FYI.... Saya kok ndak yakin yah dengan berita ini.
Ada berita yg cukup menarik menurut saya...lebih tepatnya membingungkan. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Quote : ANGKA kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka sekitar 6 juta bayi yang mati. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko, Sp A (K), M.Si disebabkan oleh Invassive Pneumococcus Disease (IPD). sumber : http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.04.29.21113776&channel=1&mn=20&idx=97 (Berita ada di bawah) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Quote : Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 2 juta anak meninggal akibat pneumonia. Bukan hanya itu, pneumonia merupakan penyebab satu dari lima kematian pada anak balita. Bagaimana data penyakit ini di Indonesia? Data WHO 2006 memperlihatkan ternyata Indonesia menempati peringkat keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak pada anak. Wah! sumber : http://www.korantempo.com/korantempo/2008/05/05/Gaya_Hidup/krn,20080505,56.id.html ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ini wartawannya yang salah kutip atau memang sayanya yang bolot. Atau mungkin ada yg punya data epidemiologisnya..???? Saya sebagai konsumen kesehatan hanya khawatir..publikasi media yang gencar sekali dari tahun kemarin tidak melihat masalah ini secara komprehensif, sehingga konsumen kesehatan seperti saya lebih banyak dirugikan. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Lucunya lagi di artikel yg lain atau sebelumnya begini : Quote : Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Soedjatmiko SpA (K), dalam media edukasi, Selasa (29/4), di Jakarta menyatakan upaya untuk menekan laju morbiditas dan mortalitas bayi dan balita perlu keterlibatan lebih besar dari komponen masyarakat, terutama orang tua, tenaga kesehatan, media massa serta pemuka masyarakat. Sejauh ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan Indonesia menempati urutan keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak pada anak. Setengah dari kasus pneumonia disebabkan oleh kasus pneumokokus, sehingga diperlukan intervensi aktif untuk pencegahan dengan vaksinasi selain nutrisi yang cukup, pemberian ASI eksklusif dan zinc. Sumber : http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.04.29.18042184&channel=1&mn=20&idx=24 ( Berita ada di bawah ) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kalau iya 6jt kematian bayi itu disebabkan oleh IPD ( merujuk pada artikel : Pneumokokus, Penyebab Utama Kematian Bayi dan Balita) jadi angka sebenarnya adalah 12juta.....artinya kita di bawah China alias nomer loro. Mana yang benar.....???? Tolonglah Kompas......mbok kalau nulis yang bener...ini sudah yang kesekian kalinya...........jangan sampai nama besar Kompas runtuh perlahan-lahan karena hal-hal seperti ini. Kalau memang saya yg bodoh ini salah....saya minta maaf. fyi..... Bahwasannya pemilihan 7 serotype (PCV-7) ini hanya didasarkan pada pemberian di Malaysia, Singapura, Philiphina dan Australia yang dianggap berdekatan dan memiliki ciri geografis yang sama dgn Indonesia. Seandainya lebih spesifik dan lebih sedikit jumlahnya, mungkin bisa diproduksi dengan harga lebih murah. salam sehat, ghz ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Pneumokokus, Penyebab Utama Kematian Bayi dan Balita Selasa, 29 April 2008 | 21:11 WIB ANGKA kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka sekitar 6 juta bayi yang mati. Urutan pertama India dengan angka kematian 44 juta, kedua China dengan angka kematian 18 juta, ketiga Nigeria dengan angka kematian 7 juta, dan kelima Bangladesh dengan angka kematian 6 juta bayi. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko, Sp A (K), M.Si disebabkan oleh Invassive Pneumococcus Disease (IPD). Ini adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini memiliki 90 tipe kuman. Yang paling sering menyebabkan IPD adalah ke-7 serotipe yang normalnya berada di daerah hidung dan tenggorokan dan cepat menyebar melalui darah dan paling banyak menyerang bayi dan balita dibawah usia 2 tahun. Spesialis anak, Konsultan Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial ini di Jakarta, Selasa (29/4) mengatakan, meski bakteri ini ada di rongga hidung dan tenggorokan semua orang, tetapi tidak menyebabkan penyakit. Kelompok yang paling rentan dengan penyakit ini adalah bayi usia di bawah 2 tahun. Ini akibat dari belum sempurnanya daya tahan tubuh bayi seperti pada anak-anak diatas 5 tahun atau orang dewasa. Polusi seperti lingkungan asap rokok, lahir prematur, tidak mendapatkan ASI, hunian yang padat, dan pergantian cuaca merupakan faktor-faktor risiko yang patut diwaspadai para orangtua, kata Soedjatmiko. Biasanya bayi-bayi yang sudah terserang IPD bakal rewel. Ini terjadi akibat demam, sesak napas, nyeri yang terjadi saat bernapas, mual dan muntah. Penyakit ini cukup membahayakan karena mematikan. Mudah menular melalui percikan ludah sat bersin, batuk, atau bicara. Karena itu, sebagai pencegahan, sebaiknya sejak dini, saat bayi berusia dua bulan perlu diberi vaksinasi. Vaksinasi merupakan upaya preventif terbaik mengingat besarnya angka morbiditas akibat infeksi pneumokokus, terutama golongan IPD. Saat ini vaksin pneumokokus konjugasi yang terdiri dari 7 serotipe (PCV-7) telah menjadi vaksin yang diwajibkan di AS, Australia, Eropa dan Mexico serta telah digunakan lebih dari 130 juta dosis di seluruh dunia. Vaksin ini telah diluncurkan di beberapa negara Asia seperti Honkong, Taiwan, Filipina, Singapura, Malaysia (2005), Indonesia, Pakistan, Thailand, dan India (2006). Jadual Pemberian vaksin PCV-7 : 1. Usia di bawah 12 bulan diberi 4 dosis, yakni pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan booster pada usia 12-15 bulan. 2. Usia 7 - 11 bulan diberi 3 dosis, 2 dosis pertama dengan interval 4 minggu, dosis ketiga diberikan setelah usia 12 bulan. 3. Usia 12 - 23 cukup diberi 2 dosis dengan interval 2 bulan. 4. Usia 2 tahun ke atas cukup diberi 1 dosis saja. Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi lengkap dapat bertahan seumur hidup karena vaksin ini dapat merangsang pembentukan memori di dalam tubuh. Sumber : Kompas Sebelum Radang Paru, Segera Vaksin Si Kecil Selasa, 29 April 2008 | 18:04 WIB ANGKA KESAKITAN dan kematian bayi dan balita akibat penyakit pneumonia (radang paru) yang disebabkan kuman pneumokokus sangat tinggi. Untuk menekan angka kasus penularan infeksi ini pada bayi dan balita, intervensi aktif untuk menghindari kuman pneumokokus perlu dilakukan melalui pemberian vaksin kepada bali dan balita. Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Soedjatmiko SpA (K), dalam media edukasi, Selasa (29/4), di Jakarta menyatakan upaya untuk menekan laju morbiditas dan mortalitas bayi dan balita perlu keterlibatan lebih besar dari komponen masyarakat, terutama orang tua, tenaga kesehatan, media massa serta pemuka masyarakat. Pemberian vaksinasi dibutuhkan sebagai tindakan preventif yang efektif sebelum terserang penyakit berbahaya ini. Bila dilakukan perbandingan, biaya pengobatan bagi penderita IPD dengan biaya vaksinasinya terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga perlu dilakukan usaha untuk merubah pola pikir dari pengobatan ke pencegahan. Salah satu bentuk intervensi aktif yang dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi dan edu kasi, baik melalui media massa maupun tatap muka. Orang tua, terutama kaum ibu diberikan pengetahuan yang cukup tentang bahaya penyakit ini dan akibat yang ditimbulkannya. Di samping itu, sosialiasi dan edukasi diharapkan akan mendorong inisiatif para ibu untuk memberikan vaksinasi kepada anaknya. Di sisi lain, keterlibatan pemerintah dalam mensukseskan program edukasi ini sangat diperlukan sehingga masyarakat memiliki akses yang lebih luas dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian pada bayi dan balita akibat infeksi pneumokokus. Dengan demikian manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Sejauh ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan Indonesia menempati urutan keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak pada anak. Setengah dari kasus pneumonia disebabkan oleh kasus pneumokokus, sehingga diperlukan intervensi aktif untuk pencegahan dengan vaksinasi selain nutrisi yang cukup, pemberian ASI eksklusif dan zinc. Penyakit pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi pneumokokus yang invasif dan merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia (pneumokokus). Penyebarannya melalui darah (invasif) ke organ-organ penting seperti selaput otak, paru, telinga tengah dan menyebabkan kematian utama satu juta bayi dan balita setiap tahunnya di seluruh dunia. Penyakit ini paling banyak menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) WHO tahun 2007 mencatat, penyakit infeksi pneumokokus invasif merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 1 juta kematian anak-anak yang berumur di bawah lima tahun per tahunnya. Pada Maret 2007, WHO bahkan mengeluarkan rekomendasi penting mengenai vaksin pneumokokus konjugasi (PCV-7) yaitu negara-negara di dunia harus memprioritaskan penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi dalam program imunisasi nasional. Rekomendasi ini terutama berlaku bagi negara dengan lebih dari 50 kematian/ 1000 kelahiran hidup anak balita maupun negara dengan lebih dari 50.000 kematian balita per tahun. Rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh para pakar ilmu kesehatan anak bahkan di Asia pun telah dibentuk suatu kelompok kerja aliansi str ategis penyakit pneumokokus, yaitu Asian Strategic Alliance for Pneumococcus Disease (ASAP) yang diwakili oleh dokter anak di Asia termasuk Indonesia. Bagi negara-negara berkembang, vaksin PCV-7 merupakan prioritas utama yang dapat diintegrasikan pada jadual imunisasi rutin dan sebaiknya dimulai sebelum usia 6 bulan. Ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) telah menerbitkan rekomendasi dan petunjuk pemakaian dari vaksin pneumokokus ini sejak bulan Juni 2006 yang lalu. Vaksin Pneumokokus ini mulai diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan dan diberikan 1 dosis lagi pada usia 12 - 15 bulan sebagai booster / penguat. Pemberian vaksinasi IPD ini dianjurkan sedini mungkin untuk dapat meningkatkan efektifitas sehingga proteksi / perlindungannya dapat mencapai level yang optimal. Sumber : Kompas Senin, 05 Mei 2008 Manula pun Rentan IPD IPD juga terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun. Demam tinggi, menggigil, batuk, sesak napas yang tidak kunjung berhenti jangan dianggap sebelah mata. Mungkin saja itu salah satu serangan gejala penyakit Invasive pneumococcus disease (IPD). Sederet kondisi tersebut, menurut Dr Soedjatmiko SpA(K) MSi, adalah gejala IPD. Menurut dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini, walaupun penyakit ini paling banyak menyerang bayi di bawah usia 2 tahun, manusia lanjut usia dengan usia di atas 65 tahun berisiko terserang penyakit tersebut. IPD adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumoniae yang terdiri atas 90 tipe kuman. Yang paling sering menyebabkan IPD adalah tujuh jenis serotipe. Penyakit ini dapat menyebar melalui darah dan menyebabkan kematian utama pada bayi dan balita setiap tahun di dunia. Beberapa penyakit yang termasuk golongan ini adalah radang paru (pnemonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia).Penyebarannya melalui darah ke organ-organ penting, seperti selaput otak, paru, dan telinga. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan cacat permanen berupa tuli, gangguan mental (idiot), kemunduran inteligensia, kelumpuhan, dan gangguan saraf. "Jika sudah kena, ya pilihannya cuma dua: kalau tidak meninggal, ya dia akan cacat," Soedjatmiko menjelaskan dalam acara media edukasi intervensi aktif untuk turunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi akibat infeksi pneumococcus yang invasif di Jakarta, Selasa lalu. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 2 juta anak meninggal akibat pneumonia. Bukan hanya itu, pneumonia merupakan penyebab satu dari lima kematian pada anak balita. Bagaimana data penyakit ini di Indonesia? Data WHO 2006 memperlihatkan ternyata Indonesia menempati peringkat keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak pada anak. Wah! Bagaimana menghindari serangan penyakit tersebut? Anda dapat memberi vaksin pada bayi dan anak Anda. Pasalnya, menurut Soedjatmiko, bayi dan balita yang berada satu rumah dengan Anda dapat menularkan bakteri ini. Dia menjelaskan, orang dewasa yang berada serumah dengan anak-anak, sekitar 18-29 persen pada tenggorokannya terdapat kuman streptococcus pneumoniae. Bila di rumahnya tidak terdapat anak-anak hanya 6 persen. Sekretaris Satuan Tugas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini menyebutkan pemberian vaksin PCVT 7 bukan hanya untuk mencegah penyakit pada balita dan bayi, tapi juga untuk seluruh anggota keluarga. Ini adalah vaksin pneumococcus konjugasi yang berguna untuk mencegah berkembangnya bakteri streptococcus pneumoniae yang terdiri atas tujuh serotipe yang memang paling banyak menyebabkan IPD. Vaksin ini telah menjadi salah satu vaksin yang diwajibkan di Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Meksiko serta telah digunakan lebih dari 130 juta dosis di dunia. Di Indonesia, vaksin ini telah diluncurkan pada 2006 dan termasuk dalam jenis vaksin yang disarankan untuk diberikan kepada bayi dan anak Anda. PCVT 7 dapat diberikan kepada bayi mulai usia 2 bulan hingga 9 tahun. Studi klinis memperlihatkan reaksi umum dari vaksinasi yang paling banyak dilaporkan berupa demam ringan, rewel, mengantuk, sulit tidur, berkurangnya nafsu makan, muntah, diare, dan kemerahan pada kulit. Menurut Soedjatmiko, reaksi ini hal yang umum ditimbulkan oleh semua jenis vaksin. Penelitian tentang manfaat vaksin itu pada anak dan bayi terhadap dewasa yang tinggal serumah dengan mereka menyebutkan kejadian pneumonia pada 100 ribu orang dewasa berusia di atas 50 tahun dapat ditekan hingga 55 persen. Pada kelompok usia 20-39 tahun, risiko terkena pneumonia turun hingga 40 persen. Bagaimana, ingin memberi vaksin kepada anak Anda? Sebelumnya Anda harus menyiapkan dana. Pasalnya, harga vaksin ini sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. MARLINA MARIANNA SIAHAAN Yang Layak Divaksin 1.. Kelompok yang paling berisiko, anak berusia 2 tahun ke atas. Selain itu, penderita penyakit jantung, paru (termasuk asma), ginjal, kanker hati, kebocoran pada cerebrospinal, dan kecanduan alkohol. 2.. Yang berusia 65 tahun ke atas. 3.. Orang yang limpanya diangkat. 4.. Anak dan dewasa yang tinggal di panti asuhan serta jompo. 5.. Yang berdekatan dengan penderita penyakit kronis. 6.. Orang yang sistem kekebalannya lemah, seperti pasien kanker, HIV, dan yang menjalani transplantasi organ. 7.. Pasien yang mendapat pengobatan jangka panjang, termasuk steroid. nlm.nih.gov Sumber : Tempo [Non-text portions of this message have been removed]