~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
   Layanan Informasi Aktual
        eskol@mitra.net.id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Spot News : Selasa, 20 Juli 2005

"Penutupan GSJA dan HKBP Perum Gading Tutukan Soreang, Kab Bandung"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bandung, Eskol-Net:
Peristiwa penutupan gereja kembali terjadi di wilayah Jawa Barat. Kali ini
menimpa Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Desa Cingcin Komplek Gading Tutuka
I Blok F-1 No. 12, RT 9/RW 13, Kecamatan Katapang Soreang - Kab. Bandung dan
HKBP Desa Cingcin Komplek Gading Tutuka I Blok R-1 No. 9, RT 9/RW 13,
Kecamatan Katapang Soreang - Kab. Bandung.

GSJA yang berdiri tahun 2000 dan direstui oleh ketua RT setempat selama ini
tidak ada masalah, tetapi setelah terjadi pergantian RT pada tahun awal
tahun 2005 lalu mulai dipermasalahkan oleh Ketua RT yang baru.

Pada hari Senin, 18 April 2005 pihak RT/RW, mengirimkan surat yang isinya
melarang mengadakan ibadah di rumah dan harus sesuai dengan prosedur yang
berlaku dan ijin RT/RW.

Pada hari Senin, 25 April 2005 sekitar pukul 06.30 Wib  bapak Pdt. RE
(Gembala Sidang GSJA, red ) menemui ketua RT setempat. Pada saat itu istri
Bapak RT mengatakan bahwa agamanya adalah agama mayoritas, agamanya yang
benar, nabinya yang benar dan dikatakan bila kami izinkan orang Kristen
disini berarti merusak kaidah Islam dan mengatakan Natal adalah Haram. Pada
waktu itu RT memberi solusi agar pihak gereja minta ijin tandatangan warga 5
orang saja.

Pada hari Senin, 9 Mei 2005,  Datang Bp P.H yang mewakili warga setempat
menyampaikan surat kepada Bp. J.S (Penanggung jawab HKBP, red) dan Pdt. RE
yang isinya supaya menghentikan kegiatan ibadah ditempat tersebut karena
masyarakat terganggu.

Pada hari, Senin 16 Mei 2005 sekitar Pk. 07.30 Wib, Pdt. RE bersama Bk.Y/A
menemui RT/RW. Menurut Ketua RW untuk urusan ijin lingkungan cukup 5 orang
warga saja karena tidak ada peraturan yang baku dalam hal ini.

Pada hari Jum'at, 20 Mei 2005 sekitar Pk 19.30 - 20.00 Wib, Pdt. RE menemui
RT dirumahnya bersama Bp. Y/A dengan membawa lembaran surat ijin dari
lingkungan yang sudah ditandatangani ± 10 orang warga yang berdekatan sekali
dengan rumahnya, namun RT menanggapi dengan mengatakan "Tidak sah orang
Kristen ada disini harus semuanya Muslim". Dan dalam surat ijin lingkungan
tersebut RT menghendaki agar Bp. D dan Bp. H (tokoh masyarakat, red)), turut
menandatangani baru RT mau menyetujui dengan alasan bahwa ini juga atas
permintaan RW.

Pada hari Kamis, 7 Juli 2005, Pdt. RE dipanggil untuk menandatangani surat
penutupan gereja dengan dihadiri Ketua RT,RW, Lurah, Kapolsek dan pembina
umat Islam. Saat itu Pdt. RE tidak mau menandatanganinya.

Pada hari Selasa, 12 Juli 2005 bapak Pdt. RE dan istri menemui Kapolsek
Soreang, Bp EH. Bapak Kapolsek menyampaikan agar ibadah dihentikan dulu
untuk sementara dengan alasan banyak yang telepon kepadanya dengan ancaman
kalau ibadah tidak dihentikan maka massa akan bertindak.

Pada hari Sabtu, 16 Juli 2005 sekitar pukul 21.00 Wib Pimpinan HKBP dan GSJA
dipanggil oleh RT setempat. Alasan pemanggilan adalah untuk menadatangani
surat penutupan Gereja/Penghentian Ibadah. Saat itu dari HKBP diwakili Bp
J.S sementara dari GSJA diwakili oleh Ibu Pdt.RE karena Pdt. RE tidak berada
ditempat. Ketika tiba di rumah RT, ternyata sudah berkumpul sekitar 50 orang
massa yang mengatasnamakan Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP). Dalam
pertemuan ini hadir pula ketua RT, Ketua RW, Lurah, Kapolsek dan beberapa
tokoh masyarakat Islam.

Karena dalam kondisi yang terdesak, maka pihak perwakilan HKBP terpaksa
menandatangani surat penghentian ibadah, sementara Ibu Pdt. RE yang wakili
GSJA bersikukuh tidak mau menandatanganinya. Akibatnya seorang Bapak yang
mengaku bernama MM hendak memukul Ibu RE, tetapi dihalangi oleh masyarakat
yang hadir. Tidak berhasil melakukan pemukulan, Bp. MM kemudian mengancam
dengan mengatakan "Saya akan hancurkan Gereja-gereja".
Menurut sumber Eskol-Net, Bp MM ini adalah ketua AGAP yang juga telah
melakukan penutupan terhadap Gereja Kristen Pasundan (GKP) Cisewu, Kab.
Garut Selatan beberapa waktu yang lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Ibu RE juga sempat mengatakan ke forum
"kami selalu berdoa agar bangsa dan negara aman", tetapi oleh Ibu RT dibalas
dengan tidak simpatik bahwa doanya "tidak akan didengar" menurut agamanya.

Mohon dukung dalam doa agar mereka dapat tetap beribadah [Eskol-Net]


Kirim email ke