Saya setuju dengan pendapat Pak Zaim bahwa evolusi pun adalah bagian kemuliaan Sang 
Khalik. Tetapi di beberapa bagian dunia memang benar2 ada pertentangan keras antara 
kaum evolusionis dan kaum kreasionis. Siapa yang kuat, merekalah yang menentukan 
kurikulum sekolah. Sehingga, seperti di Kansas State dilarang mengajarkan teori 
evolusi di sekolah menengah karena kebetulan yang berkuasa di situ adalah kaum 
kreasionis. Begitu pula di beberapa negara bagian di Australia. Majalah New Scientist 
edisi akhir tahun 1999 mengangkat tema ini, termasuk tentang kasus hukum seorang 
profesor geologi pembela evolusi yang mengadukan kaum kreasionis karena menurutnya 
telah melakukan penipuan ilmiah dan menyebarkan kebohongan. Di Indonesia, seperti kata 
Pak Zaim "EGP" evolusi itu, memikirkan kekeringan saja dulu...
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas


zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Rekans,
Sebenarnya, kalau mau merenung (ini kalau mau lho) dengan fikiran tenang dan
dengan waktu yang (lama - sesuai dengan evolusi) tenang pula, maka tidak ada
perbedaan atau pertentangan antara teori evolusi (proses perubahan) dan
agama yang dianggap menganut kreasionisme. Karena, sebenarnya dalam
kreasionisme / penciptaan ada proses yang panjang dimana selama itu terjadi
perubahan internal suatu organisme setelah berinteraksi dengan lingkungan
eksternalnya yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan unsur2
internalnya, sedankan dalam evolusi juga tetap ada penciptaan, karena tidak
mungkin suatu organisme muncul begitu saja tanpa suatu proses penciptaan,
yang pada dasarnya ya Allah SWT - lah Sang Penciptanya.
Sedangkan setahu saya, mereka yang belum bisa menerima evolusi memiliki
bayang2 fikiran yang a priori terhadap evolusi, dengan menafikkan data serta
ketakutan bahwa evolusi bisa menyesatkan, memurtadkan dan mengkafirkan
keimanan, termasuk apa yang diutarakan oleh Harun Yahya yang terkenal itu.
Lha soal sesat, murtad dan pengkafiran iman itu kan bisa saja terjadi tidak
karena teori evolusi kan ??.
Justru, bagi yang beriman penuh (Insya Allah) evolusi tersebut semakin
membuktikan kebesaran Illahi dalam kreasiNYA untuk mencapai tingkat
kesempurnaan dan dari sini kita akan semakin dekat dengan Allah SWT. Kita
jangan hanya berfikir bahwa Allah Maha Besar, Maha Bisa, sehingga Beliau
pasti mampu menciptakan semuanya serentak - sekali "gus"seperti sekarang ini
(tanpa proses perubahan : evolusi), tetapi hendaknya juga menyadari bahwa
Allah memberi kita kewajiban dan kewenangan untuk memikirkan tentang hasil
kreasiNYA ("Fikirkan dan pelajarilah ciptaanKU, tetapi jangan engkau
memikirkan bagaimana AKU).
Namun, setelah kita merasa mampu berfikir tentang ciptaanNYA ya jangan
merasa jumawa sehingga kita merasa lebih tahu dari Sang Pencipta dan
menafikkan Allah. Hal ini memang sangat riskan bagi orang2 yang berkecimpung
dalam dunia ilmu murni (geologi/paleontologi, biologi, astronomi dll) karena
merasa dapat mengetahui serta memahami segala rahasia alam dan kehidupannya,
padahal yang mereka ketahui itu hanya seper -nol koma nol-nol-nol dari yang
sebenarnya, berdasarkan kemampuan otaknya yang hanya berkapasitas 1100 -
1200 cc saja.

Bung Sanggam mengatakan seperti ini :
" si polan bilang cogito ergo sum, yg lain bilang aku beriman maka aku ada,
yang cool bilang aku berpikir maka gue makin bingung..."

Komentar saya :
" Lha yang lain lagi mengatakan :.....emangnya gue pikirin evolusi
itu.......kerja aja sekarang banyak PHK........."
Terima kasih,

Wassalam,

Yahdi Zaim
Dept. Tek. Geologi
FIKTM ITB






---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Kirim email ke