Di jaman Internet begini, orang biasa (yang tidak berpendidikan luar
biasa) masih dapat belajar secara informal di media Internet baik dengan
cara membaca situs ilmu pengetahuan atau bisa juga dengan aktif di mailing
list yang diminati, misalnya mailing list tentang bisnis, tentang
penggunaan sistem operasi atau tentang pemakaian software aplikasi server.
Mailing list sebagai media belajar orang Indonesia tergolong cukup
strategis karena cara itu dapat memintarkan orang orang Indonesia yang
rata rata malu bertanya kepada guru di dalam kelas (misalnya), karena
salah satu ketertinggalan Indonesia di kancah Internasional adalah
disebabkan "malu bertanya kepada guru ketika sekolah".
Walaupun kebanyakan email dari mailing list agak cukup menantang dan terus
terang telah mengharuskan saya membuat semacam "bak penampung dulu" supaya
bisa dibaca pada waktu yang akan datang.
Akan tetapi mungkin saja banyak anak sekolah yang tidak dapat
berkonsentrasi dengan cara belajar "melalui mailing list". Soalnya anak
pergi kesekolah bukan semata mata menuntut ilmu dari gurunya melainkan
juga "bersosialisasi" dengan temannya, mungkin ada yg curhat di warung
pojok sekolah atau ada yg diskusi sambil bermain basket di lapangan basket
sekolah dengan anak anak yang bebeda suku bangsa :-).
Suatu ketika ada mailing list yang isinya hanya cercaan melulu soal agama
orang, akhirnya banyak orang yang meninggalkan mailing list itu. Memang
soal cerca mencerca antara dua orang sahabat yg erat bukan persoalan apa
apa, namun kalau diperhatikan maka saya kira rata rata orang Indonesia
sebenarnya memiliki "perasaan" yang halus, dan menjunjung tinggi
"kehormatan orang lain, karena dirinya ingin dihormati juga oleh orang
lain".
Akan tetapi bagi orang atau anak anak yang masih senang untuk mengetahui
"apa yang akan terjadi" ketika melempar batu ke kolam atau melempar batu
dari ketinggian tebing yg tak keliatan dasar tebingnya seperti di Gunung
Rinjani, misalnya.
Karena hal yang ingin diketahuinya yaitu "suara air atau dasar tebing yang
terantuk batu tidak terdengar saja", maka rasa penasarannya akan terus
menghantui dan mendorong untuk melakukan hal serupa sampai petugas
setempat harus menegur atau mengingatkan bahwa hari telah menjelang malam,
apakah akan terus terperangkap oleh perasaan kagum dg eksotisme alam
seperti itu, padahal disitu tidak ada fasilitas publik seperti penginapan
atau wc, dan untuk sampai ke sana pun masih harus berjalan kaki selama
beberapa jam menyusuri jalan setapak yang kadang tidak jelas arahnya
karena tanda tanda alam disitu amat samar berbaur dengan bebatuan.
Kalau orang orang itu tidak mengikuti saran dari petugas wisata, tentulah
akan terlanjur malam di tepian tebing curam, dan akan percuma
menggantungkan diri kepada seorang pemandu dan sebuah senter isi dua batu
baterai. Perjalanan beberapa jam yang melalui tebing curam pada malam hari
bukan hal yang mudah, maka sudah barang tentu sebelum sampai di tujuan
senter itu akan kehabisan baterai. Mungkin saat itu akan ada rasa syukur
kepada Tuhan manakala ada sinar bulan turut menyertai dalam perjalanan.
Kemajuan orang Indonesia yang belajar melalui mailing list amat tergantung
kepada kehadiran orang orang yang mau memberikan pengajaran secara
sukarela di Internet. Di dunia Internet, orang sulit menggantungkan diri
pada "kehadiran sinar purnama atau matahari" justru kehadiran badai
matahari amat tidak diharapkan, agar blackout tidak terjadi pada
komunikasi satelit, katanya.
Kalau demikian orang Indonesia yang berinteraksi dengan Internet, mutlak
dituntut untuk memiliki "kesadaran, kewaspadaan, kepandaian, kekuatan, dan
kerjasama erat antar elemen bangsa" agar orang Indonesia masih tetap dapat
"berjalan" mencapai tujuan globalisasi yang masih samar dan masih belum
banyak tanda tanda (hasil karya para sukarelawan terdahulu) yg bisa
ditemukan selama dalam perjalannya menuju cita cita Indonesia yang adil
dan makmur. Seperti banyaknya para pendaki gunung Rinjani yang dapat tiba
dengan selamat di puncaknya berkat banyaknya dukungan berbagai petunjuk
"tanda tanda jalan yg disusun dari bebatuan oleh para sukarelawan" pendaki
gunung pada jauh-jauh hari sebelumnya.
Wassalam
-marno-