Mba, Sekedar sharing inilah langkah2 yang sudah saya persiapkan. Kuncinya SATU, kita tidak bisa bergantung kepada orang lain (asistan, baby sister, orang tua) selain kepada Yang Di Atas.
1. Niatkan bekerja dengan ikhlas, untuk keluarga, dan juga masyarakat yang kekurangan, terutama kalo gajinya dah double digit gitu. 2. Siapkan PASIVE INCOME sejak dini. Apakah ini sangat mungkin dilakukan? YA... Bikin target, mau "PENSIUN" misal 3 - 5 taon lagi. Jadi sekarang mesti SAVE berapa dengan target setelah pensiun kita dapat PASIVE INCOME tertentu dengan RETURN per tahun sekian %. Lakukan diversifikasi aset, seperti: Reksadana, Saham langsung mungkin, ato coba untuk join income dengan teman, gali kreativitas diri (punya bakat mengajar mungkin?, bikin Bimbel, masak, design, others) 3. Ubah segera, sedini mungkin GAYA HIDUP. Prioritaskan hal2 yang PENTING. Gunakan waktu Seefektif mungkin untuk SAVING and INVESTMEN. 4. terus terang, saya melakukan ini semua, memang berat, karena dengan salary yang cukup, namun akan terlihat gaya hidup yang terkesan minimalis dibandingkan rekan sekerja. Cuma saya sendiri bertekad, untuk Disiplin melakukannya sehingga saya bisa pensiun sesuai rencana. itu aja sih sekedar sharingnya. saya pribadi soalnya akan cukup sulit kalo nantinya pensiun dan harus bergantung penuh dari kondisi keuangan suami. salam, mama ryan On 7/26/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
hmmm...ikutan... Kalau menurut saya alangkah lebih baik dilihat dari berbagai sisi.. Ini kan istri gajinya lebih besar dari suami, memang tugas suami utamanya mencari nafkah tapi ga salah juga kalau ada kesempatan istri juga membantu, nah dilihat dr kasus nya ibu ini yg gajinya lbh besar dan gaji suami hanya sepertiga nya, kenapa ga dua duanya tetep bekerja tapi slh satu harus ngalah or sedikit luangkan waktu agar bisa leluasa ngawasin anak2. Nah dalam hal ini kebetulan pihak suami yg pendapatn lbh rendah, kenapa ga suami aja yg resign, buka usaha sendiri dg modal tentunya dr gaji si istri yg puluhan juta itu, toh sama sj membesarkan dan menjaga anak2 itu ga hanya tugas istri,tapi juga tugas suami. Dan dg resign sang suami dr tempat lama bukan berarti merendahkan suami, kan suami msh tetap mencari nafkah dg usaha sendiri tsb, malah kedepannya klo maju sang istri bisa resign..dan suami lbh berkembang tentunya. Karena jika misal si istri langsung resgn dan usaha sendiri blm tentu keuangan keluarga bisa stabil, namun klo suami yg usaha sendiri dan lbh bebas meluangkan waktu untuk liat anak2 (tentunya tetap dibantu olh asisten2) dan pendapatan juga tdk mengkhawatirkan krn gaji istri msh bisa buat cadangan dan waktu buat anak2 bisa sementara diwakilkan oleh suami dulu. Secara hari gini gitu looo...krn bnyk juga krn masalah ekonomi anak2 jd ngga keurus krn pusing mikirin ini itu...yah jgn sampai kisah2 menyeramkan di TV itu terjadi gara2 faktor ekonomi..BTw meselehnya yg dipikirkan skrg mo usaha apa ya hehhehe (idem ma gw) Intinya semua kudu dipikirkan positif negatif nya...eh klo ini mah tinggal tes aja seh ehehhehe Salam, Sefty Ummi Nayla+dede dipeyut (11 minggu) "Nugroho Bayu Wardhana" <[EMAIL PROTECTED]> 07/25/2007 03:24 PM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject Re: [balita-anda] Istri (juga ibu) frustasi saya sependapat dgn pak Irman harus ada yg dikorbankan utk memilih yg terbaik utk keutuhan keluarga .... tugas utama suami mencari nafkah utk keluargannya. Insya Allah bisa mencukupi kebutuhan keluarga. ukuran duniawi tdk ada batasannya ibarat kita haus tapi minumnya air laut .... nach itulah ukurannya tdk akan pernah hilang haus dahagannya. sekedar saran barangkali istrilah yg harus mengorbankan demi masa depan cerah si anak tercinta....cobalah berkomunikasi . mudah2an ada jalan keluar terbaik. si istri bisa mengembangkan usaha di rmh atau dekat rmh sehingga keduannya bisa tercapai..... keluarga dapat side income juga dapat. maaf kalo kurang berkenan. saya pun sdg berusaha agar keutuhan keluarga bisa terjaga dgn baik. walaupun kami sama2 bekerja & anakkoe juga baru berumur 2,5 thn. cobalah ciptakan suasana kondusif di rumah agar suasana rumah selalu harmonis sehingga pengasuh/pembantu bisa betah serta anak bisa tenang bermain. sekedartukarpikiran.com nughob4yuwardhana ayahnya ayu wardhani On 7/25/07, Irman Ard <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalo menurut saya, istrinya bisa cari pekerjaan lain yg tidak menuntut > waktu > yg banyak & masih bisa pulang gak terlalu malam. > Memang perlu pengorbanan utk mendapatkan semuanya. > Apa istrinya tidak bisa bisnis rumahan, mengumpulkan modal dari gaji > puluhan > juta yg ia terima ?? > Kayaknya itu juga lebih baik. > Menuntut suami utk cari uang yg lebih besar ?? Ada suami yg hanya bisa > mengandalkan gaji yg ia terima dari kantor, seperti saya ini. > Bukankah pas mau nikah juga ia sudah mempertimbangkan bahwa suaminya yg > sekarang ini akan seperti ini ?? > Standar yg seperti apa sih yg diharapkan ?? Susah juga kalo sebelumnya dia > termasuk orang kaya sebelumnya. > Menuntut suami yg tinggal di rumah ?? > Wah yg ini kayaknya gak mungkin deh. > > > Pada tanggal 25/07/07, Ratna Wulan Sari <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > > > Dear rekans BA, > > Salah satu sobatku tadi nelpon curhat panjang banget,… singkatnya dia > > dalam keadaan frustasi. > > Sobatku ini seorang karyawati perusahaan asing, gajinya lumayan besar. > > Punya suami yang bekerja di perusahaan konglomerasi dalam negri dengan > > gaji 1/3 gajinya. > > Punya anak balita 2 orang. Suami istri ini berasal dari latar belakang > > berbeda. Sobatku anak orang kaya > > dan biasa hidup enak. Suaminya anak orang kekurangan yang biasa > prihatin. > > Singkat cerita awalnya hidup mereka bahagia. Masalah muncul ketika sudah > > punya dua orang anak, > > Dan anak2nya kurang perhatian karena orang tuanya sibuk bekerja. Biarpun > > masing2 anak punya baby sitter dan ada > > pembantu lagi dirumah, masalah selalu timbul. Pembantu keluar-masuk. > Baby > > sitter sudah dicoba dari > > pengasuh biasa sampai baby sitter selalu ngga pas. Yang bagus cuma kerja > > sebentar keluar karena kawin, > > urusan keluarga etc. Alhasil gonta-ganti pengasuh/pembantu sudah biasa. > > Yang kasihan anak2 tsb > > (2 dan 4 tahun) jadi terlantar dan kurang perhatian. Yang TK jadi nakal > > dan kalau ngomong agak kasar, mungkin > > karena ibunya ini stress dan jadi suka marah2 setelah memikirkan keadaan > > rumah masih memikirkan pekerjaan > > di kantor. Juga kurang perhatian karena pengasuhnya bolak-balik ganti. > > Yang 2 tahun jadi kurus karena ternyata tidak diurus dengan baik oleh > > BS-nya – akhirnya dipecat. Sekarang dalam > > keadaan sakit dan sobatku ngga bisa cuti karena dikejar deadline. > > Pekerjaannya sangat menyita waktu. > > Terpaksa anak-anaknya dititipkan dirumah orangtuanya.Tapi kan tidak bisa > > terus-terusan begitu. > > Sebenernya sobatku ini ingin resign saja untuk bisa mengurus anak dengan > > baik, tapi memikirkan kebutuhan > > saat ini yang sangat tinggi rasanya ngga mungkin mengandalkan gaji > > suaminya saja. Lagipula sayang > > rasanya meninggalkan pekerjaan dengan gaji puluhan juta begitu saja. > Yang > > bikin sobatku frustasi suaminya > > Itu dirasanya ngga mampu untuk menjadi kepala keluarga yang baik alias > > ngga bisa menghasilkan dengan layak > > untuk standard kehidupannya yang sebenernya tidak mewah tapi tidak > > pas-pasan banget. - Sebetulnya sih menurut saya > > bukan salah suaminya, tapi memang dia itu jauh lebih pintar dari > suaminya > > dalam hal mencari uang, jadi sulit kalau > > dibandingkan karena kemampuan suaminya memang mentok -. Memikirkan kalau > > dia resign berarti anak2nya harus pindah > > kerumah yang lebih kecil, mungkin cuma punya pembantu 1 yang berarti > > selain mengasuh anak dia harus mengerjakan > > pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya jarang dikerjakan, mungkin dia > > malahan bakal jatuh sakit kecapean, kemungkinan > > anaknya ngga bisa les musik dan balet lagi atau beli susu dan > buah-buahan > > yang selama ini rutin dikonsumsi, dll, bikin > > sobatku tambah frustasi. > > Saya nulis ini karena rasanya banyak ibu2 BA yang mengalami kejadian > yang > > mirip, walau mungkin tidak 100% sama > > (termasuk saya juga, karir dan anak selalu jadi dilema). Kalau ada yang > > mau sharing atau sumbang saran untuk sobatku ini, > > kira-kira bagaimana mengatasi masalahnya. Apa memang resign adalah > pilihan > > terbaik ? > > > > Regards, > > ratna > > > > > > __________________________________________________________________ > > Yahoo! Singapore Answers > > Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at > > http://answers.yahoo.com.sg >