >> >> ----- >> save a tree.. please don't print this email unless you really need to >> >> >> [Non-text portions of this message have been removed] >> >> >> >> ------------------------------------ >> >> ========================= >> Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain >> games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan >> 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 >> ========================= >> Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang >> ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi >> tegas. >> ========================= >> Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua >> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com >> ------------------------- >> Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor >> posting sebelumnyaYahoo! Groups Links >> >> >> >> > > > > -- > salam, > Ari > > > ------------------------------------ > > ========================= > Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain > games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan > 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 > ========================= > Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. > Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. > ========================= > Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua > http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com > ------------------------- > Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor > posting sebelumnyaYahoo! Groups Links > > > > -- Sent from my mobile device ------------------------------------ ========================= Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 ========================= Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. ========================= Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com ------------------------- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/