Pendidikan Teknologi India Diakui Dunia 

BI Purwantari

Pada 26 April 2005, House of Representatives Amerika Serikat 
mengeluarkan resolusi berisi penghormatan terhadap penduduk AS yang 
berkebangsaan India.

ecara khusus, resolusi itu menyebutkan bahwa para alumnus Indian 
Institute of Technology (IIT) telah menyumbang inovasi ekonomi 
kepada masyarakat AS dan menekankan kepada bangsa Amerika untuk 
mengakui kontribusi besar tersebut.

Resolusi ini memperlihatkan selain penghormatan terhadap alumni IIT 
juga pengakuan betapa lembaga pendidikan tinggi India di bidang 
teknologi itu memiliki reputasi internasional.

Pengakuan dunia terhadap IIT juga tertuang dalam The Times Higher 
Education Supplement, media cetak dan online yang memfokuskan diri 
pada bidang pendidikan, yang membuat ranking terhadap universitas-
universitas ternama di seluruh dunia.

Menurut terbitan itu, IIT berada pada urutan ketiga teratas setelah 
Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan University of 
California Berkeley untuk bidang teknologi. Adapun untuk bidang 
sains, IIT berada pada urutan ke-36, dan ada di posisi ke-50 sebagai 
universitas terbaik di dunia.

Seluruh pengakuan ini didasarkan pada kenyataan di lapangan yang 
memperlihatkan para alumnus IIT menduduki posisi-posisi penting di 
perusahaan-perusahaan besar tingkat dunia.

Salah satu contoh, NR Narayana Murthy, pendiri Infosys, salah satu 
perusahaan teknologi informasi terbesar India berbasis di Bangalore, 
adalah alumnus IIT. Infosys sendiri memiliki lebih dari 30 kantor di 
seluruh dunia.

Alumnus lain, Vinod Khosla, adalah salah satu pendiri Sun 
Microsystems, perusahaan teknologi informasi besar di AS. Daftar 
nama ini akan bertambah panjang dengan memasukkan perusahaan seperti 
Cirrus Logic, McKinsey, Vodafone, Citigroup, Novell, dan masih 
banyak lagi.

Center of excellence

India, negeri berpenduduk lebih dari satu miliar jiwa, dikenal 
memiliki lembaga pendidikan tinggi yang diakui dunia. Selain IIT, 
juga ada Indian Institute of Science (IISc) yang berlokasi di 
Bangalore.

Tahun 2003, IISc yang telah didirikan sejak tahun 1909 dimasukkan ke 
dalam daftar 300 perguruan tinggi top dunia oleh Shanghai Jiao Tong 
University, salah satu universitas ternama di China.

Atau institusi pendidikan lainnya seperti All India Institute of 
Medical Sciences (AIIMS), oleh majalah Newsweek dimasukkan dalam 
ranking 10 besar institusi ternama di seluruh dunia dalam hal 
penanganan pasien.

Selain ketiga lembaga itu, beberapa lembaga pendidikan tinggi lain 
memang dirancang untuk menjadi center of excellence di India. 
National Institutes of Technology, misalnya, awalnya adalah Regional 
Engineering Colleges (RECs) yang terdapat di 17 kota.

Ke-17 RECs ini telah berdiri sejak akhir tahun 1950-an dan tersebar 
di seluruh negara bagian. Tahun 2002, Pemerintah India memutuskan 
meningkatkan mutu RECs setara dengan IIT.

Maka, sejak empat tahun lalu, RECs berubah menjadi National 
Institutes of Technology (NIT) yang berfungsi sebagai perguruan 
tinggi teknik otonom, memiliki kewenangan membuat kurikulum sendiri, 
serta memakai bahasa pengantar Inggris di seluruh NIT.

Pertanyaannya, bagaimana India mencapai hal itu? Satu hal yang pasti 
adalah rancangan pendidikan tinggi di India, terutama di bidang 
teknologi, telah dimulai sejak awal berdirinya negeri ini.

Ketika itu, Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri pertama India, 
ingin mewujudkan cita-cita India sebagai pemimpin di bidang sains 
dan teknologi selain terutama untuk melayani permintaan yang terus 
bertambah akan tenaga-tenaga terlatih di bidang ini.

Maka, bekerja sama dengan sektor industri, Pemerintah India 
memutuskan mendirikan institusi pendidikan di bidang ini di seluruh 
India. Seperti IISc memfokuskan diri pada riset dan pendidikan 
teknologi mutakhir.

Didirikan tahun 1909 atas prakarsa seorang industrialis India, 
Jamsetji Nusserwanji Tata, IISc menawarkan program-program riset 
postgraduate dan doktoral kepada lebih dari 2.000 peneliti aktif 
yang bekerja di 48 departemen, mulai dari teknologi ruang angkasa, 
fisika, biologi molekular, kelautan, komputer dan otomotif, hingga 
manajemen.

Hasil-hasil riset yang membawa terobosan membuat jurnal bergengsi 
seperti Current Science menetapkan IISc sebagai lembaga riset 
terbaik di India dalam kaitan dengan hasil riset.

Keseriusan Pemerintah India membangun tenaga terdidik di bidang 
teknologi dibuktikan dengan pemberian status istimewa kepada lembaga-
lembaga pendidikan tinggi tersebut melalui undang-undang seperti 
Indian Institute of Technology Act.

Undang-undang tersebut memastikan bahwa semua IIT memiliki hak-hak 
istimewa dan meletakkan fondasi bagi gerak mereka sebagai institusi 
berkelas internasional. Baru-baru ini, bahkan Kementerian Keuangan 
India memberikan bantuan sebesar 25 juta dollar AS yang diambil dari 
budget nasional untuk pengembangan Indian Institute of Science.

Selain itu, kesadaran penuh pemerintah untuk berkolaborasi dengan 
dunia industri menunjukkan terintegrasinya sistem pendidikan tinggi 
India dengan laju perkembangan industrinya.

Kondisi inilah yang memungkinkan India melahirkan tenaga terdidik 
dan terampil untuk merespons globalisasi. Menurut perkiraan, setiap 
tahun India memproduksi 350.000 insinyur, jumlah yang dua kali lipat 
lebih besar dibandingkan dengan yang dihasilkan AS.

Secara keseluruhan, dengan sekitar 300 universitas dan lebih dari 
15.600 college, India memproduksi 2,5 juta tenaga terampil setiap 
tahun, hanya sedikit di bawah AS dan China. Hampir sebagian besar 
tenaga terdidik ini mengisi pos-pos pekerjaan di dalam negeri.

Fenomena yang cukup menonjol adalah munculnya perusahaan-perusahaan 
outsourcing India yang mengandalkan kemajuan di bidang teknologi, 
terutama teknologi informasi.

Di sektor industri penerbitan saja nilai bisnis outsourcing ini 
diperkirakan mencapai 200 juta dollar AS pada tahun 2006. Bahkan, 
sebuah perusahaan riset dan intelijen bisnis di India, ValueNotes 
Database Pvt Ltd, memprediksi bahwa nilai bisnis ini di India akan 
menyentuh angka 1,1 miliar dollar AS tahun 2010.

Banyak perusahaan asing, di AS ataupun Inggris, memilih memindahkan 
sebagian pekerjaannya ke India, dengan melihat kenyataan 
berlimpahnya tenaga terampil berbahasa Inggris di negeri ini dan 
penghematan ongkos produksi yang bisa mencapai 50-70 persen 
dibandingkan dengan di negeri-negeri Barat.

Meski demikian, semua keberhasilan India dalam membangun tenaga 
terdidik bidang teknologi ini masih menyisakan paradoks. 
Bagaimanapun, jumlah lembaga pendidikan tinggi yang menjadi center 
of excellence India masih terlalu kecil bagi negeri sebesar India.

Dengan universitas dan college yang ada saat ini, sesungguhnya India 
hanya bisa melayani 7 persen dari total jumlah kelompok umur yang 
seharusnya mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Selain itu, 
persoalan disparitas antara negara bagian di wilayah utara dan 
selatan juga mengemuka.

Menurut catatan Marie Lall dari Chatham House, sebuah lembaga 
swadaya masyarakat berbasis di Inggris yang menangani isu-isu 
internasional, di Negara Bagian Bihar terdapat kurang dari satu 
lembaga pendidikan di bidang teknologi untuk setiap 10 juta penduduk.

Negara Bagian Tamil Nadu memiliki hampir empat institusi teknik 
untuk setiap satu juta penduduknya 
(www.chathamhouse.org.uk/pdf/research/asia). Sebagian besar college 
yang ada merupakan affiliated colleges, yaitu institusi cabang dari 
institusi induknya.

Umumnya, affiliated colleges ini tidak memiliki infrastruktur 
memadai seperti jumlah dosen yang sedikit, perpustakaan dengan 
koleksi buku memprihatinkan, dan tentunya tidak dapat diharapkan 
bisa memproduksi riset-riset berkualitas.

Kondisi ini mendorong banyak mahasiswa India dengan kantong tebal 
memilih menuntut ilmu di luar negeri. Dalam sebuah artikel di 
YaleGlobal online diungkap bahwa India telah mengeluarkan sekitar 3 
miliar dollar AS per tahun untuk mengongkosi sekolah mahasiswanya di 
luar negeri.

Menurut catatan, ada sekitar 80.000 mahasiswa India menuntut ilmu di 
AS dan 5.000 mahasiswa kedokteran India studi di China. Sebaliknya, 
sebuah riset yang dilakukan Association of Indian University 
mengungkap turunnya jumlah mahasiswa asing yang kuliah di India, 
dari 12.765 orang pada tahun akademik 1992-1993 menjadi hanya 7.745 
orang pada tahun 2003-2004. (BI Purwantari/Litbang Kompas)

Sumber:
Kompas.com




 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/dosen-peneliti/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/dosen-peneliti/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke