---------------------------------------------------------------------- WARTA BERITA RADIO NEDERLAND WERELDOMROEP Edisi: Bahasa Indonesia
Ikhtisar berita disusun berdasarkan berita-berita yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep selama 24 jam terakhir. ---------------------------------------------------------------------- Edisi ini diterbitkan pada: Kamis 23 Februari 2012 15:10 UTC ** Bali Akan Evakuasi WNA dari Penjara Kerobokan ** Obama Minta Maaf Atas Insiden Quran ** Prognosis Pangeran Friso Ditunda * Bali Akan Evakuasi WNA dari Penjara Kerobokan KEROBOKAN (ANP) - Kamis (23/02), pihak berwenang Indonesia mengatakan akan mengevakuasi orang asing dan para wanita dari penjara di Kerobokan, Bali setelah beberapa narapidana yang menyulut kerusuhan merebut kembali kekuasaan penjara, yang memicu ketegangan dengan aparat keamanan. Beberapa truk dipadati polisi yang dilengkapi dengan peralatan pengaman dan anjing siang hari tiba di luar penjara Kerobokan. Mereka memperkuat beberapa ratus petugas polisi dan tentara yang telah ditempatkan di sana dengan alat penyemprot air dan kendaraan lapis baja. Anang Khuzairi, kepala keamanan di penjara Kerobokan, mengatakan terdapat 60 orang tahanan asing di penjara. Penjara dihuni oleh 1.015 tahanan - di antaranya 125 perempuan - tiga kali lebih banyak dari kapasitas maksimal seharusnya. * Obama Minta Maaf Atas Insiden Quran KABUL (ANP) - Presiden AS, Barack Obama meminta maaf kepada Presiden Afghanistan, Hamid Karzai atas dugaan pembakaran Quran. Demikian pernyataan kantor presiden Karzai, Kamis (23/02). Pihak NATO dan militer AS sebelumnya telah mengajukan permintaan maaf mereka atas insiden yang menuai gelombang protes. Petugas kebersihan Afghanistan awal pekan ini di pangkalan udara AS di Bagram, Afghanistan menemukan potongan Quran yang telah hangus. Quran diduga telah dibakar oleh tentara asing, yang kemudian harus menerima cemoohan masyarakat. * Menteri India: Homoseksualitas Tidak Bermoral NEW DELHI (ANP) - Pemerintah India menyatakan homoseksualitas "tidak bermoral, tidak wajar dan menyebarkan HIV." Seorang pejabat senior dari Kementerian Dalam Negeri mengatakan hal tersebut Kamis (23/02) terhadap Mahkamah Agung India. Kementerian ingin agar Mahkamah Agung membatalkan putusan sebelumnya. Putusan mensahkan untuk pertama kalinya hubungan seks antara kaum gay dewasa. Tahun 2009, hakim di New Delhi memutuskan bahwa larangan hubungan seksual kaum gay melanggar konstitusi. Keputusan merupakan kemenangan besar bagi para aktivis hak-hak gay. * Plasterk Calonkan Diri Pimpin PvDA DEN HAAG (ANP) - Anggota Parlemen Ronald Plasterk telah mendaftarkan diri sebagai calon ketiga dalam pemilihan pimpinan Partai Sosial Demokrat (PvDA). Rabu (22/02), anggota parlemen Martijn van Dam dan Diederik Samsom telah melakukan hal yang sama. Plasterk adalah mantan Menteri Pendidikan dalam kabinet sebelumnya. Setelah pemilu, dia melanjutkan karirnya sebagai anggota parlemen dan mewakili PvDA dalam bidang finansial. Karena krisis euro yang sedang berlangsung Plasterk menarik banyak publisitas. * Puluhan ribu Demonstran Dukung Putin MOSKOW (ANP) - Puluhan ribu warga Rusia Kamis (23/02) berunjuk rasa menyuarakan dukungan mereka bagi Perdana Menteri dan calon presiden Vladimir Putin. Mereka berunjuk rasa di pusat ibukota Moskow. Menurut polisi, terdapat sekitar 30 ribu demonstran. Mereka berjalan di sepanjang sisi Sungai Moskva menuju stadion sepak bola Loezjniki. Menurut desas desus yang beredar, Putin akan berpidato kepada mereka di sana. Sabtu lalu (18/02), demonstrasi besar mendukung Putin juga terjadi di beberapa kota seperti Khabarovsk, St Petersburg dan Vladivostok. Putin hampir pasti akan meraih kemenangan dalam pemilihan presiden pada 4 Maret mendatang. Pihak oposisi mengeluhkan kurangnya demokrasi dan menuduh Putin atas kasus penipuan. Unjuk rasa yang dilakukan oposisi dalam beberapa bulan terakhir menarik banyak orang. * Dua Wartawan Barat Tewas di Suriah HOMS (ANP) - Dua wartawan Barat tewas hari Rabu (22/02) oleh serangan yang dilancarkan pasukan rezim Suriah di kota Homs, kata seorang aktivis. Dua tewas ketika sebuah granat mengenai pusat media darurat yang didirikan oleh para aktivis anti-rezim di daerah Baba Amr, yang sudah dikepung sejak 4 Februari, ujar aktivis Omar Shaker. Dia menambahkan tiga wartawan asing lainnya terluka. Observatorium Inggris untuk Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Suriah mengatakan kedua wartawan yang tewas adalah seorang wanita Amerika dan seorang pria Prancis. Reporter TV Perancis Gilles Jacquier tewas di Homs bulan lalu ketika sebuah granat meledak di tengah sekelompok jurnalis yang sedang meliput unjuk rasa di kota dalam sebuah kunjungan yang diselenggarakan oleh pihak berwenang Suriah. * Korban Tewas KA Buenos Aires Jadi 50 BUENOS AIRES (ANP) - Korban tewas akibat kecelakaan kereta api di Argentina hari Rabu (22/02) naik menjadi 50 orang. Demikian pernyataan kantor walikota Buenos Aires. 675 orang mengalami luka-luka. Ini adalah bencana kereta api terburuk di negara Amerika Selatan lebih dari 30 tahun. * Prognosis Pangeran Friso Ditunda Dibutuhkan waktu lebih lama bagi dari perkiraan bagi para dokter Austria untuk memberikan prognosis yang tepat atas Pangeran Friso setelah ia terkubur longsor salju Jumat lalu (17/02). Dinas Penerangan Kerajaan (RDV) tadinya mengatakan prognosis medis diperkirakan akan dikeluarkan sebelum akhir minggu. Sekarang RDV mengatakan "tim dokter pangeran akan membuat pengumuman mengenai prognosis jika mereka telah siap. Sekarang belumlah saatnya." Dalam sebuah reaksi, RDV menambahkan dengan tegas bahwa protokol medis di Austria membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat prognosis daripada di Belanda. RDV tidak dapat mengatakan kapan pengumuman mengenai kondisi pangeran akan diberikan. Kamis siang (22/02), Pangeran Friso dibesuk oleh istrinya, Putri Mabel dan Ratu Beatrix. Malamnya, kedatangan Putri Mabel ditemani oleh kakak tertua Friso, Pangeran Willem-Alexander dan istrinya Putri Maxima. Ini adalah kunjungan pertama Putri Maxima ke rumah sakit. Pangeran terkubur selama 20 menit sebelum diselamatkan dan diberi bantuan pernapasan. Sejak itu kondisinya dikatakan sebagai "stabil tapi kritis." * Artikel 1: LGBT Bertarung ke Kursi Komnas HAM Yulianus Rettoblaut, seorang waria, dan Dede Oetomo, aktivis homoseksual, mencalonkan diri menjadi Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Banyak orang tertawa, mencibir bahkan menganggapnya hiburan semata. Mami Yuli, begitu ia biasa disapa, bakal membuktikan kalau waria juga bisa menduduki jabatan elit di lembaga negara. Begitu pula Dede, mereka bahkan sudah punya ancang-ancang untuk memperjuangkan hak-hak warga miskin dan kaum minoritas. Mampukah mereka? Reporter KBR68H, Quinawaty Pasaribu menyusun kisah perjuangan mereka. "Keberanian muncul ketika kita berbenturan dengan kasus-kasus hukum," kata Yulianus. "Saya kan sebagai ketua FKWI, jadi saya punya beban ketika teman-teman yang selalu bertanya kenapa kasus ini nggak selesai? Kalau nggak selesai, orang jadi mengangap waria ini gampang banget dibunuh. Kayaknya lebih berharga nyawa ayam dari pada nyawa kita. Tapi aku bisa berbuat apa? Kalau aku nggak punya intelektual, terus apa yang bisa aku lakukan?" Tahun 2007 Ini adalah kali kedua Yulianus Rettoblaut mencalonkan diri menjadi Komisioner Komnas HAM. Pada 2007 lalu ia gagal di tahap uji kelayakan dan kepatutan di DPR. Kali ini Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia FKWI itu lebih yakin. Waria berusia 50 tahun ini tak sudi menyerah. "Sebenarnya persiapan mulai sejak aku gagal dulu, makanya yang paling mendasar basic pendidikan karena nggak punya embel-embel pula. Udah waria pula, nggak punya pendidikan, apa sih yang bisa aku banggakan? Tapi ketika aku punya embel-embel di belakang, orang bisa bilang 'ooo… transgender juga bisa sekolah.' Dan setelah itu, orang bisa memperhitungkan kita." Kegiatan sosial Yulianus Rettoblaut, atau akrab disapa Mami Yuli, lahir di Famborep, Asmat, Papua, pada 31 April 1961. Dengan bantuan Gereja Katolik Stefanus Jakarta Selatan, Sarjana Hukum dari Universitas Islam At-Tauriyah Jakarta Selatan berhasil mengajak teman-teman warianya menjauhi pekerjaan sebagai pekerja seks dan beralih ke kegiatan sosial. Di rumahnya, ia membuka salon dan menjaring waria-waria berusia muda untuk belajar keterampilan kecantikan, salah satunya Laras. "Nama saya Laras, kerja saya di bidang kecantikan salon, make up. Sejak aku ke Jakarta sudah kenal Mami Yuli, kira-kira 10 tahun lalu. Dia orangnya konsekuen, tanggungjawab, mendidik, merangkul, bagus deh makanya diangkat mejadi ketua FKWI. Bagus lah untuk mengayomi anak-anak di sini." Kompeten Pendapat serupa disampaikan Merlyn, waria yang pernah mencalonkan diri menjadi Walikota Malang pada 2009 lalu. "Dalam kepemimpinan beliau sudah beberapa tahun memfasilitasi teman-temen untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat, terutama di waria Jakarta dan Indonesia. Jadi secara sosok beliau berkompeten untuk itu." Lewat FKWI Mami Yuli mencoba mengubah pandangan negatif terhadap waria, lewat berbagai kegiatan dan pemberdayaan. Tapi itu pun masih kurang. "Kita kemudian bisa bikin kegiatan yang menyangkut hukum dan HAM. Itu juga masih didemo waktu di Depok, masih juga salah. Makanya aku kadang bingung, kita musti gimana, buat yang bener salah, yang salah apa lagi. Tapi aku sadar itu proses, memang nggak gampang. Kalau berhasil lewat yang susah, rasanya beda. Jadi ini proses yang dikasih Tuhan. Ini sudah dibentuk Tuhan, karena nggak segampang itu." Diskriminasi itulah yang menguatkan tekad Mami Yuli untuk mencalonkan diri kembali menjadi Komisioner Komnas HAM. Dukungan pun mengalir, di antaranya dari Laras. "Saya sangat mendukung 100 persen. Alasannya, karena waria ini banyak yang dilecehkan oleh masyarakat, nggak diakui, banyak dilecehkan. Kalau Mami Yuli masuk ke Komnas HAM, jadi ada pandangan orang ke waria dan waria jadi tidak dilecehkan lagi." HAM Di hari terakhir pendaftaran, Dede Oetomo, aktivis homoseksual, mengirimkan surat pendaftaran ke Komnas HAM. Dede menolak dianggap hanya mewakili kelompok gay. Ia mendaftar karena telah lama bergelut di dunia HAM. "Biar pun memang saya dari satu segmen golongan tertentu, dalam hal ini golongan yang memperjuangkan hak seksual. Nantinya akan lebih umum, jadi kita main di dua dimensi. Satu hak sipol, politik, berbicara, dan hak ekosob. Itu termasuk hak masyarakat adat, tapi juga hak perlu diperjuangkan hak ekonomi, hak atas tanah, hak petani yang harus dihargai." Dede berusia hampir 60 tahun. Sejak 1998 ia mendirikan dan memimpin organisasi kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender. Hak waria Sementara Mami Yuli ingin memperjuangkan hak-hak waria sebagai manusia. Di antaranya adalah hak waria untuk bersekolah maupun bekerja. Hampir 90 persen waria yang ada di lima kota adalah urban. Karena penolakan dan pengusiran, hak pendidikan mereka itu tidak terpenuhi karena penolakan itu, kata Mami Yuli. "Kalau pekerjaan sendiri yang aku lihat, transgender itu, karena mereka ini di sektor non-formal kebanyakan di salon, kalau kerja di salon besar harus potong rambut, mereka nggak mau ada yang berdandan perempuan. Kemudian, mereka yang punya pendidikan cukup, ketika berdandan diusir dari kantor. Ketahuan mereka ada ngondek-ngondek ada gelagat waria, juga dikasih surat pemberhentian. Jadi hak-hak ini, jangan lihat karena orientasi seksual, tapi lihat SDMnya, kalau nggak mampu ya nggak usah, tapi kalau yang punya kemampuan, ngapain dipersoalkan?" Syarat Ketua Pansel Komnas HAM, Jimly Ashidiqie memastikan, waria memiliki peluang yang sama dengan heteroseksual, dan kelompok LGBT lainnya. Selama mereka memenuhi syarat: pendidikan minimal S1, usia di atas 35 tahun, serta berpengalaman dalam membela hak asasi manusia. Mami Yuli dan Dede Oetomo bahkan lolos tahap pertama seleksi administrasi. Hanya saja, Jimly Ashidiqiekhawatir kalau DPR bakal menjegal aktivis waria dan gay tersebut. "DPR biasanya suka pertimbangan politik, nah itu biasanya jadi masalah. Kasih lah logika keadilan dapat tempat, jadi tak usah cari orang titipan, kalau begitu politisi tidak berpikir sempit tapi berpikir luas untuk kepentingan bangsa. Kita perlu lembaga yang merepresentasi kepentingan marjinal untuk memperjuangkan HAM." Tiga puluh nama Panitia seleksi akan memilih 30 nama untuk diboyong ke DPR. Oleh DPR akan dipilih menjadi 15 nama untuk ditetapkan menjadi Komisioner Komnas HAM. Mami Yuli dan Dede Oetomo pun tak gentar jika sosok mereka menjadi sandungan nantinya. "Harus legowo. Kita jangan orientasi seksual, tapi kita warga negara yang punya hak," kata Mami Yuli. "Kalau segala sesuatu di lihat ke situ nggak ada habisnya. Kita berpatokan ke negara demokrasi, punya dasar negara, mengajarkan untuk tidak merugikan siapa pun. Jadi kenapa musti takut?" Sementara Dede Oetomo mengatakan: "Kalau saya dipersoalkan karena saya gay, karena saya ini terbuka kan? Itu sudah menunjukkan para anggota dewan yang terhormat itu tidak mengerti HAM. HAM itu universal berlaku untuk semua orang. Nah kalau ada anggora dewan, mudah-mudahan nggak ada. Rekam jejak saya dalam memperjuangkan HAM kurang cukup, oke saya terima. Tapi kalau identitas saya dipersoalkan itu sudah sangat menyedihkan." Pesan untuk Mami Yuli Sementara itu, teman-teman waria menitipkan pesan kepada Mami Yuli agar disampaikan ke politisi Senayan jika sampai melangkah ke DPR. "Yang pertama mengangkat derajat waria biar setara dengan masyarakat, menempati jati diri waria di masyarakat kerja yang sama dengan orang lain, enggak dibeda-bedakan," demikian Laras. Sementara harapan Merlyn adaslah: "Beliau lebih tegas memberikan wacana buat masyarakat terutama untuk penguji kalau sampai lolos ke fit and proper test, bahwa yang diperjuangkan tidak hanya isu LGBT, boleh beliau mewakili komunitas transgender, tapi kan di Komnas Ham bukan hanya minoritas yang diperjuangkan, bukan hanya lesbian, gay, transgender, biseksual, tapi juga semua orang. Mami Yuli sedari awal sudah menyiapkan mentalnya kalau sampai kandas di pencalonanya menjadi komisioner Komnas HAM. "Kalau masalah bertaruh mah siap-siap aja gagal, ada menang ada kalah, kalau aku mah antusias saja. Bahwa aku jalanin aja kayak air mengalir. Sebab aku berpatokan pada pribahasa, ada batu yang segede gunung bisa bolong oleh tetesan air." * Artikel 2: Seperti Apa Otak Penjahat? Apa alasan Adolf Eichmann atau Osama Bin Laden melakukan kejahatan? Sakit jiwakah anggota satuan nazi Jerman SS serta pemimpin teroris Islam itu? Ataukah mereka sama seperti Anda dan saya? Jawaban terakhir adalah jawaban yang tepat, kata psikiater forensik Antoine de Kom. Dalam bukunya "Het Misdadige Brein" atau "Otak Kejahatan", ia berusaha memperkenalkan sosok pelaku. Batas antara baik dan buruk sangat tipis. De Kom sudah bertahun-tahun bekerja sebagai psikiater forensik di Pieter Baan Centrum, klinik observasi di Utrecht. Ia ditugaskan hakim menganalisa tersangka kejahatan keji. Karena dilarang membahas pasiennya, De Kom dalam bukunya menulis tentang kehidupan penjahat-penjahat kondang. Ia ingin mengerti apa yang menggerakkan mereka untuk berbuat jahat. "Sebenarnya tidak ada kekhasan otak jahat," kata De Kom. "Otak pada umumnya mampu memutuskan melakukan kejahatan. Setiap manusia diperlengkapi kemampuan mengambil keputusan salah, berakibat buruk dan tercela. Kadang-kadang mereka bisa dikenai hukuman karena keputusan yang diambil itu." Bertahap Psikiater forensik De Kom menjelaskan proses orang memilih berbuat jahat, berlangsung secara bertahap. "Kebanyakan orang sudah menyerap beberapa norma, kemampuan untuk mengendalikan diri, sehingga mereka tidak berbuat jahat. Tapi ada juga orang normal yang menempuh jalan salah dan memilih melakukan hal buruk. Contohnya penjahat yang secara bertahap berhubungan dengan lingkungan kriminal dan lambat laun ikut kejahatan terorganisir. Mereka sulit sekali kembali menempuh ke jalan yang benar. Untungnya kebanyakan orang tidak memilih jalan itu." Menurut De Kom, penjahat tidak punya tampang penjahat. "Kebanyakan orang yang saya selidiki, penampilannya biasa. Mereka tidak beda dari orang-orang di sekitar kami." Namun ada beberapa perkecualian, misalnya mereka yang menderita gangguan jiwa berat. Menurut De Kom orang-orang tersebut ada kalanya berpenampilan mirip binatang. Gangguan Tapi kebanyakan penjahat tidak punya gangguan jiwa, walaupun telah melakukan perbuatan sangat keji. Itu yang mencemaskan, kata De Kom. Adalah tugas seorang psikiater untuk menggali lebih dalam, siapa sebenarnya orang di balik si penjahat dan apa motifnya. Osama bin Laden, pemimpin teroris yang dibunuh tahun lalu, menurut De Kom, ternyata laki-laki yang menyenangkan, walaupun perbuatannya mengerikan. "Ia pikir bisa mencegah penguasaan Barat. Di mata dia, hal itu jauh lebih jahat daripada kekerasan. Kemarahannya pada dunia Barat lahir dari kemarahan terhadap ayahnya yang sangat berkuasa." De Kom menjelaskan kejahatan yang dilakukan Robert Mugabe, Presiden ditaktorial Zimbabwe, sebagai berikut: Mugabe yakin Zimbabwe adalah anaknya. Tapi: "Sangat sulit menjadi Bapak negara, sementara dia sendiri dibesarkan tanpa seorang figur ayah." Masa kecil De Kom tidak membenarkan perbuatan Bin Laden maupun Mugabe. Ia hanya ingin menjelaskan mengapa mereka berbuat demikian. Kendati masa kecil yang tidak bahagia, kedua pemimpin sebenarnya bisa membuat pilihan lain. "Kebanyakan orang dengan masa remaja tidak bahagia, tidak menempuh jalan yang salah. Tapi secara emosional dan fisik ditelantarkan serta lingkungan yang tidak punya pengertian bisa menimbulkan agresi dan mungkin bahkan gangguan." Namun De Kom tidak menjumpai hal ini pada diri Bin Laden dan Mugabe. Psikiater forensik ini tidak mau mengadili orang. Ia ingin tahu jalan pikiran tersangka dan karena itu harus menempatkan diri dalam posisi mereka. Hanya dengan demikian ia bisa merekonstruksi bagaimana dunia di dalam benak mereka. Akibatnya, kadangkala ia merasa dirinya "kotor". Pelaku menceritakan secara rinci dan eksplisit mengenai perbuatan-perbuatan mereka. "Beberapa pelaku pelanggaran susila tak henti-hentinya menceritakan nafsu mereka," katanya. Benci Seringkali De Kom merasa sangat benci terhadap kliennya. Walaupun demikian, ia harus mencari tahu sisi manusiawi setiap tersangka. Hanya dengan demikian ia bisa berinteraksi dengannya. "Jika orang tidak punya sentuhan apapun dengan manusia lain, maka dia akan 'hilang' selamanya. Oleh karena itu penting psikiater bersikap manusiawi serta punya keprihatinan terhadap tersangka. Akhirnya hanya satu hal penting, yaitu mengerti si pelaku." Tidak perlu berprofesi psikiater untuk kagum pada hal ini. "Ada kalanya kita melihat orang yang dituduh melakukan kekejaman. Kita bisa tertegun mendengar itu bahkan kadang-kadang harus mengakui sebetulnya ada juga benih-benih kejam itu pada diri kita, tapi tidak kita memperbolehkan benih itu tumbuh." * Artikel 3: Westerling Punya Pelindung Perpecahan gawat terjadi dalam Kabinet Belanda di bawah Perdana Menteri Willem Drees pada tahun 1954, karena bertentangan pendapat menyangkut kejahatan perang yang dilakukan tentara Belanda di Sulawesi Selatan (kala itu Celebes). Haruskah mereka diadili? Demikian tulis harian Belanda, de Volkskrant edisi Kamis (23/02). Sampai dua kali kabinet membahas dugaan kejahatan yang dilakukan Kapten Raymond Westerling dan tiga ajudannya. Mereka tidak berhasil mencapai keputusan bulat. Akhirnya diputuskan melalui voting. Dua belas tidak setuju Westerling dituntut, hanya empat yang setuju. Keputusan dipetieskan "Rapat semacam ini jarang sekali dilakukan oleh kabinet," kata sejarawan Cees Fasseur, yang membaca sendiri laporan tersebut. Pada 1969 ia melakukan studi mengenai Excessennota. Keputusan kabinet dipetieskan. Di Sulawesi Selatan, dalam waktu tiga bulan sekurangnya tiga ribu nyawa warga Indonesia melayang. Kebanyakan dari mereka ditembak mati. Sebagian besar anggota kabinet menentang Westerling diadili, karena menduga tidak akan ada pengadilan militer maupun sipil yang mau menjatuhi hukuman pada Westerling. Harus dihukum "Menteri Pertanian Sicco Mansholt adalah salah satu yang menganggap kejahatan perang harus dihukum. Dia tidak perduli pertimbangan hukum orang lain. Jelle Zijlstra, menteri lain yang kemudian menjadi perdana menteri, juga termasuk pendukung Westerling dihukum," kata Cees Fasseur. Kabinet kala itu, demikian lanjut de Volkskrant menganggap tidak ada gunanya mengangkat ulang kasus Westerling. Alasannya pada tahun 1948 Letnan Gubernur Jendral Van Mook sudah memutuskan mengesampingkan kasus Westerling. Dari penyelidikannya sendiri, Van Mook mengerti, ketika melaksanakan tugas yang diselesaikan Westerling itu bisa terjadi kecelakaan. "Bahkan bisa dikatakan ia melindungi Westerling. Oleh karena itu orang takut mengungkit kasus ini," kata Fasseur. Mengijinkan kekerasan Sambungnya lagi, "Van Mook diam-diam mengijinkan penggunaan kekerasan itu. Ketika penduduk Sulawesi Selatan memberontak, dia baru saja mempublikasikan rencana Indonesia Federal. Jawa dan Sumatera boleh menjadi republik. Toh, Belanda masih punya Indonesia Timur dan Borneo (Kalimantan)." Tapi ternyata di Sulsel juga banyak yang mendukung republik. Van Mook tidak menduga, oleh karena itu semua bentuk pemberontakan harus ditumpas. Demikian sejarawan Cees Fasseur dalam harian de Volkskrant. ---------------------------------------------------------------------- Radio Nederland Wereldomroep, Postbus 222, 1200 JG Hilversum http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia Anda bisa berhenti berlangganan dengan mengirim email ke: berita-sign...@listserv.rnw.nl Anda terdaftar dengan alamat: arch...@jab.org Keterangan lebih lanjut mengenai siaran radio kami dapat Anda peroleh melalui ran...@rnw.nl Copyright Radio Nederland Wereldomroep ----------------------------------------------------------------------