contoh cina yg saya maksud  yaitu dalam konteks bagaimana membangun
itu memakai kapital, duit, doku bukan pakai semangat sosialis,
marhaen, anti liberalisme.
pabrik, infraktruktur , subway, parat, gedung itu dibangun pakai
kapital oleh kapitalis , tidak ada dalam sejarah bahwa pembangunan
itu dipakai dengan semangat ideologi saja.
indonesia itu sudah pernah dalam sejarah membangun hanya pakai
semangat anti imperialisme, kolonialisme oleh sukarno.  rakyatnya
disuruh makan bulgur.
suharto itu menbangun juga pakai peraturan, pakai pembatasan2.
faktanya contoh kemacetan itu tidak pernah diselesaikan dengan
menerbitikan peraturan atau pembatasan2.
demkian pula kebutuhan konsumen, pemberdayaan pasar tradisonal sudah
jelas tidak bisa dengan peraturan dan pembatasan2.

>eh malah di bilang mendramatisir... padahal tidak satupun dari
beriyta itu
sy buat sendiri

saya kira bukan hanya mendramatisir tetapi sudah membodohi atau
membohongi publik.
anda bilang hipermarket mematikan pasar tradisonal.
ketika diminta datanya , anda tidak memberikan data spesifik seperti
yg diminta umpama di jakarta barat ada C4 yaitu kebon jeruk,
kembangan sebutkan pasar tradisional mana yg tutup akibat c4 dalam
radius kecamatan kebon jeruk .  sehingga bisa dipertanggung jawabkan
bahwa tutupnya pasar tradisonal tsb karena hipermarket.
hipermarket ada di jakarta anda bawa data pasar tradisonal yang
tutup di purwodadi, itu kan sudah membohongi publik bukan
mendramatisir lagi.

sohib




--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Haniwar Syarif
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
kamu lucu... kan anda yg nunjuk hebatnya cina sbg anterk kapitalis..
jd sy tunjukkan bgmn cina justru jd contoh sy membuat aturan persis
spt yg
kami perjuangkan,yaitu perlindungan pemasok berupa pembatasan membuat
syarat perdaganagn ,
..........
eh kok malah ngeles lg..bilang sy nyuruh niru Cina, kan contoh Cina
datang
dr anda..

Kirim email ke