~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Layanan Informasi Aktual [EMAIL PROTECTED] ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Sabtu, 24 Juli 2004
"Respon atas Kabar Sukacita" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Sekitar 3000 orang menerima perkataan Rasul Petrus ketika ia berkhotbah di Yerusalem. Suatu jumlah yang luar biasa. Mereka pun memberi diri untuk dibabtis. Istilah menerima dalam peristiwa itu tentu bukanlah menerima dengan cara biasa. Mereka menerima perkataan Petrus bukan dengan cara formal atau resmi. Mereka menerimanya juga bukan dengan sikap yang tegar atau sikap yang normal. Mereka menerima perkataan Rasul Petrus dengan sangat terharu. Dalam Kisah 2 : 37 diungkapkan: "ketika mendengar hal itu (kotbah Petrus) hati mereka sangat terharu." Yang menjadi pertanyaan mendasar ialah: Mengapa perkataan/ kotbah Rasul Petrus begitu luar biasa mendapat respon dari orang-orang yang mendengarnya? Apa rupanya yang dikatakan oleh Rasul Petrus sehingga perkataannya itu membuat 3000-an orang terharu dan bertobat? Tentang apakah yang disampaikan Rasul Petrus sehingga 3000-an orang percaya dan memberi diri untuk dibabtis? Yang jelas, Petrus tidak berkata-kata tentang dirinya. Petrus tidak berkata-kata tentang hal-hal duniawi. Akan tetapi, Rasul Petrus berkata-kata tentang hal mendasar yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang sejarah. (baca ayat 1-37). Hal mendasar tersebut ialah tentang Nubuat yang disampaikan melalui Nabi Yoel, bahwa Allah akan mencurahkan RohNya ke atas semua umat manusia. Bahwa Allah akan mengadakan mujizat - mujizat dan tanda - tanda di langit dan di bumi. Bahwa Allah berjanji, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Selanjutnya Rasul Petrus berkata-kata tentang realisasi nubuatan tersebut. Itulah kabar sukacita tentang maksud kedatangan YESUS ke dunia. Yesuslah yang menjadi pusat khotbah Rasul Petrus saat itu. Rasul Petrus memberitakan tentang YESUS yang ditentukan oleh Allah untuk maksud dan rencanaNya yaitu untuk mengganti upah dosa kita. Rencana Allah untuk menyalamatkan jiwa manusia. Rasul Petrus (dengan kuasa Roh Kudus) berkata kepada mereka di ayat 36: "DIA telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa - bangsa durhaka." Setelah mereka mendengar perkataan yang "menusuk" itu mereka pun menjadi sangat terharu. Mengapa? Sebab mereka tiba-tiba disadarkan Rasul Petrus bahwa mereka telah membunuh seseorang yang sangat mengasihi dan berjasa bagi nyawa mereka. Dialah Yesus sang Juru Selamat. Kalau kita pun (manusia jaman sekarang) tiba-tiba disadarkan bahwa kita-lah yang menyalibkan Yesus, bagaimana respon hati kita? Kita tidak bisa mengelak. Kita-lah yang menyalibkan Yesus (secara tidak langsung). Sebab keberdosaan kita-lah yang menyebabkan DIA dibunuh secara hina, keji dan penuh dengan derita. * Karena dosa, maka dunia tidak mengenal Allah dan bahkan dunia membenci Dia yang datang ke dunia. * Karena dosa, maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya, dan tidak tahu apa tujuan YESUS datang ke dunia..? * Karena dosa, maka akal dan logika manusia tidak lagi sesuai dengan standard kebenaran Allah. Muncullah pola hidup yang berangkat dari semangat hedonisme, materialisme, relatifisme, evolusionaisme, dekonstruksionisme, aborsi, penggunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan sebagainya. * Karena dosa maka kejahatan manusia merajalela sepanjang sejarah. * Karena dosa maka Yesus harus dikorbankan untuk menggantikan upah dosa orang yang beriman kepadaNya. * Karena dosa maka nyawa manusia terancam binasa, sehingga nyawa Yesus diserahkan untuk menggantikan nyawa kita. * Hukum Taurat berkata: "Gigi ganti gigi, bahkan, nyawa ganti nyawa". Dan Yesus pun menggenapi hukum Taurat itu: Yesus yang tak bercacat mati untuk ganti nyawa kita yang berdosa, sebagaimana digambarkan dalam film "The passion of The Christ." Itulah yang dialami oleh 3000-an jemaat mula-mula ketika Rasul Petrus memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus yang telah disalibkan untuk mengganti upah dosa kita. Dialah Yesus yang bangkit kembali dari kematian bukti Ia menang atas maut. Itulah sebabnya 3000-an orang menerima perkataan Rasul Petrus. Itulah sebabnya mereka memberi diri untuk dibabtis, dan selanjutnya menjadi tekun dalam pengajaran rasul-rasul tekun dalam persekutuan, mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti, berdoa bersama, dan tetap bersatu, bersukacita sambil memuji Allah, dan mereka pun disukai semua orang. Sudahkah kita mengalami seperti apa yang dialami oleh jemaat mula-mula ini? Sudahkah kita benar-benar mengalami sendiri kasih pengorbanan Kristus dalam hati kita pribadi lepas pribadi? Sebagai penutup kita baca Kitab Roma 10:10: "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." Amin. (Augus S/ Eskol/ VII/ 2004)