U Ko Lay menulis struktur Tipitaka berdasarkan Tipitaka Pali versi Myanmar, di mana Milinda Panha memang termasuk dalam Tipitaka. Sedangkan Tipitaka Pali versi Thailand tidak memasukkan Milinda Panha. Perbedaan kedua versi Tipitaka ini juga ada pada jumlah cerita Jataka. Jadi, Tipitaka Pali sendiri memang bervariasi, ada perbedaan pada beberapa versi.
 
Imho, Milinda Panha termasuk Tipitaka Pali atau tidak, bukanlah masalah gawat.
Banyak yang berkeyakinan bahwa seluruh isi Tipitaka Pali adalah sabda2 langsung sang Buddha. Sebagian dari mereka bahkan menjadi 'tergoda' untuk menuding kitab di luar Tipitaka adalah 'ajaran palsu', dan ajaran asli hanya yang terdapat dalam Tipitaka Pali.
Padahal suatu hal yang bermanfaat akan tetap bermanfaat tanpa peduli apakah 'label'nya. Jadi diskusi antara Raja Milinda dengan Bhikkhu Nagasena tetap bermutu, tidak tergantung apakah termasuk dalam Tipitaka atau tidak.
 
Banyak ahli sejarah dan Buddhisme, yang dalam penelusurannya sejarah Buddhisme telah (dan akan terus) menemukan fakta2/kejadian2 yang tidak sesuai dengan apa yang selama ini kita anggap benar. Hal ini menjadi dilema karena ada sebagian pihak yang menentang penelitian sejarah ini. Mereka mencela para sejarawan dan arkeolog tsb sebagai orang yang tidak melaksanakan ajaran sang Buddha, karena daripada memusingkan membuang waktu untuk meneliti hal2 tsb, lebih baik melatih diri, bermeditasi, dll.
 
mohon maaf kalau ada kata2 yang tidak berkenan.
salam,
KH

Ika Polim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Wah!! Berita Yang Spektakuler!! Kalau Saja Berita Ini True, Bisa Gawat Dong, Terutama Bagi Para Bro & Sis Yang Terlajur Lengket & Berbasiskan Pengetahuannya Kepada Itu. 
 
Berbahagialah Yang Seperti Saya Gtl, gitu loh!

kreshna amurwabumi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Rekan-rekan Dharmajala Yth,
 
Beberapa waktu yang lalu di millinglist ini saya mengajukan masalah penelusuran ajaran Sang Buddha. Rupa-rupanya hal ini bukanlah mengada-ada. Ada cerita yang kira-kira 5 hari yang lalu saya alami. Saya ingin memberikan beberapa buku agama Buddha, jadi saya menilpon ke toko buku Buddhist. Salah satu buku yang saya tanyakan adalah Milinda Panha. Seperti kita ketahui buku ini adalah percakapan antara raja Milinda dengan Bikhu Nagasena, yang tentunya peristiwa ini sudah berangsung kira-kira 500 tahun setelah Sang Buddha parinibana. Pengusa toko bilang bahwa buku ini termasuk salah satu buku Tipitaka. Saya kaget, masa buku yang dikarang 500 tahun kemudian dimasukan kedalam Tipitaka, bukankah Tipitaka  (3 keranjang) diasosiasikan kumpulan kotbah Buddha Gautama sepanjang hidup Beliau ?. Karena penasaran maka saya membuka kitab Milinda Panha yang saya punyai. Ternyata memang benar dalam Struktur Kitab Suci Tipitaka menurut "Panduan Tipitaka" yang disusun U Ko Lay terlihat bahwa kitab ini dibawah sub judul kitab Khuddaka Nikaya dan kitab Khuddhaka ini bagian dari kitab Sutta Pitaka. Cara-cara semacam inilah yang menyebabkan ajaran Buddha Gautama amburadul. Sehebat-hebatnya Bhante Nagasena, tidak boleh ulasannya menjadi bagian Tipitaka, bukan karena isinya tapi karena fakta bahwa ulasan ini bukan diberikan waktu Buddha Gautama hidup dan Beliau mengetahui ulasan ini, yang menyebabkan kitab ini sekali-kali tidak boleh dimasukkan kedalam Tipitaka (yang didefinisikan sebagai 3 keranjang ajaran Buddha Gautama). Boleh saja kitab ini diberi nama kitab tafsir ajaran Buddha Gautama yang paling brilian, paling hebat, paling jelas dan lain pridikat utama, dan direfer sebagai bacaan wajib bagi orang yang ingin mendalami ajaran Buddha Gautama, hal semacam ini OK Ok saja. Saya takut dalam Tipitaka yang sampai di kita sekarang ini  tercampur tulisan-tulisan tokoh kuat lain yang mempunyai latar belakang lain, diberikan pada kondisi yang berbeda sehingga bila ditelusur lebih dalam tidak parallel dengan ajaran asli Buddha Gautama. Saya kawatir inilah sumber inkonsistensi dalam "ajaran Buddha Gautama" yang sampai di tangan kita.
 
Semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan renungan.
 
 
Kreshna
18-5-06


Ring'em or ping'em. Make PC-to-phone calls as low as 1ยข/min with Yahoo! Messenger with Voice.

** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke