Menyangkut pembangkit listrik tenaga nuklir, saya punya sedikit cerita...
Soal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang akan dibangun 
dikaki gunung Muria Kudus, sebenarnya merupakan terobosan bagus yang dilakukan 
pemerintah, tetapi dibalik pembangunan ini ternyata masyarakat dikaki gunung 
muria menolak pembangunan ini, setelah ditelusuri (setelah saya bincang-bincang 
dengan pegawai BATAN/Badan Tenaga Atom Nasional) ada beberapa hal yang menjadi 
dasar ditolaknya pembangunan ini, salah satunya adalah masyarakat takut terkena 
dampak radiasi nuklir dari akibat pembangunan PLTN tersebut, penolakan 
masyarakat ternyata bukanlah berdiri sendiri tetapi dilatar belakangi oleh 
kuncuran dana yang cukup besar oleh sekelompok orang yang menghalangi 
pembangunan PLTN tersebut.
Singkat cerita bahwa pembangunan PLTN tersebut sebenarnya merupakan alternatif 
pasokan listrik yang selama menjadi kendala dalam hal pasokan listrik, 
pembangunan PLTN ini sebenarnya sudah didasari oleh penelitian-penelitian yang 
berjalan cukup lama, penelitian bukan hanya dilakukan pada AMDAL tetapi juga ke 
hal yang lebih spesipik mengenai dampak yang selama ini ditakutkan yaitu 
radiasi nuklir, kesimpulannya bahwa apabila pembangunan ini diteruskan tidak 
akan berdampak pada radiasi nuklir apa pun dan telah sesuai AMDAL dengan 
catatan bahwa pembangunan ini sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh badan 
penelitian tenaga nuklir. Dan hasil dari penelitian ini telah disosialisasikan 
(kata pegawai BATAN) kepada masyarakat umum khususnya disekitar kaki gunung 
muria.
Singkatnya bahwa pada saat pembangunan ini dimulai ternyata penolakan dari 
masyarakat muncul dengan berbagai demontrasi, hal ini ternyata dilatar 
belakangi oleh pihak yang ingin menghalangi pembangunan PLTN tersebut. 
Penelusuran dimulai dari siapa yang melatar belakangi demonstrasi masyarakat 
tersebut?, ternyata yang melatar belakangi ini adalah pengusaha-pengusaha 
batubara sebagai pemasok utama batubara kepada sejumlah pembangkit tenaga 
listrik. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari betul bahwa apabila 
pembangunan ini tetap berjalan dan sukses dalam mengatasi peningkatan pasokan 
listrik maka pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar batubara 
akan dialihkan kepada pembangkit listrik tenaga nuklir. Padahal selama ini 
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara selalu mengalami 
persoalan dalam memasok tenaga listrik untuk khalayak umum disebabkan pasokan 
batubara yang selalu mengalami keterlanbatan...dan sekali lagi bahwa
 pemasok utama bahan bakar batubara disejumlah pembangkit listrik di Indonesia 
adalah "Ical" atau Aburizal bakrie, nah bermainnya para pengusaha terhadap 
penolakan pembangunan PLTN sering disebut sabagai permainan "mafia batubara", 
sekedar perbandingan Jepang memiliki 4 PLTN untuk memasok kebutuhan 
listrik kesemua Jepang bandingkan dengan Indonesia yang memiliki banyak 
pembangkit tetapi selalu mengalami pasokan listrik.
Dan Buat perusahaan listrik negara (PLN), untuk tidak menjual aset PLN kepada 
pihak asing dan jadikan PLN sebagai perusahan yang mendukung pembangunan 
indutri nasional.
 
Saya ada beberapa cuplikan dari tulisan Joko Waluyo, SE, MSE 
Secara garis besar ada dua sumber energi untuk menghasilkan energi listrik 
dengan kapasitas besar dan ekonomis, yaitu menggunakan tenaga air dan 
menggunakan tenaga panas. Tenaga air dengan memanfaatkan tenaga grafitasi pada 
air terjun, sedangkan energi panas memanfaatkan energi yang terdapat pada uap 
bertekanan tinggi. Pemanasaan air dapat ditempuh dengan memanfaatkan energi 
yang dikeluarkan melalui proses pembelahan inti atom uranium (proses fisi 
inti). Pusat listrik ini sering disebut PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir). 
Rencana pemanfaatan energi nuklir oleh pemerintah untuk pembangkitan listrik 
sudah ada sejak tahun 1970-an, tetapi dalam pelaksanaannya baru sebatas pada 
riset studi kelayakan dan pembangunan reaktor untuk penelitian. Pro dan kontra 
selalu menyertai kebijakan pengembangan energi nuklir di Indonesia. 
Pertanyaannya mungkinkah Indonesia mengadopsi teknologi nuklir untuk 
pembangkitan listriknya ? 
Pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik memiliki keunggulan karena 
sifat dasar dari energi nuklir adalah: (1) Merupakan sumber energi alam yang 
paling fundamental, (2) konsentrasi energi sangat tinggi, yaitu 1 gm U-235 atau 
setara dengan   3 juta gm batubara, (3) bersifat intensif teknologi, dan bukan 
merupakan intensif sumberdaya alam. Kemungkinan kebocoran reaktor nuklir dapat 
dikurangi dan proses daur ulang zat radioaktif   dapat diatasi dengan teknologi 
yang tersedia, (4) volume limbah kecil, mudah dikumpulkan, diproses dan 
diisolasi dari lingkungan manusia. Pembelahan melalui reaksi inti dengan 
neutron tidak menimbulkan polutan organik. Sehingga energi nuklir akan 
mengurangi pencemaran lingkungan, (5) bahan bakar (uranium) relatif mudah 
didapat di pasaran dunia dan dapat disimpan. Keadaan ini akan menjamin pasokan 
bahan bakar reaktor nuklir untuk pembangkitan listrik. Sehingga apabila dilihat 
dari sifat dasarnya energi nuklir merupakan
 sumber energi di masa depan, karena masih mudah di dapat dipasaran dunia, 
harganya tidak bergejolak, dan jumlah cadangan di dunia masih relatif banyak.
Krisis energi yang dipicu dengan semakin naiknya harga BBM dapat membuka 
kemungkinan penerapan teknologi nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik. 
Penguasaan tentang teknologi nuklir oleh ahli-ahli Indonesia sudah diupayakan 
sejak lama. Berdasarkan   kajian ekonomi pembangunan PLTN mempunyai keunggulan 
dan prospek yang cerah di masa datang dibanding PLT lainnya. Hal ini disebabkan 
oleh kemajuan dalam teknologi PLTN yang telah mampu mengurangi biaya pemasangan 
dan perawatan dengan tetap mementingkan faktor keamanan. Biaya pembangkitan 
listrik PLTN relatif lebih stabil dibandingkan dengan PLT fosil, sebagai contoh 
apabila biaya bahan bakar naik dua kali lipat maka ongkos pembangkitan listrik 
PLTN hanya akan naik sebesar 10%, sedangkan PLTU gas bumi akan naik sebesar 60% 
dan PLTU batubara akan naik sebesar 40%. Biaya pembangkitan listrik PLTN telah 
mencakup biaya untuk pengolahan limbah radiokatif dan biaya dekomisioning. 
Biaya ekternalitas PLTN
 paling rendah jika dibandingkan PLT lainya. Hal ini disebabkan PLTN tidak 
menimbulkan limbah organik yang dapat mengotori lingkungan. PLTN berbahaya jika 
terjadi kebocoran radioaktif dan proses daur ulang limbah nuklir yang 
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Di Indonesia studi kelayakan penggunaan energi nuklir untuk PLTN sudah banyak 
dilakukan dengan kesimpulan sebagian besar menyatakan Indonesia layak 
menerapkan PLTN. Dukungan penggunaan energi nuklir untuk PLTN datang dari 
banyak kalangan dengan mengangkat isu utama krisis energi, kemungkinan 
implementasi penerapannya, dan sosialisasi tentang energi nuklir. Salah satu 
isu yang menarik yaitu bahwa pengusaan   teknologi nuklir merupakan salah satu 
penguasaan teknologi tinggi yang sangat dibutuhkan di masa depan. Di samping 
untuk kepentingan energi pembangkit listrik nuklir dapat dimanfaatkan untuk 
tujuan damai lainnya misalnya untuk bidang kedokteran, dan rekayasa genetika. 
 
TTD
Ferry YK

--- Pada Kam, 3/7/08, Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [Forum Pembaca KOMPAS] Energi Nuklir Harus Jadi Alternatif Pasokan 
Listrik
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 3 Juli, 2008, 4:37 PM






JAKARTA, KAMIS - Di tengahnya kian melambungnya harga minyak dunia
yang telah menembus angka 145 dollar AS per barel hari ini, penggunaan
energi nuklir diyakini mampu menstabilkan pasokan energi listrik
dengan lebih aman dan ekonomis.

Porsi uranium sebagai bahan bakar sejauh ini baru mencapai 5 persen,
sehingga secara ekonomis energi ini diyakini mampu menstabilkan harga
listrik. "Dari semua jenis energi nuklir di dunia, porsi penggunaan
uranium sebagai bahan bakar hanya 5 persen, ini yang belum kita
maksimalkan untuk mengefektifkan penggunaan energi ini," ujar Adi
Wardoyo dari Badan Teknologi Atom Nasional (BATAN) dalam Seminar
Nasional "Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia" di
Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis
(3/7).

Selain itu, dikatakannya, kenaikan harga uranium sampai enam kali
lipat masih tidak akan mengubah Tarif Dasar Listrik (TDL) atau
menaikkan harga listrik. "Negara-negara lain sudah mengalami seperti
Jepang dan Korea Selatan. Maka tinggal Indonesia, program pembangunan
PLTN akan memberi peluang bagi industri nasional lebih maju," tuturnya.

Ia menambahkan kecenderungan penggunaan jenis energi di masa depan
adalah energi nuklir berbasis teknologi, bukan lagi energi fosil
seperti minyak bumi, maupun batubara. "Energi nuklir bila dimanfaatkan
semaksimal mungkin dapat berperan pada penyediaann energi melalui
energi bauran untuk mewujudkan pasokan energi berkelanjutan, " kata Adi.

Yang diperlukan saat ini, penggunaan teknologi nuklir berdasar asas
manfaat yang menitikberatkan pada manfaat bagi kehidupan sosial
daripada risikonya. (C6-08)

http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 07/03/15371116/ energi.nuklir. 
harus.jadi. alternatif. pasokan.listrik

 














      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke