Dari 3 bagian sms di bawah ini saya berkesimpulan, RS sebelumnya tidak tahu
di mana mas didit bekerja. Jadi memasang pancing dengan menyebut mas didit
berkantor di Gajah Mada. Perhatikan kata *Gotcha!.. pada sms balasan RS
setelah mas didit menyebutkan kantor sebenarnya.

Dengan fakta bahwa RS saat ini menjadi DEWAN PAKAR UU ITE, maka saya melihat
RS akan memanfaatkan posisinya dan UU baru ini untuk membungkam semua suara
yang menyudutkan dirinya di banyak blog dan milis.
Dan bukan tidak mungkin juga akan dimanfaatkan oleh para politisi untuk
kepentingan mereka.

Inilah yang terjadi kalau seseorang yang tidak mengerti apa-apa diberi
kekuasaan untuk menentukan kebijakan.

Jadi, apa yang harus dilakukan oleh para praktisi IT untuk bisa membuka mata
orang banyak termasuk para pejabat dan presiden, agar sang pakar gadungan
ini tidak lagi dianggap pakar ?
Ini bukan persoalan membunuh karakter atau mau menjatuhkan karena merasa iri
loh. Tapi menurut saya dengan membiarkan seseorang yang tidak mengerti
apa-apa untuk ikut menentukan kebijakan itu akan sama berbahayanya dengan
membiarkan sopir metromini jadi pilot pesawat.



Regards
Paulus T.

2008/4/7 didit.s banuardi.n <[EMAIL PROTECTED]>:

>
>
> *Ya, karena anda di bagian Bisnis dan  berkantor di Gajah Mada, tidak
> sempat
> mengikuti Pelatihan Etika Jurnalistik seperti rekan2 di Palmerah.
> Selamat tidur :-)*
>
> From    :*me*
> To        :+628112828xx
> Date    :05/04/2008
> Time    :00:28:18
> *anda asbun 2x..., saya berkantor di palmerah!  Dan memang saya tidak
> mendapat pelatihan etika jurnalistik karena saya bukan wartawan. saya jadi
> terbangun gara2 sms nggak penting ini...*
>
> From    :+628112828xx
> To        :*me*
> Date    :05/04/2008
> Time    :00:53:05
>
> *Gotcha ...!
> Ha-3x, memang mungkin SMS ini tidak penting bagi saudara pribadi, tetapi
> cukup penting untuk Kompas perlu mengetahui ulah salah seorang
> Karyawannya.*
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke