Selama ada sistem cost recovery selama itu pula terbuka peluang untuk "permainan". Cost Recovery-nya memang perlu ditinjau ulang, bahkan kalau perlu digantikan sistemnya dengan yang lain, seperti royalty misalnya sehingga revenue pemerintah pun akan terjamin. Lebih besar lagi, sistem kemitraan pun harus ditinjau ulang. Saya pikir Ditjen Migas dan BP Migas pun tahu akan kelemahan2 sistem cost recovery, hanya memang harus ada strategi tarik ulur antara di satu pihak mengundang investor di pihak lain mengawasinya. Meneliti satu per satu closed out AFE sebagai dasar untuk cost recovery butuh kehati-hatian. Sering AFE yang kami turun2-kan budgetnya, pada saat penyelesaian, cost-nya naik melebihi budget. Untuk beberapa kasus, cost yang timbul akan dikategorikan sebagai non-cost recovery. Tentang penempatan TKA, benar adanya yang dibilang Pak Sritomo. Penempatan TKA di bidang eksplorasi memang selalu dikonsultasikan ke Eksplorasi BP Migas, dan kami tak segan2 untuk mencoretnya apabila memang tak dibutuhkan atau bisa digantikan posisinya. Kalau TKA tsb. ternyata masih ada juga, itulah kesulitannya, bukan Eksplorasi yang berhak memutuskan, kami hanya diminta pertimbangan. Saya yakin ada loby2 khusus di high level... Beberapa pos budget yang dulu-dulu tidak pernah muncul seperti CD, sekarang sudah diakomodasikan di AFE ybs. sebab keperluan itu jelas dibutuhkan. Seperti sponshorship kadang2 muncul juga di cost G & A (general & administration) pada saat pengajuan WP & B, hanya belum seragam di antara company. BP Migas terus berbenah, baik analisis teknis, finansial, organisasi dsb. Semoga fungsi pengawasan bisa dijalankan sebaik mungkin, di samping fungsi bermitra. Seperti tadi, kemampuan tarik ulur harus dimainkan pada saat yang tepat. Salam, Awang H. Satyana Eksplorasi BP Migas
--------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software