MEMBERI NAFKAH KEPADA ORANG YANG SEPENUHNYA MENUNTUT ILMU SYARI’AT (AGAMA)
Oleh
Dr Fadhl Ilahi
http://almanhaj.or.id/content/934/slash/0/memberi-nafkah-kepada-orang-yang-sepenuhnya-menuntut-ilmu-syariat-agama/

Termasuk kunci-kunci rizki adalah memberi nafkah kepada orang yang sepenuhnya 
menuntut ilmu syari’at (agama). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits 
riwayat At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu 
bahwasanya ia berkata.

كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
فَكَانَ اَحَدُهُمَا يَأْتِيْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
وَالآْخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى 
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ

“Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam. Salah seorang daripadanya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
[1] dan (saudaranya) yang lain bekerja [2]. Lalu saudaranya yang bekerja itu 
mengadu [3] kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda : “Mudah-mudahan engkau diberi rizki dengan sebab 
dia” [4]

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang mulai Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menjelaskan kepada orang yang mengadu kepadanya karena kesibukan saudaranya 
dalam menuntut ilmu agama, sehingga membiarkannya sendirian mencari penghidupan 
(bekerja), bahwa semestinya ia tidak mengungkit-ngungkit nafkahnya kepada 
saudaranya, dengan anggapan bahwa rizki itu datang karena dia bekerja. Padahal 
ia tidak tahu bahwasanya Allah membukakan pintu rizki untuknya karena sebab 
nafkah yang ia berikan kepada saudaranya yang menuntut ilmu agama secara 
sepenuhnya.

Al-Mulla Ali Al-Qari menjelaskan sabda nabi Shallallahu ‘alaihi wa salllam 
(لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ) “Mudah-mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia” 
yang menggunakan shigat majhul (ungkapan kata kerja pasif) itu berkata, “Yakni, 
aku berharap atau aku takutkan bahwa engkau sebenarnya diberi rizki karena 
berkahnya. Dan bukan berarti dia diberi rizki karena pekerjaanmu. Oleh sebab 
itu jangan engkau mengungkit-ungkit pekerjaanmu kepadanya”[5]

Al-Alamah Ath-Thaibi berkata : “Makna (لَعَلَّ )mudah-mudahan’ dalam sabda 
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (لَعَلَّكَ ) mudah-mudahan engkau’, bisa 
kembali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga berfungsi 
untuk memberikan kepastian (bahwa dia mendapatkan rizki karena berkah 
saudaranya) dan menegur (bahwa dia mendapatkan rizki bukan karena 
pekerjaannya). Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits.

فَهَلْ تُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُم؟

“Bukankah kalian diberi rizki karena sebab orang-orang lemah di antara kalian ?”

Tetapi bisa pula kembali kepada orang yang diajaknya bicara untuk mengajaknya 
berfikir dan merenungkan, sehingga ia menjadi sadar” [6]

Demikianlah, dan sebagian ulama telah menyebutkan [7] bahwa orang-orang yang 
mempelajari ilmu agama secara sepenuhnya adalah termasuk kelompok yang 
disinggung dalam firman Allah.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ 
ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ 
تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا 
تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan 
Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi, orang yang tidak tahu 
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu 
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang 
secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan 
Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” [Al-Baqarah/2 : 273]

Imam Al-Ghazali berkata :”Ia harus mencari orang yang tepat untuk mendapatkan 
sedekahnya. Misalnya para ahli ilmu. Sebab hal itu merupakan bantuan baginya 
untuk (mempelajari) ilmunya. Ilmu adalah jenis ibadah yang paling mulia, jika 
niatnya benar. Ibnu Al-Mubarak senantiasa mengkhususkan kebaikan (pemberiannya) 
bagi para ahli ilmu. Ketika dikatakan kepada beliau, “Mengapa tidak engkau 
berikan kepada orang secara umum?” Beliau menjawab. ‘Sesungguhnya aku tidak 
mengetahui suatu kedudukan setelah kenabian yang lebih utama daripada kedudukan 
para ulama. Jika hati para ulama itu sibuk mencari kebutuhan (hidupnya), 
niscaya ia tidak bisa memberi perhatian sepenuhnya kepada ilmu, serta tidak 
akan bisa belajar (dengan baik). Karena itu, membuat mereka bisa mempelajari 
ilmu secara sepenuhnya adalah lebih utama’. [8] 

[Disalin dari kitab Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Penulis DR 
Fadhl Ilahi, Edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, 
Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Penerbit Darul Haq- Jakarta]
_______
Footnote
[1]. Yakni untuk mencari ilmu dan pengetahuan [Murqatul Mafatih, 9/170]
[2]. Dan sepertinya mereka berdua makan dari hasil kerjanya [Op.cit, 9/170]
[3]. Yakni mengapa saudaranya tidak mau membantunya dalam bekerja atau mencari 
pekerjaan lain. [Op.cit, 9/170-171
[4]. Jami’ut Tirmidzi, Abwabuz Zuhd, bab Ma Ja’a fiz Zahadati fid Dunya, no. 
2448, 7/8 dan lafazh ini miliknya ; Al-Mustadzrak alas Shahihain, Kitabul Ilm, 
1/93-94. Imam Hakim berkata,’Hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim. Para 
perawinya tsiqat (terpercaya), tetapi hadits ini tidak dikeluarkan 
(diriwayatkan) oleh Al-Bukhari dan Muslim (Op.cit., 1/94). Dan hal ini 
disepakati oleh Al-Hafizh Adz-Dzhabai (Lihat, At-Talkish, 1/94), Syaikh 
Al-Albani berkata, ‘Shahih’ [Shahih Sunan At-Tirmidizi, 2/274]
[5]. Murqatul Mafatih, 9/171
[6]. Murqatul Mafatih, 9/171
[7]. Lihat Tafsir Al-Manar, 3/88
[8]. Dinukil dari Tafsir Al-Qasimi, 3/250                                       
  

Kirim email ke