http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/11/00563886/penyakit.tropis.tidak.teratasi

Jakarta, Kompas - Penyebaran sejumlah penyakit tropis, seperti
malaria, kusta atau lepra, dan filariasis atau kaki gajah, hingga kini
tidak teratasi. Hal ini ditandai dengan angka kasus yang dalam lima
tahun terakhir tidak kunjung turun.

Penyakit kaki gajah, misalnya, pada tahun 2000 berjumlah 4.472
penderita, tahun 2005 berdasarkan data Departemen Kesehatan melonjak
menjadi 10.239 penderita.

Di beberapa daerah, kasus penyakit kaki gajah juga mengalami lonjakan.
Di Jawa Barat, misalnya, tahun 2000 kasus kaki gajah hanya ditemukan
di Kota dan Kabupaten Bekasi.

”Sekarang, sampai Juni 2008 tercatat 413 kasus di seluruh 26 kabupaten
dan kota di Jabar serta tersebar di 240 desa dan 133 kecamatan,” kata
Kepala Subdinas Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat Fita Rosemary.

Di Jawa Barat, kasus paling banyak tetap di Kabupaten Bekasi, dengan
80 penderita dan di Kota Bekasi 43 penderita sampai Juni 2008.

Kabupaten Tangerang, yang pada masa Orde Baru bebas dari penyakit kaki
gajah, tahun 2001 ditemukan 10 penderita. Jumlah penderita meningkat
delapan kali lipat menjadi 81 orang pada tahun 2007 yang tersebar di
19 desa yang ada di 15 kecamatan.

”Buruknya lingkungan dan sanitasi menyebabkan nyamuk yang merupakan
vektor penyebar penyakit kaki gajah cepat berkembang biak,” kata
Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Yully Soenar Dewanti.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan Nyoman Kandun secara terpisah di Jakarta, Sabtu,
mengatakan bahwa peningkatan kasus kaki gajah, malaria, dan kusta
karena petugas kesehatan melaksanakan surveilans aktif untuk mencari
kasus baru.

”Dengan ditemukan kasus-kasus baru, diharapkan penularan penyakit itu
bisa dicegah dan pasien dapat lebih dini diobati,” kata Kandun.

Kusta akibat kemiskinan

Selain kaki gajah, penyakit tropis yang meningkat kasusnya adalah
penyakit kusta. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae ini pada tahun 2001 diderita oleh 14.061 orang di seluruh Tanah
Air. Namun, tahun 2005 sudah naik menjadi 19.695 penderita.

”Kusta merupakan penyakit yang terkait penuh dengan kemiskinan.
Semakin minimnya pasokan gizi, semakin mudah orang yang sering
berinteraksi dengan penderita kusta menjadi tertular. Sebaliknya jika
pasokan gizi baik, kemungkinan penularan tidak terjadi,” kata Mohammad
Wahyu Surya Putra, Kepala Seksi Penyehatan dan Lingkungan Pemukiman
Subdinas Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Jawa Barat.

Provinsi Jawa Barat hingga saat ini menempati urutan kedua terbanyak
setelah Jawa Timur dalam jumlah penderita kusta. Jumlah penderita
kusta di Jawa Barat sebanyak 2.414 orang, sebanyak 1.814 orang atau 76
persen dari jumlah tersebut adalah penderita baru. Mayoritas merupakan
penderita kusta basah dengan jumlah 2.108 orang, terdiri atas 1.949
dewasa dan 159 anak- anak.

”Merebaknya kasus ini karena adanya penderita yang tidak diobati
sehingga penyakit ini menular,” kata Yully Soenar Dewanti.

Di sisi lain, tidak semua orang mengerti gejala-gejala kusta. Petugas
medis pun kerap menganggap bercak-bercak merah yang timbul di kulit
adalah hal biasa seperti kadas dan kurap.

Tidak bisa nol

Adapun penyakit malaria, jumlah kasusnya tetap menonjol di luar Jawa,
terutama Nusa Tenggara Timur, Papua, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan
Kepulauan Riau.

Annual malaria incidence (AMI) atau angka kesakitan malaria untuk
wilayah luar Jawa- Bali cenderung mengalami penurunan meskipun masih
tetap tinggi, yakni 18,94 per 1.000 penduduk.

Sementara itu, annual parasite incidence (API) atau angka kesakitan
malaria untuk wilayah Jawa-Bali, 0,15 per 1.000 penduduk.

”Penyakit-penyakit tropis itu tidak bisa dibuat nol. Yang bisa
dilakukan adalah menekan angka kasus penyakitnya dengan berbagai upaya
bidang kesehatan,” kata Nyoman Kandun.

Menurut dia, penyakit yang ditularkan manusia dan tersedia vaksinnya,
lebih mudah dieliminasi dibandingkan yang sumber penularannya
binatang. Sebagai contoh, penyakit kaki gajah dan malaria yang
ditularkan lewat nyamuk sulit diberantas.

Ada beberapa faktor yang menghambat pengendalian penyakit tropis. Hal
itu antara lain rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat
setempat.

”Eropa dulu dikenal sebagai daerah endemik kolera, cacar, dan beberapa
penyakit lain. Dengan meningkatnya taraf pendidikan dan ekonomi,
penyakit- penyakit itu bisa diatasi,” kata Nyoman.

Selain itu, faktor kebersihan lingkungan juga sangat berperan dalam
mengatasi penyebaran penyakit tropis. ”Namun, buruknya infrastruktur
juga harus diakui mempersulit akses layanan kesehatan,” ujarnya.
(EVY/COK/ADH/CHE/EGI/MKN/THY)

Kirim email ke