Sinar Mentari dan Daun-daun Hijau  (7)

 

Y.A. Mahabhiksu Thich Nhat Hanh

 

Memandikan Bayi Buddha

 

Bagi saya, gagasan bahwa mencuci piring adalah sesuatu yang tidak menyenangkan hanya muncul saat anda tidak sedang melakukannya. Sekali anda berdiri di depan bak cuci piring dengan lengan baju tergulung dan jari-jari tangan menyentuh air yang sejuk, rasanya akan cukup menyenangkan. Saya sendiri menikmati setiap piring-gelas yang saya cuci, dan sepenuhnya menyadari piring itu, air itu, dan setiap gerakan jari-jari tangan itu.

 

Saya mengetahui bahwa jika saya terburu-buru agar bisa segera selesai mencuci dan menikmati secangkir teh, maka saat-saat mencuci itu menjadi tidak menyenangkan, dan kurang berharga. Sayang sekali rasanya jika kita membuang-buang waktu kita yang amat berharga; karena setiap detik, setiap saat dalam hidup ini penuh dengan keajaiban. Piring-piring itu, dan kenyataan bahwa saya ada disini sedang mencucinya, merupakan keajaiban! 

 

Setiap mangkuk atau cangkir yang saya cuci, setiap puisi yang saya tulis, setiap saat yang saya membunyikan bel adalah sebuah keajaiban, dan masing-masing memiliki nilai yang sama.

 

Suatu hari ketika sedang mencuci piring, saya merasa bahwa pekerjaan itu saya lakukan dengan sakral dan hormat seolah-olah saya sedang memandikan bayi Buddha. Jika Ia membaca tulisan ini, maka saya yakin bayi Buddha itu tentu akan bergembira dan sama sekali tidak tersinggung karena telah disamakan dengan piring.

 

Setiap pikiran, tiap tindakan, yang dilakukan di bawah sinar mentari kesadaran, menjadi sakral. Dalam terang itu tidak ada batas antara yang sakral dan yang kotor. Saya harus mengakui bahwa saya memang mencuci piring lebih lama dari waktu yang biasa diperlukan untuk itu, tetapi dengan begitu saya menjalani hidup sepenuhnya setiap saat —dan saya gembira karenanya.

 

Mencuci piring dalam hal ini merupakan sarana dan tujuan sekaligus —yaitu, kita tidak hanya melakukannya demi mendapatkan piring-piring yang bersih, tetapi juga demi aktivitas itu sendiri, untuk dapat hidup sepenuhnya setiap saat, bahkan ketika sedang mencuci piring.         

 

Jika saya tidak dapat melakukan pekerjaan mencuci piring dengan senang hati dan tergesa-gesa hendak mendapatkan secangkir teh, maka hampir pasti saya juga tidak dapat minum teh dengan senang hati.  Sementara cangkir teh di tangan, pikiran saya melayang-layang memikirkan apa yang akan saya lakukan kemudian, sehingga rasa dan aroma teh yang sedap serta kenikmatan minum teh itu sendiri, menjadi hilang. Saya akan selalu terlempar ke masa depan, tanpa pernah dapat hidup sepenuhnya pada saat sekarang.

 

Sumber : “Cuci Piringmu Sehabis Makan”, Penerbit Karaniya, 1993

Penerjemah : Tirtasanti

 

 


Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
Children International
Would you give Hope to a Child in need?
 
· Click Here to meet a Girl
And Give Her Hope
· Click Here to meet a Boy
And Change His Life
Learn More


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke