Menemukan Kembali Buddha yang Telah Hilang
 
Telah hilang seorang Buddha dari lubuk hatiku, sejak aku dilahirkan ke dunia ini.
Ciri-ciri : Memiliki tubuh dengan 32 Tanda Utama, 80 Tanda Sekunder sebagai Buddha, Maha welas asih, Maha bijaksana, Maha tahu. Bagi yang menemukan harap menghubungi redaksi dan akan diberikan imbalan berupa kedamaian hati hingga Penerangan Sempurna.
 
Ini bukan sebuah iklan pencarian barang hilang yang berusaha menggelitik para pembaca. Namun, fenomena inilah yang sedang terjadi di masyarakat Indonesia. Meskipun setiap tahun kita selalu memeringati Waisak, namun kita telah kehilangan makna sebenarnya.
Waisak adalah hari besar agama Buddha guna memeringati 3 peristiwa agung yang terjadi pada kehidupan Pangeran Siddharta: lahir, Penerangan Sempurna dan meninggalnya Beliau. Namun, sebagian besar dari kita melihat kisah itu adalah sebuah perjalanan orang lain yang bernama Siddharta yang pada akhirnya menjadi Buddha. Melihat sebuah riwayat “orang lain” yang  menjalani sekian episode kehidupan. Kita tidak pernah melihat “kisah Waisak” sebagai sebuah proses dari perjalanan seorang manusia yang berjuang menuju pencerahan yang menjadi inspirasi kita semua dalam menjalani hidup kita, sekarang atau kelak suatu waktu nanti. Menyelaminya, dan mengerti bahwa tubuh seorang Buddha adalah hasil yang diperoleh melalui proses panjang dari memeras intisari kehidupan manusia yang berharga.
Meskipun kita telah memahami semua itu namun ada pertanyaan yang mengganjal yaitu dimanakah Buddha sebenarnya? Jawaban pada umumnya adalah sudah meninggal atau telah diperabukan.
    Kita tidak menyadari bahwa kita telah kehilangan Buddha sejak kita dilahirkan.
Kita telah kehilangan seseorang yang menunjukkan betapa besarnya arti sebuah nilai dari tubuh mulia manusia yang penuh arti. Akhirnya kita hanya menggunakannya untuk mengumpulkan ketidakbajikan dan menyia-nyiakan tanpa berbuat sesuatu yang berarti. Kita membuat sebab-sebab yang akhirnya mendatangkan kesedihan dalam kehidupan kita.
            Dengan menggunakan perahu tubuh manusia,
Bebaskan dirimu sendiri dari sungai besar penderitaan,
Karena sangat sulit mendapatkan perahu ini lagi,
Tidak ada waktu untuk tidur, hai orang bodoh!
 ( Bodhicaryawatara,14; shantidewa)
Kita telah kehilangan seorang yang mengajarkan ilmu besar tentang kematian dan ketidak kekalan. Akhirnya kita menganggap dunia ini adalah kekal dan abadi. Hidup ini hanya dipakai untuk mengejar dunia sebanyak yang kita bisa, mengumpulkan harta benda sebanyak yang kita mampu, kerabat dan reputasi. Tetapi sebanyak apa pun yang telah kita kumpulkan tidak akan bisa kita bawa mati. Dunia yang sekarang ini berjalan melawan arus kebenaran. Semua orang mengganggapnya adalah kekal, abadi, dan dapat dimiliki selamanya, termasuk tubuh yang kita jaga dan rawat ini, pada akhirnya juga akan mengkhianati kita.
            Kita telah kehilangan seorang yang menutupkan pintu neraka bagi kita. Kita selalu menjadi serakah dan rasa benci memenuhi kehidupan ini. Tidak ada lagi cinta kasih dan kebaikan hati. Nyawa manusia dihargai dengan  hanya  beberapa rupiah saja. Kita menilai segala sesuatu berdasarkan berapa besar keuntungan yang dapat kita peroleh. Kita menjadi semakin egois, semakin melihat diri kita lebih penting dan lebih berharga dari pada yang lain. Akhirnya tubuh polos ini kelak akan jatuh ke dalam api neraka yang menakutkan yang tak tertahankan.
Jika baik diriku dan mahluk lain serupa dalam menginginkan kebahagiaan,
Apa istimewanya diriku? Mengapa aku hanya berusaha demi kebahagianku sendiri?   ( Bodhicaryawatara, 95; Shantidewa )
            Kita telah kehilangan seorang yang mengajarkan bagaimana bermurah hati sehingga kita selalu diliputi ketidakpuasan, selalu merasa kurang. Semakin mencengkram dan melekat pada semua yang kita miliki. Kita selalu merasa dapat rejeki nomplok jatuh dari langit dan mengambil apa yang tidak diberikan pada kita. Akhirnya kita harus menderita dengan tubuh preta, kelaparan dan kehausan tanpa setetes air pun.
            Kita telah kehilangan seorang Inspirator Agung, sehingga saat kita tidak tahu apa yang harus dikerjakan ketika ketakutan yang dahsyat akan kematian tiba-tiba menghampiri kita. Akhirnya kita tidak lagi mempunyai kepercayaan diri saat menghadapi kematian diri kita dan kita tidak lagi bersikap dewasa untuk melihat kematian adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh semua mahkluk hidup. Kita pergi meninggalkan tubuh ini dengan kesedihan dan penyesalan.
Kita telah kehilangan seorang Guru Besar yang mengajarkan nilai-nilai moral yang luhur tentang apa yang patut dan apa yang tidak. Tentang nilai susila yang agung. Akhirnya kita harus menjadi seekor hewan yang sangat menjijikkan yang bodoh dan menyedihkan karena kita telah kehilangan disiplin diri, melihat kecantikan tubuh adalah lebih penting dari nilai-nilai moral.
            Pada umumnya sebagian besar orang melihat praktik spiritual adalah satu hal sedangkan kehidupan duniawi adalah hal yang lain. Layaknya seperti minyak dan air yang memiliki batas yang jelas. Saat hari biasa adalah seorang manusia biasa yang membutuhkan duniawi. Sedangkan saat berada di tempat spritual adalah seorang baik, layaknya seorang dermawan yang penuh dengan kebajikan besar. Tindakan ini tidak lebih dari membohongi diri sendiri dan  pada akhirnya kita semua kehilangan Buddha dan melihat Buddha sebagai orang lain, yang bernama Siddharta, tidak lagi berada dalam hati kita dan tidak dekat lagi dengan kita. Cobalah menyelam ke dasar batin kita dan kita akan tahu cara menemukan Buddha. Dia tidak jauh dari kita. Buddha ada di mana-mana.
            Saat ini adalah momen yang paling tepat untuk merenungkan apakah kita masing masing memiliki Buddha di dalam hati kita. Jika beliau telah hilang, bergegaslah mencarinya kembali. Andai semua orang di Nusantara ini memiliki Buddha masing-masing di dalam dirinya, negeri ini akan lebih tentram, lebih makmur. Presiden kita tidak perlu pusing memikirkan seribu satu hal.
Dengan sendirinya semua hal akan menjadi lebih baik, tidak ada lagi korupsi karena semua orang akan jujur dan tidak akan mengambil apa yang tidak diberikan, orang tidak serakah melihat segalanya adalah rejeki yang tidak boleh di tolak. Pemerintah akan berpikir sebesar-besarnya untuk rakyat tercinta. Buruh tidak lagi perlu lagi berunjuk rasa karena hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik yang saling bergantungan. Pengusaha menjadi kaya karena harus bergantung dari kebaikan hati para buruh dan buruh bisa mengepulkan asap dapur mereka karena ada rasa aman dari majikan yang berhati murah.
Kita tidak perlu takut dan bertanggung jawab karena salah memilih wakil rakyat yang tidak mempunyai nurani. Kita juga tidak perlu dipusingkan dengan berbagai macam undang-undang yang membuat kita susah. Kita tidak lagi membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki. Anak-anak mendapatkan pendidikan yang memadai dan tumbuh menjadi manusia yang berguna dan bijaksana.
Penggangguran, kelaparan, wabah penyakit, konflik sosial, dapat teratasi dan tidak ada lagi orang yang memperlakukan manusia bak barang dagangan seperti yang sering kita lihat, baca, atau dengar di media massa. Tentu kita masih ingat dalam sejarah, mengapa masa lalu Indonesia pernah makmur, tentram dan damai ketika kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Kalingga masih berjaya.
Karena itu, Waisak bukanlah peringatan yang semata menjadi milik umat Buddha namun, Waisak adalah peringatan bagi seluruh rakyat Indonesia, rakyat Indonesia yang masih memiliki hati dan jiwa untuk berjuang bagi sesama manusia dan seluruh mahkluk. Selamat Hari Suci Waisak 2550/2006.
Bhadra Ruci, Biksu
Anggota Sangha Agung Indonesia,
Pemimpin Dharma Center Kadam Choeling Bandung,
Jln. Sampurna 19 Bandung - Indonesia
 
Sumber : Media indonesia, Kolom Opini hal. 16


J u n a i d y  A n w a r
Dept. of Information Technology

PT. Tiara Gaya Arga Kencana
Paint, Road Marking, Epoxy Manufacturer
Jl. Cimareme No. 185 A Padalarang, West Java - Indonesia

Phone.: +62 22 665 1515 [ hunting ]
Fax.: +62 22 665 6555
Mobile.: +62 856 219 8835 / +62 22 911 80 855

"May I become at all times, both now and forever; a protector for those without protection; a guide for those who have lost their way; a ship for those with oceans to cross; a bridge for those with rivers to cross; a sanctuary for those in danger; a lamp for those without light; a place of refuge for those who lack of shelter; and a servant to all in need"---Bodhicharyavatara~ Shantideva


Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1¢/min.

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke