Menurut saya, biarkan saja masing-masing jenis bank berkembang.
Semakin banyak alternatif (termasuk lewat pendanaan non bank semisal
venture capital ataupun pasar modal) akan semakin baik.  Mengapa?
Karena kebutuhan tiap usaha dan bisnis berbeda-beda. Kalau ada 1000
alternatif, mengapa cuma puas dengan 3 alternatif?

Jadi tidak usah lah satu bank "ditantang" untuk menjadi jenis bank
lainnya. Tantangan seperti itu cuma akan mengaburkan esensi
masing-masing.

Dan mengatakan bahwa satu jenis perbankan adalah "dari Tuhan" - dan
yang lain bukan - adalah semata-mata pengelabuan.  Bila memang Tuhan
sendiri mau bikin "bank" - Beliau tidak butuh campur tangan
organisatoris manusia (yg cuma akan bikin repot dan cenderung
manipulatif).

On 7/19/09, Ari Condro <masar...@gmail.com> wrote:
> agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena
> M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia
> dibandingkan grameen bank.  beberapa alasannya seperti dijabarkan
> salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan
> nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib
> wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan).
>
> di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS
> dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat
> level corporate dan industri.  jadi kalau bicara UMKM dgn bank
> syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya.
>
> selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di
> bank islam, yaitu :
> - mudhorobah (bagi hasil)
> - murobahah (cost plus)
> - musyarokah (holding)
>
> yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan
> liwat skema murobahah, alias cost plus).  ini metode ilustrasi
> sederhananya.
>
> ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt.  maka bank
> akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar
> 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt.  tinggal anguran misale
> 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil.  metode
> ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga
> berjalan pulak.
>
> kenapoa metode ini paling populer ?  karena nasabah bank islam "tidak
> dipercaya" akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble.
> secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, "managers tend to apply
> earnings management" gitu lho.  silakan buka lagi bukunya Scott
> positive accounting theory bagian earnings management.
>
> gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara
> oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem
> bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan
> mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank
> akan lebih kecil dari yang seharusnya.
>
>
>
>
>
> 2009/7/18 anton ms wardhana <ari.am...@gmail.com>:
>> tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn
>> handayani
>> dalam rangka iB Blogger Competition.
>> kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
>> saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
>> selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
>> tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya
>> isyu
>> ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai
>> pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli
>> dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi
>> jumlah
>> merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari
>> angka
>> itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang
>> keduanya
>> :)
>>
>> komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM,
>> bukan
>> pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang
>> tertarik
>> dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi
>> ketinggian
>> ah.. penonton aja deh :)
>>
>> menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada
>> UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang "layak" dibantu
>> (kriteria
>> bisa macam2 soalnya) dan / atau   "mendidik" UKM ini agar mampu menyusun
>> rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu
>> diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan
>> laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa
>> monitor
>> dan mungkin mengembangkan usahanya lagi.
>> kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja
>> rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan
>> penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya
>> memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri.
>>
>> ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu "asal". kalo ternyata
>> ngaco
>> ya mohon maap dan mohon koreksinya :)
>>
>>
>> *BR, ari.ams*
>>
>> sumber asli:
>> http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/
>> *
>> *
>>>
>>> iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog
>>> Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar
>>> Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki
>>> blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel
>>> diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan
>>> tanggal
>>> 31 Oktober 2009 untuk periode II.
>>
>> *
>> Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh
>> ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali -
>>
>> Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari
>> berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200
>> anggota
>> Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur
>> di
>> ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha
>> Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim.
>> Padahal
>> modal pinjaman yang diberikan Bank Jatim hampir mencapai 80%. Dari 29 Bank
>> Gakin yang ada, hanya tujuh unit yang menggunakan dana mandiri. Dana yang
>> digulirkan juga lumayan besar yakni mencapai Rp 14 milyar lebih. Jika
>> benar
>> Bank Jatim akan menarik seluruh pinjamannya, dipastikan sekitar 2.200
>> anggota Bank Gakin Jember akan kelabakan. Mereka harus pontang-panting
>> mempertahankan eksistensi usahanya yang sudah tiga tahun ini dirintis
>> dengan
>> gemilang. Mereka akan terpukul karena pemerintah dalam hal ini Pemerintah
>> Kabupaten Jember, belum mampu menyediakan dana pengganti karena
>> keterbatasan
>> anggaran. Demikian sebagian isi dari tulisan di Harian Pagi Radar Jember
>> tersebut. Atas realitas ini, akankah Bank Syariah khususnya Bank Syariah
>> di
>> Kota Jember tergerak hatinya dan melihat ini sebagai potensi pasar yang
>> prospektif?
>>
>> Tujuh belas tahun sudah usia bank syariah di Indonesia sejak berdiri 1992
>> lalu, namun eksistensinya masih “melangit”. Sebagian besar strategi dan
>> inovasi produk yang dikembangkan bank syariah belum bisa dinikmati sektor
>> riil yang notabene adalah kalangan masyarakat kelas bawah yang jelas-jelas
>> sangat membutuhkan aliran modal namun tidak memiliki apa-apa untuk
>> dijadikan
>> agunan. Dalam mekanisme pemberian kredit/modal, bank syariah menetapkan
>> prosedur yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Masalahnya
>> kemudian menjadi sangat sederhana, apa artinya perbedaan antara bank
>> konvensional dengan sistem bunganya dan bank syariah dengan sistem bagi
>> hasilnya, jika keduanya sama-sama susah diakses oleh masyarakat kecil yang
>> membutuhkan modal untuk kelangsungan usahanya?
>>
>> Saya terenyuh mendengar cerita seorang ibu lijo (penjual sayur keliling)
>> tentang bagaimana ia bisa mendapatkan modal usaha untuk bisa berjualan dan
>> bagaimana ia harus membayar bunganya. Tak adanya akses untuk meminjam
>> modal
>> usaha ke bank karena tak punya apa-apa untuk dijadikan agunan, terpaksa si
>> ibu meminjam uang kepada rentenir dengan bunga 20 persen sebulan.
>> Bandingkan
>> dengan tingkat suku bunga kredit komersil bank konvensional yang kini
>> hanya
>> berkisar 11-14 persen/tahun (Jawa Pos, 4 Juli 2009). Si rentenir rupanya
>> sedikit berbaik hati dengan “belanja” pada ibu lijo rata-rata Rp 10 ribu
>> setiap hari. Ia tidak perlu membayar belanjaannya, cukup dihitung dengan
>> teliti kemudian mengurangi jumlah bunga yang harus dibayar ibu lijo atas
>> pinjamannya. Rata-rata sepuluh ribu setiap hari mungkin sedikit
>> meringankan
>> dan tidak terlalu besar dibandingkan jika harus membayar sekaligus. Tapi
>> bagi seorang lijo yang jam 12 malam harus sudah bangun dan segera kulakan
>> ke
>> pasar kemudian berkeliling dari satu perumahan ke perumahan lain, dari
>> satu
>> rumah ke rumah lain sejak hari masih gelap, yang jika sedang hoki paling
>> cepat jam 10 pagi baru bisa pulang ke rumah atau hingga jam 12 siang jika
>> dagangannya tak cepat laku, nominal itu sangat luar biasa. Betapa tidak?
>> Dari setengah kilogram daging ayam yang harganya sekitar Rp 11 ribu, lijo
>> biasanya hanya mengambil keuntungan Rp 500, atau Rp 100 dari seikat bayam
>> yang dijualnya. Dari receh demi receh itulah ia membayar bunga dan
>> mencicil
>> hutangnya pada rentenir, menghidupi keluarganya dan masih harus
>> menyisihkan
>> untuk modal berjualan esok harinya.
>>
>> Dalam situasi seperti ibu lijo di atas, keberadaan Bank Gakin tentu akan
>> sangat membantu. Sayangnya, untuk kabupaten Jember sebagaimana diberitakan
>> oleh Harian Pagi Radar Jember bulan lalu, nasibnya seperti telur di ujung
>> tanduk. Akankah bank syariah yang semakin marak mengekspansi Kota
>> Suwar-suwir ini mau menjadi dewa penolong bagi wong cilik tersebut?
>> Memberdayakan secara ekonomi sekaligus membebaskan masyarakat dari jerat
>> riba.
>>
>> *Belajar dari Grameen Bank*
>>
>> Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya berhasil membuktikan bahwa gerakan
>> nyata
>> untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa berjalan. Salah satu
>> ciri
>> unik Grameen Bank adalah pola pemberian kredit yang disandarkan pada
>> pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu kelompok terdiri dari
>> lima
>> orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating
>> (aktifitas yang mendatangkan penghasilan). Hanya dua orang dari mereka
>> yang
>> diperkenankan meminta kredit dari bank dan jika mereka tidak bermasalah
>> dalam pengembalian kreditnya, dua orang lainnya dalam kelompok boleh ikut
>> meminjam, dan jika semua sukses si orang kelima bisa mengajukan kredit
>> pada
>> bank. Dukungan moral dari sesama anggota kelompok peminjam menjadi pemacu
>> pengembalian kredit secara disiplin. Hanya sebagian kecil dari kreditor
>> yang
>> gagal mengembalikan kredit, sebagian besar (98,85%) mengembalikannya
>> secara
>> penuh tepat pada waktunya.
>>
>> Di antara kriteria pemberian modal yang dianut oleh Grameen Bank adalah
>> bahwa kredit pada masyarakat miskin pedesaan diberikan tanpa perlunya
>> agunan
>> atau penjaminan, kredit digunakan untuk aktifitas yang mendatangkan
>> penghasilan (income generating), adanya pengawasan dan bimbingan ketat
>> dari
>> pihak bank, serta transparansi pada pengelolaan banknya. Hampir semua
>> permodalan Grameen Bank dimiliki oleh para kreditornya sendiri dan hanya
>> sebagian kecil (6%) dimiliki oleh pemerintah Bangladesh. Saat ini,
>> operasional mereka dibiayai dari hasil pemutaran kredit dan sama sekali
>> tidak tergantung dari pinjaman atau bantuan dari pihak lain.
>>
>> Muhammad Yunus dan Grameen Bank berhasil menjadi pemecah mata rantai
>> lingkaran setan yang diciptakan antara kemiskinan dan permodalan. Dukungan
>> anggota kelompok dalam proses peminjaman kredit menjadi pengganti perlunya
>> agunan di Grameen Bank. Dalam praktik ekonomi kapitalisme yang umum
>> berlaku,
>> setiap peminjam kredit harus mempunyai sejumlah agunan sebagai jaminan
>> bagi
>> bank. Dengan adanya syarat ini, rakyat miskin yang tidak punya apa-apa
>> tidak
>> mungkin mendapat kesempatan mendapatkan modal dalam upayanya meningkatkan
>> penghasilan.
>>
>> Upaya yang dilakukan Muhammad Yunus dan Grameen Bank terus berkembang
>> pesat
>> dan yang sangat menarik adalah bahwa 97% diantara peminjam adalah
>> perempuan.
>> Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya tidak hanya berhasil membuktikan
>> bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa
>> berjalan namun juga membuktikan bahwa kaum perempuan yang menjadi nasabah
>> utama (98%) ternyata tidak hanya bisa dipercaya namun juga mampu melakukan
>> sebuah perubahan sangat revolusioner, yakni berhasil melawan kemiskinan.
>> Perempuan secara tidak disengaja menjadi ujung tombak penerima kredit
>> Grameen Bank. Dengan nilai kredit yang tidak terlalu besar, perempuan
>> pedesaan Bangladesh yang secara tradisional tidak terlalu banyak
>> berkontribusi ekonomi dapat mencoba menumbuhkan usaha-usaha kecil yang
>> menghasilkan uang. Hasilnya luar biasa. Kaum perempuan Bangladesh memiliki
>> andil besar dalam meningkatkan perekonomian di desanya masing-masing dan
>> karena Grameen Bank dilakukan pada skala yang besar, kontribusinya pada
>> perekonomian negara juga cukup signifikan. Diperkirakan 1,1% dari GDP
>> Bangladesh merupakan nilai tambah dari seluruh aktifitas Grameen Bank.
>> Hingga 2008 lalu Grameen Bank telah memiliki 1.181 cabang, bekerja di
>> 42.127
>> desa, didukung 11.777 staf, menyalurkan kredit sebanyak $3,9milyar kepada
>> 2,6juta debitur yang 95% perempuan. Hingga kini model Grameen Bank telah
>> direplikasi oleh lebih 250 lembaga keuangan mikro di hampir 100 negara.
>>
>> *Grameen Bank di Kabupaten Jember*
>>
>> Pertumbuhan dan perkembangan Bank Gakin di Kabupaten Jember sangat pesat
>> bahkan berhasil meraih MDGs Award dan menjadi role model bagi bank
>> gakin-bank gakin di daerah lain di Indonesia. Bank Gakin adalah sebutan
>> yang
>> diberikan sendiri oleh warga miskin yang menjadi anggotanya. Istilah ini
>> kemudian dipopulerkan oleh beberapa pengurus dan anggota Lembaga Keuangan
>> Masyarakat Mikro (LKMM) sebagai antitesis terhadap bank formal yang selama
>> ini tidak pernah mau peduli dengan ekonomi keluarga miskin.
>>
>> Tumbuh kembang bank gakin di Jember dipelopori oleh Dinas Koperasi dan
>> Usaha
>> Kecil Menengah Kabupaten Jember sejak tahun 2005 lalu. Tujuan utamanya
>> adalah perempuan miskin dan produktif. Pada awalnya program ini akan
>> diimplementasikan pada tingkat desa. Namun karena wilayah desa dianggap
>> masih terlalu luas, wilayah kerja Keuangan Mikro Masyarakat dipersempit
>> menjadi tingkat dusun. Semakin sempit wilayah kerja diprediksi akan
>> semakin
>> efektif. Dusun Semenggu dan Mojan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang
>> terpilih sebagai pioneer karena masyarakat di kedua lokasi tersebut telah
>> di-black list lembaga perbankan. Dengan modal dana hibah dari Dinas
>> Koperasi
>> dan UMKM sebesar dua puluh lima juta rupiah dan simpanan sukarela anggota,
>> kedua Lembaga Keuangan Mikro Masyarakat tersebut telah mampu melayani
>> sekitar 30 kelompok yang beranggotakan lebih dari 150 kepala keluarga.
>>
>> Sebagaimana halnya Grameen Bank, bank gakin di Jember juga menggunakan
>> prinsip tanggung renteng di antara para anggotanya. Kelompok usaha yang
>> terdiri atas 5-10 orang dapat mengajukan kredit usaha tanpa agunan antara
>> Rp
>> 50.000 hingga Rp 1 juta. Masyarakat yang mengajukan kredit tidak perlu
>> menyerahkan proposal usaha, apalagi melalui survei yang berbelit. Proposal
>> bisa diajukan secara lisan. Dana kredit bisa langsung cair setelah
>> diadakan
>> survey sekilas terhadap usaha yang dijalankan. Dengan kucuran kredit
>> berjangka waktu 10 minggu yang diangsur setiap minggu dengan bunga 0,5
>> persen, terobosan ini sangat membantu kelompok usaha kecil dan menengah.
>>
>> Anggota satu bank gakin maksimal 200 orang warga miskin. Jika lebih dari
>> 200
>> orang, bank akan mengalami kesulitan dari sisi pengelolaan. Bank ini
>> dikelola sendiri oleh warga miskin, di mana 90% pengurusnya adalah
>> perempuan. Sebanyak 46% di antaranya adalah lulusan sekolah dasar dan 5%
>> tidak melewatkan pendidikan sekolah formal. Meski demikian, omzet bank
>> gakin
>> di Jember mampu mencapai Rp 14 miliar dengan aset Rp 2,1 miliar.
>> Pertumbuhan
>> omzet selama tiga tahun terakhir rata-rata 260%. Sebuah pertumbuhan yang
>> sangat spektakuler jika dilihat dari kacamata usaha. Sayang, nasibnya kini
>> seperti telur di ujung tanduk. Empat tahun belum cukup bagi sebagian besar
>> bank gakin untuk bisa mandiri. Hanya tujuh dari 29 Bank Gakin yang mampu
>> menggunakan dana mandiri.
>>
>> *Butuh Keberanian Revolusioner dan Niat Tulus*
>>
>> Problematika yang tengah melanda bank gakin di Jember sebenarnya bisa
>> menjadi potensi pasar yang prospektif. Termasuk bagi bank syariah di kota
>> Jember : Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Dibutuhkan
>> keberanian revolusioner dan niat tulus untuk mengambil alih peran Bank
>> Jatim
>> yang selama ini menjadi pengayom. Keberanian yang revolusioner dan niat
>> yang
>> tulus menjadi hal yang penting dalam konteks ini mengingat :
>>
>> Pertama, sekalipun prospektif karena pertumbuhannya yang pesat hingga
>> 260%,
>> membiayai bank gakin yang tidak lain adalah banknya orang miskin, tentu
>> tak
>> semenguntungkan jika membiayai usaha besar yang omsetnya jauh lebih besar.
>> Juga jauh lebih menguntungkan dan aman jika dana bank disimpan dalam
>> bentuk
>> Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. Faktor komersil ini yang mungkin
>> menjadi
>> salah satu pertimbangan Bank Jatim mau menarik dananya di bank gakin.
>> Dengan
>> sistem bagi hasilnya, bank syariah sebenarnya tidak akan rugi. Bukankah
>> selama ini prinsip bagi hasil yang dijalankan bank syariah berdasarkan
>> keuntungan riil di lapangan. Artinya, jika usaha yang dibiayai oleh bank
>> gakin berhasil, bank syariah yang memberikan dana pinjaman juga akan
>> memperoleh keuntungan. Hanya saja, karena pelakunya adalah unit usaha
>> kecil,
>> keuntungannya juga relatif kecil. Di sinilah perlu adanya niat tulus untuk
>> memberdayakan ekonomi rakyat.
>>
>> Kedua, ini adalah moment untuk membebaskan umat dari jerat riba. Andai
>> Bank
>> Jatim benar-benar menarik modalnya, bisa jadi sebagian dari 2.200 anggota
>> bank gakin yang harus mencari suntikan dana baru akan masuk dalam jebakan
>> rentenir. Sangat disayangkan.
>>
>> Kalaupun Bank Jatim tidak jadi menarik dananya atau Pemkab Jember bisa
>> mendapatkan bank/sponsor pengganti, fenomena maraknya bank gakin tetap
>> menjadi peluang pasar yang prospektif bagi bank syariah. Usaha kecil yang
>> dibiayai oleh bank gakin tidak akan selamanya menjadi usaha kecil.
>> Pembinaan
>> yang intensif dan dukungan modal yang memadai sangat mungkin
>> mengantarkannya
>> menjadi usaha besar tidak hanya dalam skala regional dan nasional, tapi
>> juga
>> internasional. Di new economy era seperti sekarang, semuanya serba
>> mungkin.
>> Tinggal apakah bank syariah berani menangkap peluang emas ini atau
>> membiarkannya berlalu begitu saja.
>>
>> *Tulisan ini juga dimuat di www.auliya-fr.blogspot.com dan
>> www.facebook.com/ririn.handayani*
>>
>> --
>>
>> -----
>> save a tree.. please don't print this email unless you really need to
>>
>>
>> [Non-text portions of this message have been removed]
>>
>>
>>
>> ------------------------------------
>>
>> =========================
>> Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain
>> games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan
>> 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
>> =========================
>> Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang
>> ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi
>> tegas.
>> =========================
>> Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
>> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
>> -------------------------
>> Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor
>> posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>
>
>
> --
> salam,
> Ari
>
>
> ------------------------------------
>
> =========================
> Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain
> games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan
> 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
> =========================
> Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada.
> Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
> =========================
> Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
> -------------------------
> Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor
> posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
>
>
>
>

-- 
Sent from my mobile device


------------------------------------

=========================
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=========================
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=========================
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-------------------------
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnyaYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke