Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Dalam kehidupan kita, ada banyak orang baik yang bersedia memberikan 
penghargaan atas kontribusi orang lain. Dalam konteks pekerjaan, ini 
diwujudkan mulai dari sekedar ucapan terimakasih dari atasan. Bonus 
dan insentif dari perusahaan. Atau, mungkin namanya disebutkan dan 
dituliskan dalam sebuah acara atau media yang bergengsi. Tetapi, 
tidak semua orang mendapatkan penghargaan, meskipun sesungguhnya 
mereka memiliki andil. Misalnya, jika perusahaan memberikan 
penghargaan atas kinerja saya, maka sesungguhnya, bukan hanya saya 
yang layak mendapatkan penghargaan atau pujian itu. Melainkan, semua 
orang yang turut berkontribusi pada pencapaian itu.

Tidak jarang, ketika sebuah penghargaan diberikan kepada seseorang, 
kita mendengar beberapa orang lainnya berbicara dibelakang. "Gue 
heran, kenapa hanya dia yang dapat penghargaan itu. Padahal yang 
kerja kan bukan cuma dia...!!!" Untuk alasan apapun, kalimat itu 
benar adanya. Sebab, tidak ada seorangpun mahluk dimuka bumi ini 
yang bisa melakukan segala sesuatu sendirian. Bukan hanya rekan 
kerja di kantor yang berjasa pada kita, melainkan juga orang-orang 
yang mungkin sama sekali tidak kita kenali. 

Begitu banyak orang yang telah berjasa pada saya, hingga berhasil 
meraih semua pencapaian ini. Misalnya, ketika saya hendak menghadiri 
sebuah pertemuan penting. Sebelum berangkat, istri saya menyiapkan 
pakaian. Tentu saja, pembantu kami yang mencuci dan menyetrikanya 
terlebih dahulu. Dijalan, tukang tambal ban mengganti ban mobil yang 
bocor dengan ban serep. Tukang bensin, menyediakan bahan bakar. 
Sedangkan tukang jualan nasi uduk menyelamatkan saya dan istri, 
pembantu saya, tukang tambal ban, dan tukang jualan bensin dari 
bahaya kelaparan. Sementara itu, tanpa petani di pedesaan; tukang 
nasi uduk itu tidak bisa jualan. Tukang jual pupuk berjasa pada 
petani. Sopir truk membantu tukang pupuk untuk mengirimkan barang 
dagangannya. Dan seterusnya. Tiba-tiba saja, saya menyadari bahwa 
semua orang dimuka bumi ini berkontribusi kepada pencapain-
pencapaian saya! Lantas, mengapa yang mendapatkan penghargaan di 
forum itu hanya saya sendiri?!

Jika anda berpikir ilustrasi saya itu berlebihan; baiklah, mari kita 
sedikit menginjak bumi. Mungkin anda pernah merasa begitu berjasa 
kepada seseorang. Tanpa peran anda dalam organisasi, orang itu pasti 
tidak bisa menjalankan proyeknya. Pokoknya tanpa anda, orang itu; 
tidak akan bisa mewujudkan gagasan-gagasannya untuk perusahaan. 
Faktanya: Anda berjasa pada orang itu. Tapi, kenapa hanya dia yang 
mendapatkan tepuk tangan? Sedangkan anda? Nama anda disebutpun 
tidak. Anda dilupakan. Seolah-olah tidak ada peran anda sama sekali 
didalamnya. Seolah-olah, anda itu diposisikan sebagai si no body. 
Seolah-olah, anda tidak pernah ada. Bagaimana perasaan anda? Marah?

Tunggu dulu. Itu belum seberapa. Suatu saat anda berdiskusi dengan 
teman di kantor. Kepada orang itu anda membeberkan sebuah gagasan 
penting yang bisa menghasilkan keuntungan berlipat ganda bagi 
perusahaan. Dan anda bilang, gue akan membuat proposal kepada 
manajemen supaya proyek ini bisa dijalankan. Dan anda juga tahu 
bahwa; jika proyek itu berhasil, anda akan mendapatkan kenaikan 
jabatan, atau bonus tambahan. Tapi, apa yang terjadi? Sebelum anda 
benar-benar mengajukan proposal itu kepada manajemen; teman anda itu 
melakukannya duluan! Dan gilanya lagi, dia sama sekali tidak 
mencantumkan nama anda dalam proposal itu. Bahkan, dia mengklaim itu 
sebagai gagasannya yang brilian! Hah, rasanya anda ingin menendang 
bokong bajingan itu! Iya, kan?

Pada suatu ketika, seseorang memforward saya sebuah email yang dia 
dapat dari orang lain; karena seseorang lainnya memforward email itu 
kepada orang-orang yang lainnya. Semacam email berantailah. Judulnya 
menarik perhatian saya. Lalu saya buka dan baca. Lho? Ini kan 
artikel yang saya tulis beberapa waktu lalu? Tapi tampaknya, 
sekarang kepemilikannya sudah berpindah tangan kepada sang pengirim 
email. Bukan saya. Saya harus apa? Menulis email yang menyatakan 
bahwa orang itu telah mencuri artikel saya dan dikirim kepada semua 
orang? Tidak. Saya tidak mau melakukan itu. Atau,...membuat iklan 
pengumuman di koran? Tidak. Itu hanya akan menjadikan orang-orang 
tahu bahwa aslinya saya ini manusia norak. Bagaimana dengan...hmmmh; 
labrak saja orang itu?! Hah, jangan-jangan badan dia lebih kekar 
dari saya yang kerempeng ini. Lantas, bagaimana?

Lantas, saya menemukan sebuah penyadaran bahwa itu bukan artikel 
saya. Melainkan milik Tuhan. Sedangkan saya hanyalah tukang ketik 
yang dipilih Tuhan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan yang 
bisa dibaca orang. Lantas, jika gagasan dalam artikel itu milik 
Tuhan; mengapa saya harus marah kepada orang yang dipilih Tuhan 
untuk menyebarkan artikel itu kepada orang lain sehingga mereka 
mendapatkan manfaat dari gagasan positif yang dikandungnya? Tuhanlah 
yang berhak mengklaim nilai artikel itu. Bukan saya. Jadi, saya 
biarkan saja Tuhan berbuat sesuka hati atas artikel itu.

Lantas, saya dapat apa? Hah, pertanyaan macam apa itu? Saya dapat 
apa. Itu adalah bibit sebuah sifat yang kita sebut sebagai pamrih. 
Tidak selamanya salah. Tetapi, tidak selalu betul. Dalam konteks 
bekerja, lalu mendapat upah. Atau memberi pelayanan, lalu 
mendapatkan bayaran. Atau menjual barang, lalu menerima sejumlah 
uang. Hal itu bisa dimengerti. Tetapi, jika kita masih 
bertanya; `apa yang akan saya dapatkan jika saya berbuat kebaikan' -
  mungkin kita perlu lebih banyak merenung. 

Lagi pula, bukankah Tuhan tidak pernah salah hitung? Jika Tuhan 
merasa perlu untuk memberikan penghargaan, maka penghargaan itu akan 
sampai kepada orang yang berhak menerimanya. Dan untuk itu; Tuhan 
tidak pernah keliru. Berbeda dengan kita para manusia. Mata kita 
kadang silap. Mengira si A yang berjasa, padahal si B-lah orangnya. 
Mengira si X yang memiliki gagasan, padahal si Y-lah yang kepalanya 
bermuatan. Jadi, ketika kita memberikan pujian kepada si A atau si 
X, bukan saja telah salah alamat; melainkan juga bertindak tidak 
adil. Meskipun tidak disengaja. Tetapi, siapa sih yang bisa benar-
benar adil dimuka bumi ini? Hanya Tuhan yang bisa begitu, bukan? 
Sebab, perbuatan apapun yang kita lakukan, pasti ada hitung-
hitungannya. Dan Tuhan, tidak pernah sembarangan melakukannya. 

Bukan hanya orang lain yang kurang menghargai kontribusi dan jerih 
payah kita. Bisa jadi kita juga begitu. Setidaknya, kita juga pernah 
melupakan kebaikan dan jasa orang lain. Meskipun mungkin kita tidak 
bermaksud begitu. Betapa banyak orang yang berbicara di podium 
kehormatan, kemudian mengucapkan terimakasih kepada teman-temannya 
di organisasi. Orang yang tahu diri ini sudah berusaha sebisanya 
untuk mengapresiasi kebaikan semua; dengan menyebutkan nama mereka 
satu demi satu. Ketika mengakhiri pidatonya yang tulus itu, dia 
tidak sadar bahwa ada satu temannya yang dia lupa menyebut namanya. 
Dia tidak sadar. Ratusan orang di ruangan itu juga tidak sadar. Sama 
sekali tidak ada yang menyadari hal itu, kecuali satu orang saja. 
Anda tahu siapa orang itu? Dia adalah sang pemilik nama itu. Hatinya 
berdegup kencang ketika mendengar orang baik itu menyebut nama 
sahabat-sahabatnya satu demi satu. Namun, ketika sampai akhir pidato 
nama dirinya tidak pernah disebut; ada sesuatu yang mengganjal 
dihatinya. "Kok bisa sih, dia melupakan saya......"

Percayalah, itu bisa terjadi kepada setiap orang. Kepada saya juga, 
tentu saja. Ada kalanya orang lupa pada kontribusi kita. Namun, pada 
kesempatan lain, kitalah yang melupakan jasa-jasa mereka. Tetapi, 
Tuhan. Pasti tidak akan pernah lupa. Karena untuk setiap kebaikan 
yang kita lakukan bagi umat manusia. Meskipun sangat 
kecccciiiiiiiil..... sekali. Tuhan akan mencatatkannya dengan 
teramat sempurna. Dan, jika kita masih bertanya: apa yang akan saya 
dapatkan dari kebaikan yang saya lakukan?. Maka, marilah kita 
menghibur diri dengan sebuah keniscayaan, bahwa; energi itu abadi. 
Energi yang terpancar dari dalam diri kita, akan selalu menjadi 
milik kita. Hanya saja, kita mesti belajar bersabar untuk bertemu 
kembali dengan energi itu; kelak. Pada saat kita berhadapan dengan 
Sang Maha Menilai. Yaitu saat dimana, semua perbuatan kita 
diperhitungkan. Dan dipertanggungjawabkan. Sekecil apapun itu.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/

Catatan Kaki:
Lakukanlah kebajikan sebisamu, tanpa harus menghitung-hitung 
balasannya untukmu. Sebab, logikamu tidak akan pernah mampu 
menampung penghargaan yang Tuhan persiapkan bagi dirimu. 

Untuk Update Artikel Terbaru Dari Dadang Kadarusman Melalui Email, 
klik disini: http://www.dadangkadarusman.com/contact-us/email-alert/ 


Kirim email ke