Salam kenal, ikut nimbrung ya... Menarik sekali perdebatannya, Uang seharusnya tidak boleh menjadi komoditas --sampai sekarang saya tidak setuju dengan Finance Capitalism, dan tidak terbantahkan oleh sejarah bahwa finance capitalism telah menyebabkan berbagai persoalan ekonomi pada banyak negara, dimana selalu penanggung derita pajaknya adalah para pekerja buruh dan petani/nelayan/usahawan kecil dipaksa menerima kondisi naiknya harga barang, sedangkan pihak yang menikmati keuntungan dari bisnis keuangan --yang jumlahnya jauh lebih sedikit-- bisa bebas tanpa atau hanya dipenjara beberapa tahun dengan fasilitas penjara yang jauh lebih nyaman bila dibandingkan dengan tuna wisma-- hukum keadilan yang diskriminatif bila kita lihat banyaknya "penjahat kelas kampung" yang dibakar dipukuli hingga mati/cacat, mereka menjadi jahat mungkin disebabkan oleh ongkos hidup yang sudah semakin menjerat).
Emas sebagai alat tukar bukanlah cara yang hanya dipakai oleh bangsa Timur Tengah, karena sejak dahulu pun hampir sebagian besar bangsa di dunia menggunakan emas sebagai alat tukar. Emas, sejatinya memang dapat menjadi komoditas sekaligus sebagai alat tukar. Setiap benda ekonomi dapat fluktuatif harganya sesuai dengan suply and demand, maka begitu pula pada emas sebagai komoditas. Namun di Indonesia lebih parah, sudah sistem keuangannya tidak ada perbaikan, malah menunjukkan bentuk mental keterjajahannya, coba kita lihat dan bandingkan, bagaimana orang2 Indonesia ketika memegang (dalam arti harfiah) Rupiah dan ketika memegang USD. Di Indonesia, USD bukan hanya menjadi komoditas (ini mungkin sudah menjadi biasa seperti juga berlaku pada mata2 uang lain, termasuk Rupiah), tapi sungguh kelewatan pada USD yang mendapat "perlakuan istimewa", dia menjadi barang yang sangat dihormati bagaikan kitab suci, tidak boleh ada bekas lekukan ataupun noda sedikitpun, apalagi jika sobek, jika tidak mau dipangkas nilai tukarnya oleh bank/money changer disini (makanya jika saya mendapatkan USD yang "ter-aniaya" seperti lembaran Rupiah, selalu dipergunakan di luar negeri). Karena praktek menggunakan emas untuk alat tukar perdagangan adalah baik, selain karena lebih masuk akal, praktiknya juga dapat sebagai bentuk perlawanan atas penindasan USD ataupun mata uang asing lainnya terhadap ekonomi kita. Salam hangat, ----- Original Message ----- From: Bango Samparan To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 05, 2009 9:40 PM Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: Pesona Memudar, Harga Emas Melorot - Kontan - 4-Mar-09 :-) :-) Nah mas Nizami, kalau njenengan konsisten dengan paradigma ekonomi yang berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah, bukankah pernyataan mas Arif itu banyak masalahnya? Tapi kalau saya, ya sudahlah, wong tampaknya beliau belum bisa membedakan arti emas sebagai komoditas dan emas sebagai uang:-) :-) :-) saya ini bukan orang yang anti sama standar moneter emas dan atau perak kok mas, hanya cara saya mempelajari mungkin agak beda dengan panjenengan berdua. :-) :-) saya juga tak ngiler mengubah tabungan saya yang sedikit menjadi emas, tanah, atau yang sejenisnya. :-) :-) saya lebih ngiler tabungan saya bisa diinvestasikan pada sektor produksi riil dengan gaya mudhorabah atau musyarakah murni, apalagi kalau padat tenaga kerja. :-) :-) Tapi jual beli dinar juga bisa kok ya dianggap sebagai investasi produktif sektor riil? BTW, CMIIW, menimbun (menabung?) tuh tak disukai (dilaknat?) kok ya dalam Islam. Semangatnya adalah: "supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu."(QS. 59:7). Yah, tapi saya ini bukan ahlinya Al Qur'an dan Sunnah-lah, kalau salah ya mohon di-maaf-maaf-in. Salam hangat B. Samparan --- On Thu, 3/5/09, Arif Muljadi <mari...@yahoo.com> wrote: > From: Arif Muljadi <mari...@yahoo.com> > Subject: [ekonomi-nasional] Re: Pesona Memudar, Harga Emas Melorot - Kontan - 4-Mar-09 > To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com > Date: Thursday, March 5, 2009, 8:45 PM > Saya sudah membaca2 website wakalanusantara. Sangat menarik. > Semoga orang2 semakin sadar akan "penting"nya > memegang uang emas, yakni untuk menghindari "lenyapnya > kekayaan", menjaga kekayaan dari dimakan tuyul inflasi. > Memegang uang emas ini termasuk mengkonversi sebanyak > mungkin uang kertas yang dimiliki ke uang emas, dan berjual > beli dengan uang emas, uang perak, uang platinum, dsb. > Bagusnya, perdagangan dinar atau dirham ini juga dibebaskan > dari pajak. [Non-text portions of this message have been removed]