Kesetiaan Seorang Istri

By: agussyafii

Kesetiaan seorang istri terhadap suami teramat begitu mulia. benarlah kiranya 
perhiasan yang terindah dari seorang suami adalah istri yang sholehah. 
Kesholehan seorang istri tercermin dalam kehidupan sehari-harinya mencintai 
dengan setulus hati suami dan anak-anaknya. Kala suka dan duka, dilalui 
bersama. Keluarga dengan suami yang menyayangi dan istri yang setia juga 
anak-anak yang sholeh menjadikan rumah seindah surga.

Begitu pula seorang ibu yang berkenan untuk berbagi di Rumah Amalia. Setiap ibu 
itu hadir senantiasa membawa kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak Amalia. Ibu 
itu bertutur bahwa walau suami tercintanya tinggal di rumah, kami tetap rajin 
melakukan check up. Namun ada sesuatu yang mengganjal relung hati saya, mas. 
Setiap pergi keluar rumah, saya selalu bergetar. saya membayangkan, 
jangan-jangan suami saya telah tiada. Buru-buru saya menghapus bayangan itu. 
Tetapi pikiran itu senantisa hadir dan hinggap di dalam benak saya..Mas Agus 
Syafii, lanjutnya.

Sudah selama sebulan suami saya tinggal dirumah. Ketika kami check up, tubuhnya 
menjadi membaik. Saya dan anak-anak bersyukur hal ini pertanda ayahnya sudah 
mulai pulih sehat. Namun dokter menyarankan agar suami saya menjaga berat 
tubuhnya agar jangan sampai menurun, kata sang ibu.

Tak lama kemudian suami saya sudah bisa berlari pagi sehingga saya dan 
anak-anak juga menemani berlari pagi. Dokter yang menangani suami saya 
terheran-heran, katanya ini sebuah keajaiban. 'Iman saya kembali pulih. saya 
bertambah rajin memanjatkan doa. Bagi saya, hanya doa yang dapat mengubah yang 
buruk menjadi baik. yang salah menjadi benar.'kata sang ibu dengan berderai air 
mata.

Karena suami saya sudah pulih, beliau kembali aktif mengajar. Dan aktifitasnya 
sebagai pengurus masjid terlihat lebih rajib sebagai bendahara DKM (dewan 
Kepengurusan Masjid). Baru aktif mengajar tiga hari suami saya mengajak pergi 
ke pesantren dimana beliau dulu pernah belajar. Kami pergi dengan mengendarai 
mobil. Lantas saya dan anak-anak memenuhi permintaan beliau. Sepanjang jalan 
suami saya terlihat gembira. bershalawat dan tertawa bersama. Apalagi sesampai 
kami pondok pesantren di Jawa Timur, kami disambut hangat oleh keluarga besar 
pondok. Kebahagiaan suami saya terpancar dari wajahnya.

Sepulang kami dari pondok pesantren, kesehatannya kembali menurun. apakah ini 
tanda kepergiannya? ah..saya tepis semua pikiran yang membuat saya dan 
anak-anak bisa menjadi bersedih. Tetapi saya selalu mempersiapkan diri untuk 
semuanya dan saya mengajarkan kepada anak-anak bahwa hidup mati kita adalah 
kehendak Alloh SWT. Saya mengajak anak-anak untuk ikhlas menerima apapun yang 
sudah menjadi kehendakNya. 

Atas izinNya, suami saya meninggal. 'Saya mencoba untuk tabah menghadapi 
kepergiannya. tetapi begitu saya melihat semua orang berkumpul dirumah 
menyambut jenazahnya, hati saya bagai teriris sembilu.' kata Ibu itu penuh 
dengan cucuran air mata. Sayapun tak sanggup mendengar penuturan ibu. 'Sejak 
itu saya menyadari bahwa saya tidak hidup sendiri. betapa berartinya suami 
saya. Saya teringat pesannya yang terakhir, 'Bersandarlah diri kepada Alloh 
SWT. Hanya kepadaNyalah kita bergantung dan hanya kepada Allohlah kita memohon 
pertolongan.' lanjut sang ibu.

Begitulah cermin dari kesetiaan seorang istri sampai batas titik nadir. 
Ditinggalkan suami justru menguatkan keimanan dan ketaqwaanNya kepada Alloh 
SWT. Hanya kepada Allohlah kita bergantung dan hanya kepada Allohlah kita 
memohon pertolongan. Begitu indah sebuah pesan terakhir dari suami tercintanya. 
Subhanallah..

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)'. Mari 
kirimkan dukungan anda pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui 
http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 
8777 12431



      

Kirim email ke