Wah....seru nich, kalau mbicarain anak2 kita yang sudah mulai buandel (kata
orang tuanya...hehehehehe......).
Saya hanya akan menambahkan apa yang sudah Mama Dafi sampaikan (sebetulnya,
cerita si.....).
Anak pertama saya juga seumuran dengan Dafi, 28 bulan.
Nakal, buandel.....sama aja koq. Nampaknya anak seumuran itu memang sedang
ngguemesin sekali ya.....
Anak saya sedang giat2nya menirukan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh
orang lain.
Pernah suatu kali ia berkata, "Bunda, cubit ya.....?" Seraya tangannya mulai
mencubit. Ketika saya kesakitan....ia terkekeh dengan mengatakan, "Emang
enaak.....!" Saya terkejut bukan main, sambil berpikir keras...dari mana
anakku mendapatkan kata2 seperti itu. Saya tanyakan ke pengasuh2nya, ke
sepupu2nya.....semua menjawab tidak pernah berkata seperti itu. Ujung2nya
saya tahu....rupanya ia meniru kata2 dari sebuah iklan TV. Saya tidak pernah
merespon kata2nya itu.....lama kelamaan, ia tidak pernah mengatakan itu
lagi.
Tatkala ia melakukan kenakalan lain, melompat2 di atas kasur, sofa, atau
melompat pagar dan naik ke atas meja, saya cuma mengatakan, "Raka, Bunda
nggak suka.....!" atau "Raka, Bunda nggak mau....!" (maksudnya saya tidak
suka dan tidak mau ia melakukan hal tersebut). Biasanya anak saya akan
memandangi saya dan bertanya, "Bunda nggak suka ya...., Bunda nggak mau
ya.....?" "Maafin ya....". Lalu ia tidak melakukannya.
Tapi....kadang2 ia masih melakukannya.....namanya juga anak2.......
Kalau saya sudah marah besar....saya akan panggil nama lengkapnya.
Efeknya, dia tau kalau saya benar2 marah dan menghentikan
aksinya....hehehehehhe.

Cheers,
Bunda Raka&Rayi
Sri Wardhani K. (dhani)
Public  Relations
ph. 54387082/7083 
fax. 5451748/54387221
[EMAIL PROTECTED]


> ----------
> From:         mamanya Dafi[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Reply To:     [EMAIL PROTECTED]
> Sent:         Friday, October 20, 2000 9:33 AM
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      Re: [balita-anda] BUANDEL...
> 
> Pak Basuki,
> Kalau bapak baru mulai saya masih nih dalam masa ujian
> kesabaran, kadang gagal, kadang berhasil. Dafi (28
> bulan) sudah memulainya sejak lama dan belum kelihatan
> kapan berakhirnya. Kalau dari artikel katanya masa
> yang terberat antara 20-30 bulan, semoga saja benar
> (The terriible Two's).Dalam mengatasi tingkah laku
> yang demikian tidak ada 1 cara ampuh, tetap harus
> dicoba bermacam-macam dan kalau perlu pengulangan
> action. Tapi ada beberapa garis besar yang saya
> rasakan bisa berhasil :
> 1. Beritahukan apa yang tidak boleh. Jangan
> banyak-banyak karena anak tidak bisa menampung
> informasi banyak dalam sekejap, jadi perlu prioritas.
> Kalau saya paling cuma "Dilarang main di dapur, di
> tangga, kamar mandi dan main colokan listrik".
> 2. Ulangi lagi saat dia melanggar. Pengulangan ini
> bisa 10-50 kali sebelum akhirnya dia tahu bahwa itu
> memang dilarang, jadi jangan pernah bosan.
> 3. Singkirkan semua benda yang kita tidak ingin dia
> mainkan, jadi sebangsa, gunting, jarum, botol kaca,
> hiasan meja dll, jangan sampai terlihat. Ini
> mengurangi energi kita untuk selalu berkata 'nggak
> boleh atau 'jangan' juga menghindari si anak
> menganggap remeh larangan kita karena terlalu sering
> didengar. Jangan malu kalau rumah kita dibilang 'nggak
> ada isinya/barangnya' ini demi kebaikan si anak, masih
> ada waktu buat menghias rumah saat mereka besar nanti.
> 4. Kalau sudah begitu yang terakhir dan yang terberat
> adalah Konsisten dengan larangan tersebut. Siapa saja,
> kapan saja dan dimana saja, sesuatu yang dilarang
> harus tetap dilarang, jangan sampai pas ortu nggak
> ada, neneknya ngasi, atau pas ayah nggak lihat, ibunya
> ngasi kalau sudah begitu akan sulit mengembalikan anak
> ke track yang benar. Perlu perjanjian antara
> ibu-ayah-pengasuh hal-hal apa yang akan dilarang dan
> bagaimana penangannya jika terjadi pelanggaran.
> Kalau saya, misalnya papa Dafi yang melarang dan
> menasehati, saya diam atau mendukung, meskipun kadang
> di balik layarnya kita debat juga, begitu juga kalau
> saya yang sedang 'bernyanyi' papanya Dafi harus
> menunggu sampai Dafi nggak lihat sebelum kita diskusi
> lagi.
> Untuk menghentikan perbuatan yang tidak sesuai
> biasanya saya :
> 1. Mengalihkan dengan barang atau kegiatan lain yang
> biasanya Dafi sukai.
> 2. Mengambil/menghilangkan sumbernya, kalau sudah
> begini pasti deh dia ngamuk atau nangis, tapi saya
> bilang "Biarpun Dafi nangis mama nggak akan kasih,
> karena mama sayang sama Dafi dan nggak mau Dafi luka"
> Tapi ya kuping harus tahan dengan tangisan yang
> mengiba. Saya beri waktu 2 menit untuk Dafi nangis
> sepuas hati, biasanya setelah itu dia sudah menerima
> kenyataan bahwa keinginannya tidak akan terpenuhi, dan
> bisa main lagi seperti biasa.
> 3. Kalau dia sudah normal lagi, jangan lupa memuji
> keberhasilannya.
> 4. Lihat kondisi anak saat itu, apakah dia sedang
> lapar/haus, capek, ngantuk, karena tingkah laku yang
> tidak terkontrol bisa disebabkan keadaan ini, jadi
> berikan apa yang dia butuhkan. Kalau Dafi marah-marah
> atau heboh sekitar jam 1 siang maka saya tahu sudah
> waktunya dia tidur, jadi langsung ritual menjelang
> tidur dilakukan.
> 5. Kalau rasanya kita akan marah atau mau melakukan
> sesuatu terhadap anak (memukul, mencubit, dll) maka
> kita harus ambil 'time out' untuk mengembalikan emosi
> yang sudah tinggi (kadang orang tua terlambat
> mengambil langkah ini jadi anaknya sudah keburu
> dibentak/dicubit), padahal kekerasan terhadap anak
> tidak pernah akan membuahkan hasil yang baik. Kalau
> saya merasa sudah akan marah sama Dafi saya pergi dulu
> ke kamar mandi atau ke tempat lain sementara yang lain
> menggantikan sampai saya merasa siap lagi untuk
> menghadapi tingkahnya.
> Memang berat ya jadi orang tua.......
> 
> Mamanya Dafi
> 
> 


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]















Kirim email ke