Quote: ".. Padahal, apabila biaya produksi minyak bisa diturunkan 1 dollar AS per barrel, sektor migas bisa menghemat 2,5 miliar dollar AS per tahun. Diakui Didi, pihaknya hanya bisa menyampaikan temuan ke BP Migas. Meskipun begitu, ia menjanjikan akan merekomendasikan proses ke pengadilan jika terbukti ada penggelembungan. .."
Klo taruhan gak haram, ada yang mau taruhan, laporan itu bakal mandek aja atau berhasil menghemat keuangan negara? Kalau dari pengalaman, kaya' gimana ya? :-P Wassalam, Irwan.K http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0701/24/ekonomi/3264834.htm *Bisnis & Keuangan * * Rabu, 24 Januari 2007 * Cost Recovery Digelembungkan jakarta, kompas - Praktek penggelembungan biaya pemulihan (cost recovery) menjadi salah satu penyebab tingginya biaya produksi minyak di Indonesia. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) cenderung menggelembungkan cost recovery untuk memperbesar nilai bagi hasil migas yang mereka terima. Hal tersebut merupakan kesimpulan dari hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas cost recovery KKKS kurun waktu 2002-2005. Hasil audit tersebut disampaikan Kepala BPKP Didi Widayadi, Selasa (23/1), di Jakarta. Dalam kurun waktu itu, BPKP melakukan audit atas 152 KKKS, terdiri atas 47 KKKS yang sudah produksi, 89 KKKS belum produksi, 8 KKKS dalam proses dikembalikan ke pemerintah, dan 8 KKKS baru. Sejumlah temuan audit yang nilainya menonjol antara lain pajak perseroan dan pajak atas bunga, dividen, dan royalti Rp 6,242 triliun, kredit Investasi Rp 2,476 triliun, kelebihan pembayaran biaya home office Rp 1,626 triliun, pembebanan tunjangan pajak Rp 860 miliar, pembebanan gaji ekspatriat tanpa izin kerja Rp 495 miliar, pembebanan biaya tanpa approval BP Migas Rp 470 miliar, biaya depresiasi aset Rp 462 miliar, pengadaan barang dan jasa tidak sesuai ketentuan Rp 409 miliar, biaya yang tidak berkaitan dengan KKKS Rp 204 miliar, pembebanan biaya legal dan konsultan Rp 163 miliar. Didi mencontohkan pada satu KKKS ada temuan biaya yang erulang-ulang. "Apakah ini merugikan negara? Tentunya ya, tapi sebgaimana tadi disebutkan cost recovery ini dasarnya kontrak. Tentunya ini harus tegas, tidak boleh atau bagaimana aturannya," ujarnya. Contoh praktek penggelembungan biaya home office terjadi karena KKKS mengajukan nilai yang melebih tarif maksimum yang diperbolehkan, KKKS membebankan biaya di negara lain ke Indonesia, maupun KKKS membebankan kerugian penjualan rumah atau mobil ekspatriat karena dipekerjakan di Indonesia. Celah penggelembungan tidak lepas dari implementasi kewenangan BP Migas dan Ditjen Migas yang belum optimal. PerencaBPKP Temuan audit tahun buku 2002-2005 atas 43 KKKS yang sudah berporduksi, seluruhnya berjumlah Rp 18,07 triliun. Namun, sampai 31 Desember 2006, temuan yang telah dilaporkan ke Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas dan KKKS untuk ditindaklanjuti baru sekitar Rp 8,695 triliun atau 48 persen. Sisa temuan yang belum ditindaklanjuti Rp 9,4 triliun atau 51 persen. Bukan kali ini saja, ditemukan praktek penggelembungan cost recovery. Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan pernah mengungkapkan potensi kerugian negara sebesar Rp 13 triliun untuk periode 2003-2204. Didi mengatakan praktek penggelembungan cost recovery tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya biaya produksi minyak di Indonesia. "Biaya produksi minyak Indonesia per barrel mencapai 9 dollar AS per barrel. Bandingkan dengan di M alaysia yang hanya sekitar 3,7 dollar AS per barrel, atau di North Sea yang paling sulit pun juga hanya sekitar 3 dollar AS per barrel," papar Didi. Padahal, apabila biaya produksi minyak bisa diturunkan 1 dollar AS per barrel, sektor migas bisa menghemat 2,5 miliar dollar AS per tahun. Diakui Didi, pihaknya hanya bisa menyampaikan temuan ke BP Migas. Meskipun begitu, ia menjanjikan akan merekomendasikan proses ke pengadilan jika terbukti ada penggelembungan. Sementara Kepala BP Migas Kardaya Warnika menilai perbandingan cost recovery yang dilakukan BPKP tidak sebanding. "Kalau mau membandingkan, harus apple to apple, produksi dengan produksi," kata Kardaya. Menurutnya, biaya produksi minyak di Indonesia justru lebih murah. Biaya produksi di lapangan Chevron Pacific Indonesia hanya sekitar 1 dollar AS per barrel. (DOT) On 1/24/07, IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Quote: > ".. > Kalau benar temuan BPKP ini.....Capai ya..lelah ya... . .... kita hanya > jadi bulan bulanan mereka.. jadi kambing hitam. para boss minyak dan > pejabat negara....seolah negara ini miskin karena memberi subsidi kepada > kita....padahal..... > .." > > Bapak/Ibu Pakar Ekonomi, dan para pendukung pencabutan subsidi BBM? > Bener gak tuh kabar di bawah? :-P > Kalau benar, berarti polanya mirip dengan penyelewengan dana BLBI.. > yang menikmati hanya sedikit orang, yang harus nanggung semua orang.. :-( > > Sampai mengarahkan pada, subsidi (untuk orang banyak) tidak mendidik, > harus dicabut, bla bla bla.. Giliran penyelewengan dana BLBI, banyak yang > pada diam saja.. Pengemplangnya malah BEBAS MASUK dan KELUAR > ISTANA NEGARA.. :-( > > CMIIW.. > > Wassalam, > > Irwan.K > > ---------- Forwarded message ---------- > From: Haniwar Syarif > Date: Jan 24, 2007 7:29 AM > Subject: subsidi BBM , kenapa ??? > > Di Kompas hari ini 24 Januari hal 17, ada berita temuan BPKPK berjudul > Cost recvery di gelembungkan. Pada berita ini dijelaskan bahwa biaya > produksi minyak Indonesia mencapai 9 dollar per barrel, karena di > gelembungkan. Padahal Malaysia hanya USD 3,7 per barrel, Amerika di North > Sea hanya uSD 4 per barrel > > Disebut bhw kalau kita bisa turun USD 1 saja, maka sektor migas menghemat > 2.5 milyar dollar, atau 22.5 triliun. > > Bagaimana kalau mengemat 6 dollar ( selisih 9 dan 2 dollar), ya tentunya . > > 135 triliuan.rupiah.. > > Nah sekarang kita tahu kebohongan selama ini seolah olah kitalah , rakyat > Indonesia yang di bersi subsidi karena beli BBM kemurahan ...:( > > Kalau benar temuan BPKP ini.....Capai ya..lelah ya... . .... kita hanya > jadi bulan bulanan mereka.. jadi kambing hitam. para boss minyak dan > pejabat negara....seolah negara ini miskin karena memberi subsidi kepada > kita....padahal..... > > Salam > > Haniwar > > .... > Haniwar > http://haniwar.blogspot.com/ > [Non-text portions of this message have been removed]