---------- Forwarded message ----------
From:
Date:
Subject: Re: [nasional-list] RI Pahami Vonnis Sadaam - Saya TIDAK
memahaminya!

Gimana gak memahami.. :-p Kan big boss-nya kan berkunjung ke Bogor dengan
dana
penyambutan (kabarnya) 6 miliar, listrik 2 juta watt dan 3000 personel
pengamanan..
Masa' sih gak bisa (sekedar) memahami keputusan pengadilan Saddam Hussein..

Lah wong itu kan sejalan dengan ucapan kecintaaan kepada amrik dengan
(memaklumi)
segala kesalahannya sekaligus mengakui sebagai negara kedua-nya..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 11/6/06, HINU E. SAYONO wrote:
>
>   Posisi Saddam Hussein memang unik.
>  Dalam perang Irak – Iran, Saddam Hussein sepenuhnya didukung oleh AS.
> Kemudian ketika Irak menyerbu Kuwait, gantian AS melabrak Irak, karena
> Kuwait adalah sekutu AS.
>
> Jauh sebelum itu, AS membantu Saddam Hussein dengan berbagai senjata,
> termasuk senjata kimia untuk memerangi suku Kurdi dan kelompok Shiah di
> Irak. Giliran "bertabrakan" dengan kepentingan AS dalam hal migas, AS
> menggunakan legitimasi PBB untuk menyerbu Irak, mendirikan pemerintahan
> boneka di Irak, dan menawan dan menjatuhkan hukuman mati kepada Saddam
> Hussein, merampok sumberdaya migas. Ternyata dasar invasi   AS dan
> sekutunya ke Irak adalah kebohongan besar, karena yang disebut WMD itu tidak
> pernah ada.
>
> Politik memang sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan nasional ataupun
> kelompok elit. Bukan kepentingan rakyatnya.
>
>  Kalau juru bicara Departemen Luar Negeri, Desra Percaya, dengan penuh
> percaya diri mengatakan "Saddam masih lebih beruntung jika dibandingkan
> dengan korban-korban rezimnya yang dihukum tanpa proses pengadilan" , maka
> ini menandakan bahwa Desra Percaya mewakili Departemen Luar Negeri untuk
> secara tidak langsung mengatakan bahwa AS bersih dari semua dosa membunuh
> manusia.
>
> Coba saja dihitung jumlah dan bobot "dosa"nya. AS lah jauh lebih tinggi
> dari pada Saddam Hussein. Berapa juta korban manusia, terutama penduduk
> sipil dalam invasi AS ke Vietnam, kemudian dalam tragedi GESTOK 1965 di
> Indonesia, invasi AS terhadap Irak yang disebut dengan Perang Teluk 1991,
> invasi AS terhadap Irak belakangan ini. Belum lagi bicara, skandal Abu
> Ghraib dan Guantanamo.
>
>  Apakah Departemen Luar Negeri membutakan matanya terhadap fakta yang
> sangat nyata ini? Apakah ini memang sikap Pemerintah RI?
>
>  Sekiranya itu memang merupakan sikap Pemerintah RI, maka sikap tersebut
> merupakan pengakuan secara resmi bahwa Pemerintah RI adalah "anthek" AS atau
> "anthek" neo-imperialis saat ini. Dan sudah meninggalkan politik bebas dan
> aktif. Lebih jauh lagi mengingkari amanat Pembukaan UUD 1945.
>
>  Itukah maksudnya?
>
>  Kalau memang demikian halnya, maka pernyataan Desra Percaya yang
> disampaikan dengan penuh percaya diri tersebut patut dicatat dalam lembaran
> sejarah RI.
>
> Analog dengan tindakan pembunuhan masal yang dituduhkan kepada Saddam
> Hussein, timbul pertanyaan bagaimana dengan sikap dan tindakan kita terhadap
> pembunuhan sejumlah 3 juta warga negara Indonesia dalam tragedi GESTOK?
>
>  Bukan maksud saya untuk membela Saddam Hussein atas semua kesalahannya,
> namun prinsip yang kita pegang haruslah tidak bersifat pilih kasih.
>
> Bukankah sila kedua dalam Pancasila adalah "kemanusiaan yang adil dan
> beradab". Ataukah memang diam-diam sudah diganti dengan "kemanusiaan yang
> tidak adil dan biadab?".
>
>
>
>  HES
> 6 November 2006
>
>
>
> *RI Pahami Vonis Saddam*
>
> *Senin, ** 06 November 2006** - **04:27** WIB*
>
>
> * JAKARTA** - Pemerintah **Indonesia** dapat memahami vonis mati terhadap
> mantan Presiden Irak Saddam Hussein yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi Irak,
> Minggu (5/11). Meski proses pengadilan Saddam tidak digelar dalam situasi
> yang ideal, bagaimanapun Saddam telah diberikan kesempatan untuk membela
> diri. *
>
>  Demikian dikatakan juru bicara Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,
> Desra Percaya, Minggu di Jakarta. Desra menilai, Saddam masih lebih
> beruntung jika dibandingkan dengan korban-korban rezimnya yang dihukum tanpa
> proses pengadilan.
>
> Dia menambahkan, dirinya sulit membayangkan bagaimana proses pengadilan
> atas Saddam dapat membantu proses rekonsiliasi di Irak .
> * *
>  *Sikap AS *
>
> Pemerintah Amerika Serikat yang merupakan musuh besar Saddam menyambut
> baik hukuman mati terhadap mantan orang nomor satu Irak itu. "Ini hari
> yang baik bagi rakyat Irak," kata juru bicara Gedung Putih, Tony Snow.
>
> Sekutu AS dalam perang Irak, Inggris, juga merasa senang dengan hukuman
> mati terhadap Saddam dan para pembantunya meski Inggris selama ini menolak
> keras bentuk hukuman mati di mana pun. Menteri Dalam Negeri John Reid
> mengatakan, Inggris memang memiliki pandangan sendiri mengenai hukuman mati.
> Namun, Inggris tidak mempermasalahkan hukuman mati terhadap Saddam.
>
>  Iran, yang pernah terlibat perang dengan Irak pimpinan Saddam dari tahun
> 1980-1988, juga menyambut baik hukuman mati terhadap Saddam. Juru bicara
> Kementerian Luar Negeri Iran, Mohammad Ali Hosseini, mengatakan, Saddam
> masih menjadi figur yang dibenci di Iran. Karena itu, hukuman mati
> terhadapnya dapat diterima Iran. Dia mengingatkan bahwa dengan hukuman mati
> ini bukan berarti investigasi atas kejahatan Saddam lainnya, khususnya pada
> masa perang Iran-Irak, dilupakan begitu saja.
> * *
>  *Tolak hukuman mati *
>
>  Sejumlah negara menyatakan menolak hukuman mati terhadap Saddam. PM
> Perancis Philippe Douste-Blazy mengatakan, secara prinsip Perancis menolak
> hukuman mati di mana pun . Perancis tetap konsisten dengan sikapnya yang
> menginginkan penghapusan hukuman mati secara universal. Perancis juga
> khawatir vonis mati itu akan memperburuk konflik sektarian di Irak .
>
> Sikap senada ditunjukkan PM Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero. Pemimpin
> sosialis yang menarik pasukan Spanyol dari Irak begitu dirinya memenangi
> pemilu tahun 2004, mengatakan, "Seperti pemimpin politik yang lain, Saddam
> Hussein harus bertanggung jawab atas aksi-aksinya. Namun, hukuman mati bukan
> prosedur yang diinginkan setiap negara UE dan ini tidak bisa diterima di
> negara kami," katanya.
>
>  Dari Moskwa, Presiden Komisi Parlemen untuk Hubungan Luar Negeri
> Konstantin Kosachev mengingatkan bahwa penjatuhan hukuman mati terhadap
> Saddam hanya akan memecah belah Irak. "Jika eksekusi dilaksanakan, ini
> akan menjadi bencana bagi Irak yang berada di ambang perpecahan...Kelompok
> Sunni tidak akan menerima hukuman ini," tegasnya.
>
>  Dari Palestina, kelompok Hamas mengecam hukuman mati terhadap Saddam.
> Juru bicara Hamas Fawzi Barhum mengatakan, pengadilan itu tidak adil
> karena pihak yang mengadili Saddam adalah pihak yang terlibat dalam skandal
> di Penjara Abu Ghraib dan melakukan kejahatan di Palestina
>
> * (AP/AFP/REUTERS/BSW)*
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke