Berprasangka Baik

By: agussyafii

Ada seorang perempuan pergi ke dokter untuk memeriksakan tekanan darahnya. 
Ruang tunggu dokter penuh karena banyak pasiennya. Dia harus mengantri. Hampir 
satu jam kemudian namanya baru dipanggil.  Ketika namanya dipanggil kakinya 
kesemutan sehingga jalannya masuk ke ruang dokter dengan kaki 
terpincang-pincang.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari ruang pemeriksaan dengan 
langkah biasa lagi.  Dua pasien yang dari tadi memperhatikan perempuan masuk ke 
ruang dokter, kini memandang heran, yang  seorang pasien menyenggol sebelahnya 
sambil mengatakan, 'lihat tuh, betul kan yang saya bilang? Dokter ini memang 
top di kota ini.'

Begitulah kita pada umumnya seringkali mengambil kesimpulan berdasarkan 
prasangka. Prasangka terbangun karena kebiasaan. Kebiasaan membangun karakter 
pribadi seseorang. Kebiasaan-kebiasan untuk berprasangka baik atau berpikir 
positif  kita diajarkan sejak anak-anak dengan melalui sholat. Setiap kali kita 
selesai sholat selalu diakhiri dengan salam.

Mengucapkan salam kepada Alloh SWT merupakan simbol dari keislaman.  Makna 
Islam berarti berdamai dengan Alloh SWT. Kita tidak memiliki masalah kepada 
Alloh dan tidak berpikir negatif kepadanya.

Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. 
Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negatif terhadap 
Alloh SWT, terutama jika mengalami nasib kurang baik Jika berlarut, itulah 
titik permulaan dari malapetaka rohani dan kebangkrutan spiritual.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsiy, ana `inda dzonni `abdi, Aku tergantung 
bagaimana hamba Ku menganggap Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan 
baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku 
dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.’ Hadis qudsi di atas sebuah 
kiasan untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Alloh SWT 
ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.

Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan 
langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan 
langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi 
orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat 
kepada Alloh.’

Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini 
tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran 
positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya. Ayat itu diakhiri dengan 
permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks 
ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bisa 
dipahami salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia 
mempunyai pikiran negatif terhadap sesama ciptaan-Nya.

Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, ‘Apakah ada di antara kamu yang 
suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik 
kepadanya’
Maksud dari ayat ini  kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak 
ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini 
peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan berprasangka baik dan juga 
berpikiran baik kepada Alloh, sesama saudaranya dan alam sekitarnya.

Wassalam,

Agussyafii



--

‘Bersama Amalia Mari Tebarkan Kasih Sayang Untuk Sesama’   silahkan kirimkan 
dukungan dan komentarnya  di http://agussyafii.blogspot.com atau 
http://www.facebook.com/agussyafii di 087 8777 12431




      

Kirim email ke