Masih ada yang mau bilang Indonesia negara miskin?
Masih pada inget-kan, ucapan WaPres belum lama ini?

Wapres: Indonesia Sudah tak Krisis Ekonomi Lagi
http://www.setwapres.go.id/detail-news.php?detail=343

Mungkin tulisan di bawah salah satu penjelasannya.. :-)
Kita diajak untuk lupa (sejenak) dengan hutang LN yang ada..
dengan beban BLBI yang harus ditanggung APBN..
dengan pencurian isi hutan, laut dan hasil tambang..
dengan dana yang diekspor dan diputar di negara lain, termasuk negara
tetangga..
dengan pasir yang dicuri/dirampok dan ditadah negara tetangga..
dengan ....
....

Udah deh biasa aja.. begitu kata teman saya.. :-P
Gitu aja koq repot kata Gus Dur.. gak pake 'saudara' seperti ucapan Mulan
(Ratu), ye.. biar gak ditegor panitia.. :-)

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 9/22/06, Christovita Wiloto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Bisnis Indonesia
>
> Terkaya
>
> Oleh Christovita Wiloto
> CEO Wiloto Corp. Asia Pacific
> www.wiloto.com
> email: [EMAIL PROTECTED] <powerpr%40wiloto.com>
>
> Majalah Forbes Asia, beberapa waktu lalu merilis daftar orang kaya
> Indonesia. Dari 40 daftar orang kaya tersebut, total kekayaannya
> mencapai US$22,27 miliar, atau sekitar Rp200 triliun lebih-hampir
> separuh dari anggaran belanja negara.
>
> Di urutan pertama, ada nama pengusaha Sukanto Tanoto dengan kekayaan
> Rp25 triliun. Kemudian Putera Sampoerna Rp19 triliun, dan ketiga Eka
> Tjipta (Rp18,2 triliun). Disusul sejumlah nama yang memang kerap jadi
> langganan dalam daftar oran terkaya, seperti Rachman Halim (pemilik
> Gudang Garam, Rp18 triliun) dan Budi Hartono (Djarum Kudus, Rp14
> triliun) yang tercantum di urutan ke empat dan lima.
>
> Sedangkan para pendatang baru di antaranya adalah Eddie William
> Katuari (Wings), Trihatma Haliman (Agung Podomoro) dan Arifin
> Panigoro (Medco). Liem Sioe Liong yang biasanya di posisi puncak kini
> ada di posisi ke-10 dengan kekayaan Rp 7,28 triliun.
>
> Selain itu, ada dua pejabat negara yan masuk dalam daftar orang
> terkaya, yakni Menko Kesra Aburizal Bakrie di urutan keenam dengan
> kekayaan Rp10,9 triliun. Pejabat kedua adalah Wakil Presiden Jusuf
> Kalla di urutan ke-36 dengan kekayaan sejumlah Rp135 miliar.
>
> Daftar Forbes ini, di satu sisi sangat membanggakan. Karena
> membuktikan bahwa banyak pengusaha Indonesia yang luar biasa piawai
> dalam berbisnis, tidak hanya di dalam negeri namun juga di manca
> negara.
>
> Sebetulnya cukup mudah untuk melihat integritas para pengusaha
> tersebut. Karena secara kasat mata kita bisa melihat buah pekerjaan
> mereka dalam kehidupan sehari-hari.
>
> Misalnya para raja rokok yang memang penjualannya luar biasa. Juga
> grup Wings yang produk consumer goods- nya banyak menguasai pasar.
> Atau grup Podomoro, yang dalam beberapa waktu terakhir ini membangun
> berbagai properti yang berkualitas di Jakarta dan Bandung. Juga grup
> Rajawali yang sukses membesarkan XL, Bentoel, Metro Dept Store dan
> jaringan hotel Sheraton & Novotel. Di industri media juga ada Chairul
> Tanjung (Rp3 triliun) dan Jacob Utama (sekitar Rp1 triliun), yang
> kualias bisnisnya bisa kita rasakan.
>
> Logikanya, para pengusaha yang merupakan orang-orang terkaya di
> Indonesia tersebut, mempunyai likuiditas dan kekuatan modal yang amat
> besar. Ini, dapat dimanfaatkan untuk mendukung berbagai program
> pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan pengangguran.
>
> Selain itu, keberadaan mereka dan usahanya di Indonesia, semestinya
> memberi sejumlah nilai lebih. Mulai dari kontribusi dalam pembayaran
> pajak, penciptaan lapangan kerja dan peran mereka dalam mendongkrak
> pertumbuhan ekonomi.
>
> Tapi mereka tampaknya tak nyaman karena rumitnya birokrasi di
> Indonesia. Pemerintah agaknya harus mawas diri. Dalam arti,
> pemerintah juga perlu membenahi iklim investasi di Indonesia. Proses
> perizinan, misalnya. Kalau selama ini harus diselesaikan dalam
> hitungan belasan hari, pemerintah perlu memangkasnya agar lebih
> singkat.
>
> Demikian pula soal keamanan, dan perlindungan hukum. Pemerintah tak
> bisa menyerahkan masalah itu pada 'hukum rimba' yang kerap berlaku di
> Indonesia. Harus ada jaminan atau kepastian berusaha di Indonesia
> dengan tetap berpegang pada aturan dan hukum yang berlaku.
>
> Dengan demikian, para pengusaha tadi juga bisa berbisnis secara fair.
> Pemerintah pun harus bersikap adil.
>
> Ternyata sebagian dari mereka mampu bersaing bisnis di negara lain
> yang memiliki aturan main yang ketat dan law enforcement yang sangat
> galak.
>
> Di sisi lain daftar Forbes ini juga menimbulkan kontroversial.
> Misalnya adalah Raja Garuda Mas milik Sukanto Tanoto, ternyata masuk
> dalam daftar kredit macet terbesar di Bank Mandiri dengan nilai Rp5,4
> triliun.
>
> Selain itu, masuknya nama Aburizal dan Jusuf Kalla-meski keduanya
> pengusaha-juga dianggap kontroversial. Karena nilai kekayaan yang
> dilansir Forbes Asia, jauh berbeda dengan yang dilaporkan ke Komisi
> Pemberantasan Korupsi (KPK).
>
> Namun, Aburizal mengaku harta yang dimilikinya sesuai dengan yang
> dilaporkan ke KPK, yakni Rp1,33 triliun. Ia justru mempertanyakan
> keabsahan data Forbes yang menyebutkan dia memiliki kekayaan sekitar
> Rp10,2 triliun. Ia mengaku tidak pernah dihubungi Forbes Asia. Dia
> juga tak tahu sumber data yang digunakan Forbes untuk menentukan
> jumlah kekayaannya, sehingga bisa melejit sebesar Rp9 triliun hanya
> dalam tempo dua tahun.
>
> Hal serupa dialami Wapres Jusuf Kalla. Pada 2004, menjelang pemilihan
> presiden, Kalla melapor ke KPK bahwa harta kekayaannya Rp122 miliar.
> Kalau kemudian Forbes menyebut kekayaannya mencapai Rp135 miliar,
> Kalla menolak memberi komentar, soal penambahan kekayaan Rp13 miliar
> dalam tempo singkat.
>
> "Saya tidak tahu dari mana data itu. Saya tidak merasa seperti itu.
> Jadi terserah Forbes," ujarnya, seperti dikutip sejumlah media massa.
>
> Terlepas dari kontroversi kekayaan sejumlah pejabat-seperi Kalla dan
> Aburizal. Agaknya perlu dipahami bahwa orang terkaya di Indonesia
> tadi, terlepas dari fakta sebagian ada yang kurang berintegritas,
> sebagian lainnya adalah para pengusaha dan pebisnis yang cerdas dan
> punya naluri kuat.
>
> Karenanya, dalam kondisi ekonomi yang masih belum mapan seperti
> sekarang, pemerintah harus berinisiatif untuk menggandeng mereka
> membangun Indonesia, guna menciptakan lapangan kerja. Sebab jika
> gagal maka akan banyak negara lain yang akan mengandeng mereka.
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke