Mo ikut share yah.

Memang perbuatan baik dan buruk ada yang tidak
langsung berbuah tapi klo aku amati, ada juga kok yg
langsung berbuah dan sangat cepat sehingga kita tidak
menyadarinya dan menganggap itu belum berbuah.

Cth yg aku amati sbb :
si A krn takut dipecat akibat berbuat salah, dia
limpahkan kesalahan tsb pada temannya. Walaupun si B
tidak dipecat tapi habis dimaki maki dan disuruh ganti
rugi.

si A dari hari kejadian itu sampai sekarang pikirannya
was was terus dan tidak tenang akhirnya dia cerita
sama istrinya.

Menurutku si A sudah menerima karma buruknya akibat
berbohong saat itu juga sampai saat ini sambil
menunggu karma lainnya yg lebih berat berbuah yakni
melimpahkan kesalahan pada orang lain.

Lihat dia begitu was was. dia masih takut perbuatannya
akan terbongkar dan yg kedua dia begitu was was karena
takut ada orang lain yang modelnya kaya dia juga.

Karena itu dia otomatis tidak tenang saat ini.
bukankah saat itu juga dia sudah menerima akibat dari
sebab yang dia perbuat saat itu juga.

w/metta


--- Ika Polim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Cerita Yang Sangat Menukik, Yang Langsung Masuk Pada
> Titik Persoalannya, Tidak Lari Kemana2, Tidak Sulit
> Utk Dicerna, Bahkan Oleh Awam Sekalipun, Membawa
> Kepada Kesimpulan (mungkin semntara) Bahwa "Akibat
> Dari Perbuatan Buruk Tidak Segera Berbuah, Sama
> Seperti Susu Yang Perlahan-lahan Menjadi Asam
> Setelah Diperah; Demikian Pula Penderitaan Akan
> Membakar Orang Bodoh Seperti Bara Api Yang Tak
> Terlihat Karena Tertutup Oleh Abu".
>   
>   
>   
>  
>
> "Cespleng.... Manjur Kasiate....."
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  
> Cerita menarik tentang "mungkin" berhubungan dengan
> hukum sebab akibat :
>
>
> Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan
> bahwa
>
> apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna
> kepada kita. Apabila
>
> kita melakukan energi positif atau kebaikan maka
> kita akan mendapat
>
> balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita
> melakukan energi negatif
>
> atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan
> berupa keburukan
>
> pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah
> pengalaman
>
>  pribadi yang
>
> terjadi pada 2003.
>

>
> Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di
> salah satu rumah
>
> sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum
> mampu mendeteksi
>
> penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan.
> Panasnya sangat
>
> tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah
> terbujur di ruang ICU.
>
> Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang
> tersambung ke sebuah layar
>
> monitor.
>

>
> Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat
> isteri saya. Dokter
>
> berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti
> obat ibu". Sayapun
>
> menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan
> setiap pagi saya
>
> membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak
> meminta izin saya"
>
> Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak
> Jamil." "Memang
>
> harganya berapa dok?"   Tanya saya. Dokter itu
> dengan mantap menjawab "Dua
>
> belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta
> rupiah dok, lantas sehari
>
> berapa kali suntik, dok? Dokter itu menjawab,
> "Sehari tiga kali suntik
>
> pak Jamil".
>

>
> Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti
> satu hari tiga
>
> puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening
> mengalir di pipi.
>
> Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong
> usahakan sekali lagi
>
> mencari penyakit
>
>  isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang
> Maha
>
> Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan."
> "Pak Jamil kami sudah
>
> berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta
> bantuan berbagai
>
> laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa
> kami deteksi secara tepat, kami
>
> harus sangat hati-hati memberi obat karena istri
> Bapak juga sedang
>

>
> hamil 8   bulan, baiklah kami akan coba satu kali
> lagi tapi kalau tidak
>
> ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak." jawab
> dokter.
>

>
> Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju
> mushola kecil dekat
>
> ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya
> berdoa, "Ya Allah Ya
>
> Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan
> menguji semua hamba-Mu, akupun
>
> mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan
> pasti akan Engkau balas
>
> dan akupun mengerti bahwa setiap   keburukan yang
> pernah aku lakukan juga
>
> akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan
> apa
>
>  yang pernah aku
>
> lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit
> isteriku yang
>
> berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga
> dan pikiranku begitu lelah.
>
> Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu
> bahkan Engkau mengetahui
>
> setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun
> mengetahui hal yang
>
> kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya   Tuhanku.
> Sembuhkanlah istriku.
>
> Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah
> Engkau mengatur milyaran
>
> planet di jagat raya ini."
>

>
> Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit
> dalam ingatan akan
>

>
> kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya
> hidup dalam keluarga
>
> yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum
> membayar biaya sekolah
>
> yang hanya Rp.   25 per bulan. Akhirnya saya
> memberanikan diri mencuri uang
>
> ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp
> 75 saya gunakan
>
> untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.
>
>

>
> Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia
> menangis sambil terbata
>
> berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat...
> yang ngambil uangku
>
> kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan
> membayar hutang oleh
>
>
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com


** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya **

** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh **

** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian **

** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari,  membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami **




SPONSORED LINKS
Religion and spirituality Spirituality


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke