Saya setuju dengan pendapat bung rudi, tapi kita harus hati hati supaya tidak 
terpuruk seperti negara Zimbabwe yang coba mengambil alih secara total, 
alhasilnya kebangkrutan bangsa dan negara baik di dalam politik dan ekonomi.
   
  Yang terpenting sekarang, marilah kita menciptakan lapangan kerja bukan 
dengan system yang membohongi rakyat dengan istilah padat karya tapi dengan 
transfer technology dan skill yang benar, supaya kita tidak diperbudak baik 
dengan istilah executive atau expert. Saya yakin kita mampu menciptakan 
lapangan kerja karena bangsa NKRI bukan bangsa yang bodoh ataupun pinpinbo 
(pintar pintar bodoh). 

Rudi Hartono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Tidak ada yang benar-benar berubah sejak kemerdekaan formal (17 
agustus 1945) hingga sekarang ini. sepertinya yang berganti hanya orang-orang 
yang memerintah kita. sekarang kita diperintah oleh pejabat dari kalangan 
bangsa kita sendiri, akan tetapi perlakuan mereka terhadap rakyat tetap sama, 
yakni menindas. kemerdekaan 17 agustus hanyalah kemerdekaan formal. pengakuan 
kedaulatan kita oleh penjajah hanya dalam kesepakatan-kesepakatan formal, yang 
pada prakteknya justru sangat berbeda. setelah merdeka, sektor-sektor ekonomi 
yang penting masih dipegang oleh Belanda. kekuasaan asing terhadap sektor 
ekonomi kita yang vital, baru sedikit terguncang pada saat ada gelombang 
anti-imperialis yang sangat kuat paska KMB. tahun 1957, Serikat buruh yang 
bahu-membahu dengan politisi sayap kiri melancarkan aksi pengambil-alihan 
perusahaan asing (nasionalisasi). pada saat yang bersamaan, Bung Karno juga 
menggagas beberapa program untuk kemandirian ekonomi kita, diantaranya;
 program
banteng, nasionalisasi, dan rencana urgensi ekonomi 1957. tetapi semuanya 
gagal. kegagalannya selain terletak pada borjuasi dalam negeri yang lemah, juga 
karena ganggung politik dan keamanan dalam bentuk sabotase yang dilancarkan 
kelompok kanan (PRRI Permesta).

Orde baru berkuasa dan seluruh harapan untuk kemerdekaan penuh pun sirna. 
harapan untuk menjadi bangsa yang besar, berdaulat, dan sejahtera dibuang ke 
tong sampah, digantikan dengan politik "menjadi bangsa kuli" dan tunduk pada 
dikte dan kepentingan asing. orde baru berkuasa dengan mengundang kembali modal 
asing. Freeport mendapat ladang emas dan tembaga di Papua, dan banyak lagi. 

.....Hingga sampai sekarang ini, kita tidak pernaah benar-benar mengontrol 
kekayaan alam negeri kita. semua sektor ekonomi yang vital dikuasai oleh asing. 
pada saat rakyat diberbagai pelosok antre untuk mendapatkan minyak tanah, 
korporasi asing dengan seenaknya menampung minyak-minyak itu ditangkinya sambil 
menunggu harga minyak terus meroket dan keuntungan mereka berlipat-lipat. 
85%-90% pengelolaan migas kita dikuasai dan dijalankan oleh asing. akibatnya 
industri dalam negeri terbawa dalam situasi sulit (terancam bangkrut) akibat 
kuranganya pasaokan energi.

ayo, kita gelorakan kembali perjuangan pembebasan nasional. saatnya kita 
menyatakan "cukup sudah jadi bangsa kuli, Bangkit jadi bangsa mandiri".

Kirim email ke