Terimakasih untuk televisi yang memberikan
inspirasi untuk judul artikel saya.
 
Sahabatku. Masihkah kalian ingat janji yang
terucap saat memadu kasih saat berpacaran dulu? Begitu indahnya janji yang
terucap kala itu. Janji yang menjadikan kalian berdua kini bersatu dalam  
indahnya ikatan pernikahan. Dan masihkah
sahabat ingat doa apa saja yang kalian minta kepada Alloh, Tuhan yang Satu,
Tuhan yang Maha Mengabulkan Doa Baik. Masihkah kalian ingat sahabatku?
 
Cinta, begitu banyak analogi tentangnya. Jika
saya ibaratkan ia (cinta) sebagai benih tanaman yang akan menumbuhkan
buah/hasil yang manis lagi menyenangkan, maka benih itu haruslah secara teratur
kita siram, kita beri ia pupuk yang terbaik, kita rawat dengan cara terbaik
kita. Bahkan kesungguhan kita dibutuhkan untuk merawat dan membesarkannya agar
ia tumbuh dan terus tumbuh dengan hebatnya.
 
Untuk sahabatku yang sedang gelisah dalam
pernikahannya. Sudahkah sahabat merawat benih (cinta) itu dengan komitmen
seperti waktu kalian dahulu berpacaran? Dalam janji suci yang kalian ikrarkan
di hadapan banyak orang? 
 
Kunci Kebahagiaan
 
Sahabat. Kebahagiaan itu lahir dari pengertian
yang baik. Pengertian yang baik terhadap apapun yang dihadirkan Alloh
Ar-Rohmaan kepada kita. Kebahagiaan tidak di dapatkan dengan sendirinya,
namun ia diusahakan oleh pribadi yang hatinya penuh rasa syukur. Kebahagiaan
itu tempatnya di hati, dan hanya pribadi-pribadi yang selalu memenangkan
hatinya lah yang akan mendapatkan kebahagiaan. (kutipan: mario teguh)
 
Sahabat. Lihatlah wajah di cermin itu, lihatlah
sosok yang penuh dengan kegelisahan di cermin itu. Diri yang sedang merasa
resah, takut, dan bersalah setiap harinya.
 
Untuk sahabatku yang kini menjadi seorang Suami
dan Ayah bagi anak-anaknya
 
Dulu kita berpikir, bahwa orang yang ada
disamping tempat kita tertidur adalah manusia terindah yang kita pilih untuk
mendampingi kita, menjaga dan mendidik anak-anak kita. Masihkah sahabat ingat
janji dan sumpah yang diikrarkan bersamanya? Namun, mengapa kini rasa itu 
berubah
atau bahkan mungkin menghilang?
 
Apakah kini dia tidak lagi seperti yang dulu?
Apakah kini dia telah berubah? Menjadi terlalu gemuk dan tua di hadapanmu?
Apakah kini dia tidak lagi secantik seperti pertama kali engkau menikahinya?
Perubahan fisik apa saja yang dapat engkau lihat sebagai kekurangannya kini?
Hingga hakikat janji, doa, ucap sayang dan cinta tak lagi mampu engkau ucapkan
kepadanya? Katakan kepada diri yang ada di cermin itu, coba engkau katakan
kepadanya!
 
Astaghfirulloh al ‘adhim. Astaghfirulloh al
‘adhim. Astaghfirulloh al ‘adhim.
 
Sahabatku. Apakah kalimat janji, cinta dan
sayangmu hanya bernilai saat fisiknya terlihat indah di matamu? Apakah nilai
dari cintamu kepadanya telah berubah, berkurang? Apakah dia, yang telah
mengorbankan nyawanya untuk melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anakmu tak
lagi bernilai di hatimu, kini? Istighfarlah sahabatku. 
 
1, 2, 3 tahun berlalu tanpa masalah berarti.
Kini, saat usia pernikahan kalian beranjak ke tahun 10 ujian itu datang. Tapi
tahukah sahabat, bahwa Alloh yang Maha Agung hanya memberikan ujian kepada
hamba-Nya dengan tujuan yang baik? Tidaklah Dia memberikan cobaan berupa
kekurangan harta, kehilangan jiwa, dan sebagainya selain untuk memuliakan kita! 
 
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. 
Al-Baqoroh:155)
 
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa
yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. al-An’aam:59)
 
Bila Komunikasi Visual tak Lagi Berjalan
 
Saya teringat waktu SMA dulu, pernah membaca
buku yang memberikan alternatif komunikasi melalui surat. Pernahkah terlintas 
dalam pikiran kita bahwa
terkadang hati yang rindu dengan rasa nyaman, tenang dan bahagia ini sangat
sulit untuk disampaikan. Dan ternyata ungkapan hati bisa kita sampaikan melalui
tulisan. 
 
Mungkin masalah kita saat ini datang karena
komunikasi yang tidak tersampaikan dengan bahasa pengertian yang baik. So,
mengapa kita tidak mencobanya dengan bahasa komunikasi selain visual. 
Suratmisalnya. Caranya:
 
1.             Tulis sebanyak dan se-detail mungkin dari sikap, perilaku, ucapan
yang kalian tidak sukai dari pasangan masing-masing. 
2.             Tulis
sebanyak dan se-detail mungkin tentang harapan, keinginan, yang pernah
terlintas dalam pikiran, terucap dalam doa kepada dia.
 
Namailah suratitu dengan nama yang unik, seperti; Suara Hati,
atau Suara Hati seorang Istri/Suami, dan lain sebagainya. Selanjutnya, temuilah
dia dan bicarakan tentang apa saja yang sudah kalian tulis. Ingat, disini
komitmen kalian sangat diperlukan. Komitmen untuk memperbaiki komunikasi,
keharmonisan rumah tangga, dan komitmen untuk kebahagiaan bersama tentunya. Dan
yang paling penting bahwa apapun keputusan kita, ada kepentingan yang jauh
lebih besar, keinginan yang lebih besar, yaitu anak kalian!
 
Kemana kanKau Bawa Aku (anakmu) Ayah, Ibu?
 
Sahabat. Siapakah yang
paling menderita dengan perceraian? Anak, jawabnya. Siapakah yang paling berhak
untuk memilih mana yang baik bagi seorang anak selain dirinya? Kalian jawab
sendiri.
 
Anak. Adalah anugrah yang
begitu indah, yang diberikan, di amanahkan Alloh kepada kita. Dialah berkah
dari Alloh yang menjadikan kita seperti sekarang. Karena Kebesaran Alloh lah,
kita diberikan anak. Karena anak juga Alloh yang Maha Luas Rizkinya menitipkan
semua yang kita miliki, sekarang. Lalu, masihkah kalian berdua berkata bahwa
kebahagiaan kalian karena kalian aja! 
 
Siapa yang Harus
Memulai Dahulu Memperbaiki Diri?
 
Sahabatku. Apakah kalian
berpikir bahwa dengan perceraian akan membawa kebahagiaan kepada kalian berdua?
Sebagai suami, sahabat berpikir bahwa masalah yang ada saat ini adalah salah si
istri. Atau mungkin sedikit salah sahabat sebagai suami. Jika memang merasa
bersalah, mengapa sahabat ingin lari dari rasa bersalah itu? Betapa pengecutnya
sahabat jika demikian! Coba sebutkan berapa banyak kesalahan istri? Lalu
sebutkan seberapa banyak kekurangan dan ketidakmampuan shabat untuk menjadi
suami yang baik? Sebagai pemimpin bagi istri, dan ayah bagi anak-anak? Sering
ketidakmampuan kita sebagai pemimpin, pembimbing, teladan, bagi istri dan
anak-anak  kita tidak dijadikan alasan
untuk MEMPERBAIKI DIRI! Tapi justru kita takut, dan marah jika dikatakan 
demikian!
Istighfarlah sahabatku. Istighfar.
 
Kita lebih sering
mengharapkan istri kita untuk berubah, memperbaiki diri. Namun bagaimana dengan
sahabat sendiri? Ketahuilah bahwa, tidak ada satupun yang dihadirkan Alloh yang
Maha Agung kepada kita yang bersifat mutlak, dan selamanya! Bahkan kesenangan
dan kebahagiaan di dunia ini pun berfsifat sementara. Dan semua masalah,
cobaan, ujian yang dihadirkan saat ini adalah pintu yang diberikan oleh-Nya
untuk kita menuju tempat yang jauh lebih indah, lebih mulia, lebih baik! “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..”
(QS. al-Insyirah: 5)
 
Jika ada janji baik dari
Alloh yang Maha Menepati Janji. Maukah kalian bersama-sama menjalani ujian
dari-Nya untuk janji baik dari-Nya itu? Harus mulai dari apa, dari mana, dari
kapan? Mengapa tidak memulai memperbaiki diri dari diri kita sendiri, dari yang
paling mudah, dari mulai saat ini. Karena apapun masalah, cobaan, dan ujian
hanya akan dapat diselesaikan dengan mengembalikan ia (masalah itu) kepada
tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam.
Kembalikan hati ini kepada fitrahnya yang cenderung kepada Kebaikan.
 
 
Salam dan Senyum,
.:MasGagah:.
http://www.masgagah80.blogspot.com/
YM: masgagah80


      Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke