di copas dari koran-digital tentang menjinakkan inflasi
berita asli dari seputar indonesia

BR, ari.ams

---------- Pesan terusan ----------
Tanggal: 7 Agustus 2010 10.23
Subjek: [Koran-Digital] Khudori : Menjinakkan Inflasi


  *Menjinakkan Inflasi *    Friday, 06 August 2010
Inflasi mulai merangkak naik, dipicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Inflasi bulanan pada Juni lalu mencapai 0,97%, naik menjadi 1,57% pada Juli
2010. Laju inflasi Januari-Juli 2010 mencapai 4,02% dan inflasi year on year
sebesar 6,22%.

Target inflasi pemerintah tahun ini sebesar 5,3% berpotensi terlampaui
karena inflasi Agustus dan September diperkirakan masih akan tinggi. Selain
karena bulan puasa,tingkat inflasi Agustus akan disumbang dampak langsung
kenaikan tarif dasar listrik industri sebesar 10–15%. Adapun inflasi
September didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri. Untuk mencapai sasaran
inflasi sebesar 5,3%,pemerintah masih memiliki ruang manuver sebesar 1,3%.

Artinya, selama lima bulan ke depan rata-rata inflasi bulanan harus tidak
lebih dari 0,2%.Amat muskil inflasi Agustus dan September 2010 bisa ditekan
menjadi 0,2%.Pada September 2009,inflasi menembus 1,02% karena bulan puasa
dan Idul Fitri.Setelah itu terjadi deflasi karena konsumsi menurun.
Masalahnya, ruang gerak 1,3% itu amat sempit dan tidak banyak menyisakan
pilihan bagi pemerintah.Apabila pemerintah gagal mengendalikan harga-harga
kebutuhan pokok, inflasi pasti terlampaui.

Pengalaman puluhan tahun menunjukkan, pemerintah gagal menjinakkan inflasi
lantaran didorong oleh kegagalan mengendalikan harga kebutuhan pokok.
Instabilitas harga kebutuhan pokok selalu menjadi agenda rutin tahunan
karena sampai saat ini pemerintah belum juga menyusun instrumen dan
kelembagaan stabilisasi yang kredibel, terukur, dan komprehensif.
Sebaliknya, respons pemerintah selalu reaktif, ad hoc, dan fragmentaris.

Semua itu tak lebih sebagai pemadam kebakaran.Tak terhitung energi, waktu,
dan biaya yang terkuras akibat instabilitas harga kebutuhan pokok. Bangsa
ini kehabisan waktu, tenaga, dan biaya besar untuk mengatasi halhal rutin
yang mestinya bisa diselesaikan. Bagi rakyat, terutama yang miskin,
instabilitas harga kebutuhan pokok ini akan mengekspos mereka pada posisi
yang amat rentan. Pendapatan rakyat yang tidak seberapa akan tergerus oleh
inflasi.

Warga miskin yang 60-75% pendapatannya untuk pangan harus merealokasi
keranjang belanja dengan menekan pos nonpangan guna mengamankan perut.
Mereka harus mengatur ulang keranjang pengeluaran. Pertama, dana pendidikan
dan kesehatan dipangkas, lalu dialihkan ke pangan.Kedua, jumlah dan
frekuensi makan dikurangi. Jenis pangan inferior (murah dengan kandungan
energi-protein rendah) jadi pilihan.Dampaknya, konsumsi energi dan protein
menurun.

Bagi orang dewasa, ini berpengaruh pada produktivitas kerja dan kesehatan.
Buat ibu hamil/menyusui dan anak balita akan berdampak buruk pada
perkembangan kecerdasan anak.Terbayang akan lahir generasi IQ jongkok dan
SDM yang tak bisa bersaing dalam kompetisi yang kian ketat. Inikah generasi
yang akan kita ciptakan di masa mendatang?

*** Menurut Biro Pusat Statistik (BPS),mayoritas pengeluaran penduduk
Indonesia masih untuk pangan. Rata-rata pengeluaran penduduk untuk pangan
mencapai 50,62% pada 2009. Bahkan, bagi penduduk miskin, 73,5% pengeluaran
keluarga untuk pangan. Sedikit saja ada lonjakan harga,daya beli mereka akan
anjlok drastis. Itulah sebabnya, banyak ekonom menyebut inflasi sebagai
“perampok uang rakyat”. Kondisi semacam ini bukan khas Indonesia.

Hampir di semua negara berkembang pangsa pengeluaran pangan keluarga memang
masih dominan. Ketika harga kebutuhan pokok naik,kemiskinan pun melonjak.
Inflasi di Indonesia tergolong masih tinggi, rata-rata di atas 5%. Memang,
inflasi pada 2009 hanya 2,78%. Namun, pada tahun yang sama banyak negara
mengalami deflasi karena krisis ekonomi global. Dibandingkan negara
lain,target inflasi tahun ini pun tergolong masih tinggi.

Inflasi di Malaysia dan Thailand biasanya lebih kecil dari 5%. Inflasi di
negara-negara maju seperti Singapura, Korea Selatan,Hong Kong, dan Taiwan di
bawah 3%. Bahkan, Jepang sering mengalami deflasi. Ini semua ditopang
kebijakan yang komprehensif dan kredibel.Kita bisa ambil contoh Malaysia.
Saat ini, ketika Indonesia gonjang-ganjing oleh harga kebutuhan pokok,
Malaysia tidak mengalaminya.

Ini terjadi karena Malaysia bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok lebih
baik daripada Indonesia. Malaysia memiliki undang-undang The Price Control
Actuntuk mengontrol harga barang- barang yang kebanyakan adalah barangbarang
makanan sejak 1946.Juga ada The Control of Supplies Act yang mulai berlaku
pada 1961. Undang- undang ini mengatur keluar-masuknya barang di perbatasan
seperti gandum.

Dalam UU tersebut, harga 225 kebutuhan sehari-hari warga masyarakat dan 25
komoditas dikontrol pada festive season (hari besar). Pada tahun 2008
dibentuk Majlis Harga Negara untuk memonitor harga barang, menerima keluhan
masyarakat, dan mendukung cadangan pangan nasional. Pada tahun-tahun saat
harga minyak tinggi, inflasi di Malaysia bisa ditekan, bahkan di bawah
5%.Padahal, inflasi di Indonesia pada 2005 mencapai 17,11% dan pada 2008
mencapai 11,06%.

Malaysia cukup berhasil menjaga stabilitas harga sehingga inflasi rendah,
apa pun yang terjadi di pasar internasional (Adiningsih,2010). Berpijak dari
kondisi itu, langkah-langkah Bank Indonesia untuk menekan inflasi dengan
menstabilkan nilai tukar tidak akan banyak artinya apabila tidak didukung
upaya pemerintah dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok. Di masa lalu,
negeri ini pernah memiliki sejarah gemilang dalam stabilisasi harga
kebutuhan pokok lewat Bulog.

Wacana untuk mengembalikan fungsi-fungsi strategis Bulog bisa saja
dilakukan. Namun, itu tidak banyak artinya apabila tidak didukung dengan
pendanaan memadai dan instrumen yang komprehensif. Pertama, harus segera
ditentukan komoditas kebutuhan pokok yang memiliki pengaruh besar terhadap
pengeluaran rumah tangga. Jumlahnya bisa 4–5 komoditas. Ini pun sifatnya
dinamis.

Komoditas inilah yang menjadi opsi stabilisasi. Kedua, instrumen harus
komplet, mulai dari harga patokan (ceiling/ floor price), stok atau
cadangan, dana murah, pengendalian eksporimpor hingga program jaminan sosial
dalam bentuk pangan bersubsidi. Ketiga, pemerintah harus menjamin sistem
distribusi lancar dan tidak ada pelaku dominan di pasar yang bisa
mengeksploitasi keadaan. Dengan ketiga langkah simultan tersebut, hampir
bisa dipastikan inflasi akan bisa dijinakkan.(*)

Khudori
Anggota AEPI, Pengamat Sosial-
Ekonomi Pertanian dan Globalisasi

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/343009/

--
-- 
-----
save a tree, don't print this email unless you really need to


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=========================
Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"
=========================
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=========================
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
    ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke