rekan miliser
pendapat si andi dan reni renata bisa menangkap apa yang tersirat dari 
statement saya soal bagaimana memberantas korupsi mulai dari diri sendiri dan 
keluarga, mungkin memang statement saya agak berlebihan, namun itu dimaksudkan 
untuk membangun kesadaran kita semua bahwa suami istri adalah partnership untuk 
saling mengingatkan agar para suami dan istri yang memegang jabatan tinggi 
tidak tergelincir kedalam korupsi. 
tidak sedikit istri-istri pejabat jauh berkuasa dari suaminya, dan sangat haus 
akan kekuasaan dan harta benda, dan pejabat dibawahnya lebih takut sama istri 
sang boss daripada sang boss nya sendiri.(khususnya lingkungan birokrasi PNS). 
Ini berdasarkan pengalaman saya langsung berinteraksi di lingkungan birokrasi 
pemerintahan daerah.
saya sependapat dengan si-andi bahwa suami-istri berpengaruh besar dalam 
mendorong atau menarikkita dari kejahatan korupsi.
maka sikap kritis  atas pasangan masing2 dalam hal income keluarga adalah 
barometer sehatnya pengelolaan income keluarga yang halal dan sakinah.

salam
iwan





reni renata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                  Ya 
betul, jaman sekarang bukan jamanya suwargo nunut neraka katut ( suarga ikut 
dan ke neraka pun ikut). Perempuan seyogyanya menjadi pendamping suami agar 
suami kelak masuk surga bersama-sama. Perempuan bukannya pasive dan hanya 
menerima apa yang diberikan oleh suami walau itu hasil korupsi. Selamatkan 
suami agar istri dan keluarga selamat dunia akherat. Dan tentu saja surga yang 
didambakan. Bukan kemewahan duniawi. Dan yang penting perempuan tidak lagi 
dicap sebagai penyebab suami melakukan korupsi . 
 Salam
 Bu Reni 
  ----- Original Message ----
 From: si_andi <[EMAIL PROTECTED]>
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, April 11, 2007 11:37:33 PM
 Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: perempuan calon penghuni neraka
 
 Pengamatan saya, tidak semua orang paham mana yang korupsi mana yang 
 tidak. 
 
 Mungkin kalau suaminya terima sogokan (untuk membelokkan aturan, 
 umpamanya) terus didukung isterinya, ya kebangetan kalau lantas 
 isterinya yang disalahkan. Wong sudah jelas begitu masih nanya. 
 
 Tapi kan ada juga korupsi yang abu-abu. Apakah menerima uang terima 
 kasih yang tidak pernah dijanjikan sebelumnya, diberikan setelah 
 transaksi selesai, dan transaksinya sendiri berjalan sesuai aturan 
 termasuk korupsi? Mungkin buat sebagian besar kita hal ini jelas 
 sekali, sejelas hitam dan putih. Tapi percaya saya, ketika saya beri 
 contoh soal tersebut ke beberapa orang yang saya kenal kuat moralnya, 
 mereka jatuh ragu menilai apakah itu korupsi atau tidak.
 
 Seorang suami dalam keragu-raguan begitu kemungkinan besar akan minta 
 pertimbangan isterinya; dan kalau isterinya cenderung ke "the dark 
 side", maka sama-sama masuk juranglah mereka, dan BEGITU JUGA 
 SEBALIKNYA (kalau peranannya dibalik).
 
 Jadi sebelum saya dituduh mendukung perempuan sebagai calon penghuni 
 neraka, pendapat saya adalah: dalam hal korupsi saya percaya pasangan 
 kita (ya suami, ya isteri) memegang peranan besar dalam mendorong 
 atau menarik kita dari kejahatan.
 
 Andi
 
 
 

Kirim email ke