Jangan Malu Jadi Urang Sunda
 Pengirim: Kian Santang - detikBandung

Bandung - Bahwa Bandung khususnya, dan Jawa Barat umumnya telah menjadi
bagian dari perkembangan kemajuan zaman tidak terbantahkan dan tidak dapat
dihindarkan. Merupakan suatu kebanggaan apabila daerah yang kita tinggali
menjadi lebih maju dan mudah-mudahan masyarakatnya akan menjadi lebih
makmur.
Namun di balik kemajuan yang diraih, saya merasa prihatin karena budaya dan
identitas kita baik sadar maupun tidak sadar mulai dilupakan dan
ditinggalkan. Hal ini  bisa dilihat dari beberapa contoh yang mungkin juga
kita atau saya lakukan:
- Bahasa pengantar di rumah sudah tidak lagi menggunakan Basa Sunda tetapi
cenderung menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun para orang tua dua-duanya
Urang Sunda, pituin dan tinggal di lingkungan Urang Sunda (maksadna di gang
alit atanapi di kampung). Mereka lebih bangga dan meureun akan merasa lebih
terpelajar dan berkelas berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia. Walaupun
kita tahu pendidikan dan pekerjaannya maaf kurang terpelajar dan kurang
berkelas.
- Para pengembang di sektor perumahan berlomba-lomba menamakan perumahan
yang dibangun dan dijualnya dengan bahasa asing, yang kadang-kadang artinya
tidak sesuai dengan sejarah atau asal usul tempat tersebut.
- Para bobotoh Persib menamakan dirinya dengan Viking. Asal kata Viking
adalah suku bangsa dari Skandinavia (di Eropa mun teu nyaho mah). Mereka
merupakan para pelaut ulung. Kalau di Indonesia mungkin lebih cocok dengan
Makassar karena kotanya memang dekat laut dan mereka juga merupakan para
pelaut ulung. Sedangkan untuk orang Bandung  sebagai basisnya Persib, lautna
jauh pisan. Malah mungkin ada yang belum melihat laut.
Akan lebih gampang diingat, sesuai dengan karakter dan identitas urang
Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya seperti bobotoh, siliwangi, jawara,
maung, si lodaya, atau yang lainnya. Jangan sampai kita ditertawakan oleh
Bangsa Viking khususnya karena tidak sanak tidak famili, kita menggunakan
nama bangsanya dengan tidak meminta ijin atau membayar royalti.
- Mall, plaza, gedung pertemuan, hotel lebih senang memakai bahasa asing
juga, ada Bandung Trade Centre, Braga City Walk, Bandung Electronic City.
- Yang terbaru adalah rencana dibangunnya West Java Stadium, yang artinya
sih pas Stadion Jawa Barat. Tetapi naha beut make basa asing, kenapa tidak
menggunakan Basa Sunda, tokoh, atau ikon-ikon lainnya yang menjadi ciri khas
Jawa Barat. Sangat membanggakan dengan markas Persikab yang megah dan nama
yang pas yaitu Stadion Si Jalak Harupat, mengandung arti dan identitas jelas
tentang di mana stadion itu berdiri.
Mungkin kita merasa malu kalau kita adalah Urang Sunda sehingga kita buang
jauh-jauh identitas kesundaaan kita, untuk sekadar diketahui, menurut
geografi/geologi kepulauan tebesar yang ada di Indonesia dinamakan dengan
Kepulauan Sunda, terdiri dari Kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi) dan Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, dan NTT).
Jadi kenapa kita mesti merasa malu dan minder menjadi Urang Sunda. Jangan
hanya bisa marah, apabila budaya dan pulau diambil oleh negara tetangga
(angklung, batik, reog Ponorogo, Sipadan dan Ligitan), sementara kita tidak
menghargai budaya dan tanah sendiri.
Marilah kita lebih mencintai budaya dan tanah kita, khususnya tanah
Pasundan. Dan, alangkah indahnya juga apabila provinsi kita diberi nama
Provinsi Pasundan.(lom/lom)
Banner

-- 
Aldo Desatura (R) & (c)
62.0817.19.40.50
========
" Lebih mudah memaafkan orang yang salah daripada yang benar .... "


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke