Dalam 2 hari ini email saya tdk terima dari iagi-net, mungkin karena kepenuhan 
(gak ditengok-tengok selama week-end s/d pagi ini) terus bounching. Jadi, mohon 
maaf kalau belum sempat cawe-cawe ikutan nimbrung di lalu-lintas diskusi soal 
Lumpur Porong ini.

Saya di Porong tgl 2 Juni (4 hari setelah kejadian), sempat berhenti dalam 
perjalanan Surabaya-Malang dan juga 4 Juni ketika kembali dari Malang ke 
Surabaya terus ke Jakarta lagi. Pada kurun waktu 2-4 Juni itu saya coba 
berkoordinasi dengan IAGI Jatim (dengan cc ke Sekjen PP-IAGI) untuk segera 
turun tangan membahas action plan IAGI (Jatim maupun PP) membantu menanggulangi 
masalah lumpur tersebut. Tentunya saat itu saya juga langsung berkomunikasi 
dengan kawan2 geosaintis dari Lapindo (mas Bambang, mas Agung, Kang Iwan, Cak 
Rennier dan jugamas Kenul) untuk mencari tahu dan urun rembug tentang analisis 
penyebab dan rencana penanggulangannya. Semuanya lewat SMS dan tilpun langsung. 
Di Malang, IAGI Jatim sempat berkumpul 3 Juni mempersiapkan diri ikut meneliti 
semburan lumpur Porong tersebut: ada mas Arief Rachmansyah (Ketua IAGI Jatim), 
Adi Susilo (Unibraw), dan juga mas Kukuh (Sekjen IAGI Jatim, lewat tilpun). B 
eberapa hari kemudian IAGI Jatim akhirnya bisa berkomunikasi juga dengan 
kawan-kawan dari Lapindo untuk mendapatkan informasi teknis dari tangan 
pertama, sehingga setelah itu beberapa pernyataan dari Arief, Adi, Amin, 
Marcillinus, Soffian keluar di media (lokal dan nasional) dalam rangka 
memberikan informasi kepada masyarakat. Pada hari-hari antara 6-9 Juni saya 
harus off dari peredaran krn ada urusan bisnis di Dubai, tapi tetap monitoring 
dan komunikasi dengan rekan-rekan IAGI Jatim dan Lapindo untuk saling 
menginformasikan ide analisis dan usulan penanggulangan lumpur.

Pada Sabtu 10 Juni saya bertemu dengan mas Bambang Istadi Lapindo di Jakarta 
dan berbincang - dikusi panjang lebar soal penyebab luapan lumpur dan 
memberikan komitmen untuk ikut membantu sebagai nara sumber independen dalam 
tim-tim yang rencananya akan dibentuk untuk penanggulangannya. Pada waktu Rapat 
dengar Pendapat Komisi VII dengan BPMigas, Lapindo, ESDM soal Lumpur Porong 
Senin 12 Juni 2006, saya coba berikan beberapa masukan ke para anggota DPR yang 
terhormat lewat sms tentang beberapa hal:

1. Dalam konteks bagi-hasil migas pusat-daerah, pemboran Banjar Panji-1 dan 
penanggulangan semburan lumpur yang keluar lewat rekahan2 di sekitar Porong 
tersebut kemungkinan SEMUANYA akan mempengaruhi penerimaan daerah (khususnya 
Kab Sidoardjo) dalam bagi-hasil migas 2006, karena biaya pemboran eksplorasi 
dan penanggulangan insiden lumpur Porong tsb kemungkinan juga akan dibebankan 
sbg COST RECOVERY yang dipotongkan ke revenue hasil lifting migas Lapindo sblm 
dibagi 70 Pemerintah : 30 Kontraktor. Dari bagiannya yang 70% Pemerintah akan 
menyalurkan 21% (30% x 70%) ke daerah. Dg demikian secara akunting bagi-hasil 
migas: Daerah (Sidoardjo, Prov., dan Kab di jatim lainnya) ikut menanggung 21% 
dari biaya Banjar Panji-1 dan semburan lumpur Porong. Untuk itu disarankan 
Daerah berperan aktif dalam penanggulangan tersebut dan jangan sungkan-sungkan 
untuk menegosiasikan dana penaggulangan demi rakyat yang terkena dampak yang 
nantinya toh akan dipotongkan di produksi migas Lapindo.#ADB-Anggota Dewan 
Pakar FKDPM#
(argumen dlm Info diatas dalam beberapa minggu terakhir nampaknya juga patut 
dipertanyakan lagi karena kemungkinan BPMigas juga akan mempertimbangkan masak2 
sebelum memperhitungkan pembiayaan "accident" tsb melalui full-cost-recovery 
... lihat email pak Awang ttg hal tsb) 

2. Saya tidak punya HARD DATA, tapi dari logika petroleum geologi (sementara) 
yang terjadi adalah release dari overpressured marine mud-diapir level Kalibeng 
lewat rekahan2 sepanjang patahan-patahan Kwarter yang dipicu oleh instabilitas 
pressure di sub-surface (bisa krn underground blow-out krn praktek pemboran 
ataupun krn trigger gempa - less likely) #andang#

3. Dalam waktu 15 hari sejak kejadian semburan lunmpur 29 Mei SEHARUSNYA para 
engineer dan geosaintis Lapindo (dan konsultannya) SUDAH MENGETAHUI penyebab 
teknis retakan dan semburan lumpur di sekitar Banjar Panji-1. Kalau dikatakan 
sampai sekarang masih meneliti dan smntara itu mengemukakan gempa sebagai 
penyebabnya, nampaknya memang perlu bantuan dari kalangan yang SUPER 
EXTRAORDINARY AHLI ... mungkinkah sangat kompleks permasalahan bawah 
permukaannya shg 15 hari-pun belum tahu penyebabnya dan apa yg harus dilakukan 
untuk menanggulanginya? #andang bachtiar#

4. Dari data kronologi pemboran yang ada di tanganku (kudapat dari wartawan 
Kompas, 11 Juni 2006), 99% bisa dipastikan telah terjadi underground blow-out 
yang menyebabkan retaknya bidang lemah rekahan/sesar Porong yang akhirnya jadi 
konduit lumpur Kalibeng overpressure muncul ke permukaan.

13 Juni 2006 saya kirim lagi sms ke pihak-pihak yang berkepentingan sbb:

5. Insiden Lumpur Porong: fakta petroleum geology dan data kronologi pemboran 
menunjukkan bhw yg terjadi adalah UNDERGROUND BLOWOUT yg ditrigger oleh 
prosedur pemboran yang kurang sempurna... untuk corrective action menutup 
sumber kebocoran tdk cukup hanya dengan mengerjakan trajectory sumur asal, 
tetapi juga harus menutup sumber2 lain di bawah - sepanjang patahan Porong. 
Salam #andang bachtiar - narasumber teknis migas untuk KLH#
14 Juni 2006 (s/d 16 Juni) saya harus ke KL untuk urusan bisnis konsultansi, 
tapi masih sempat berkoordinasi dengan kawan PP-IAGI yang saat itu sdh 
membentuk cikal-bakal Tim Penanggulangan dibawah koordinasi Pak Ridwan 
Djamaluddin sekjen dan Ketua Tim pak Edy Sunardi. Beberapa input yang saya 
salurkan ke mereka waktu itu:

6. 15 Juni 2006, menanggapi permintaan ide ke Tim IAGI:
Rojer2 Ed, gud lak untuk Tim PP-IAGI yang menangani Kasus Porong... beberapa 
suggestion / ide dr aku:
a. Istilahnya tolong lebih diperlunak dlm bahasa Indonesia menjadi GUNUNG 
LUMPUR (bukan gunung api lumpur) shg masyarakat tdk bertambah bingung & 
ketakutan dengan istilah "volkano" tersebut.
b. yang jauh lebih penting drpd sekedar memberi istilah geologi yang mentereng 
pada proses tsb adalah MENCARI SUMBER PENYEBABNYA dan MENCOBA MENANGGULANGINYA
c. pressure instability di sub-surface yang memicu terbentuknya Gunung Lumpur 
tersebut besar kemungkinan diakibatkan oleh underground blow-out dr proses 
pemboran BP-1: perhatikan sekuen kronologi laporan pemboran yg menyebutkan ada 
loss, tight-hole, kick, well killing, stuck, dsb..., periksa dg seksama 
GEOLOGRAPH, MUD RECORD, dan GRAPH2 DI MONITORING UNIT (SPM, MUD TANK, TEMP, dsb)
d. argumen gempa sbg penyebab liquefaction shg Gn Lumpur muncul hanya bisa 
valid kalo kita juga bisa menerangkan kenapa di Wunut, Tanggul angin, Kuti, 
Krukah, Sekarkorong, Mudi, sukowati, Cepu dan Lapangan2 yang lebih dekat ke 
garis Bantul-Klaten tidak mengalami hal yang sama dg Banjar Panji, padahal 
Kalibeng Mud Layer ada semua di daerah2 tersebut.
e. Possible corrective action:
e.1. kill the natural venting by drilling relieve well and disposed cement in 
Kalibeng zone (or deeper zone depending on the result of damage zone 
investigation)
e.2. control surface venting by drilling & producing the mud close to the 
natural venting area (5 spots?), or
e.3. abandon all the area flooded by mud & make them natural museum (the mud 
venting may continue on months or years until the pressure stabilizes)
f. Tim BG-ESDM/IAGI/KLH/Lapindo/BPMigas/Pemda/ITS/ITB/Walhi/Unibraw/PU atau tim 
dari manapun juga, mohon segera dihitung dan diantisipasi kemungkinan luas 
daerah dan relief vertical amblesan yang mungkin akan terjadi krn perpindahan 
massif dari lapisa lumpur di subsurface ke permukaan (spt Paleo Porong 
Structure Collapse). Kalau hal ini terjadi dan kita tdk antisipasi: akan timbul 
kepanikan baru (lihat email2 penjelasan Pak Awang di IAGINET soal collapse 
structure). Ayo kawan, keluarkan segenap kemampuan ilmu-analisis-itung2an untuk 
menyelamatkan bumi dan ekosistim kita #andang di KL#

7. Masih 15 Juni waktu di KL ada sms masuk dr Koordinator Walhi yang 
menanyakan: "Bagaimana menurut brur tentang patut kiranya polisi dan penyidik 
lainnya mengembangkan dugaan tentang ada unsur kesengajaan dlm peristiwa lumpur 
panas ini, mengingat wilayah padat penduduk, dan sawah klas 1A yg belum tentu 
mau dilepas oleh pemiliknya, padahal potensi gas cukup besar dan bisa dipasok 
langsung ke industri yang banyak di Sidoarjo?". Saya menjawab dg sms dan saya 
cc-kan juga ke petinggi2 KLH sbb:
- Brur Chalis, menurut aku (dg background 20tahunan di industri e&p migas) 
kecil sekali kemungkinan KESENGAJAAN,... kalau KETELEDORAN (Negligence) mungkin 
iya: ADA,... selain itu untuk memproduksi gas melalui sumur tidak dibutuhkan 
tanah hektaran, bahkan kalo perlu hanya dr 1 platform yang 200x200 meter saja 
smua gas di struktur Banjar Panji itu bisa diambil (berbeda dg tambang 
batubara, emas, dan dalian2 lainnya yg butuh bukaan tanah luas, di migas 
penggunaan surface facility bisa sangat diminimalkan)... so... agak terlalu 
berlebihan brur kalo dibawa ke arah tuduhan kesengajaan strategi-bisnis #andang#
(Note: seringkali aku memang harus kasih banyak penjelasana dan pencerahan sama 
mereka - termasuk JATAM- spy mereka mengerti jugalah kesetimbangan kebutuhan 
antara eksploitasi resources dg sustainability dari 2 sisi yg berimbang... 
Syukur mereka mau mengerti dan mau diajak omong)

8. Masih berurutan dg komunikasi diatas, kawan dr WALHI melanjutkan 
bertanya:"Thx brur, kalo hendak distribusi gas dari sumur ke industri 
dibutuhkan apa saja? instalasi? apakah tetap tidak butuh lahan yang luas? dan 
keamanan yang tinggi? butuh masukan brur sebelum ngomong di fgd jam 10 ini, thx 
ya brur". Saya jawab:
-Yang dibutuhkan u/Banjar Panji (kalau berhasil nemu gas) sebenarnya tinggal 
small gas processing facility unit untuk ngumpulin gas dari sumur2 sebelum 
dikirim / tie-in (diikat) ke main gas pipeline yg skrg sudah existing dr 
Lapangan Wunut ke Gresik (punya PGN).. Facility unit tsb paling butuh tanah 1-2 
hektar saja brur... yg agak ribet pembebasannya mungkin bikin flowline (dr 
sumur ke GPFU) dan pipeline (dr GPFU ke main pipeline Wunut-PGN).. 
Right-off-way pipa bisa sampai 25 meter kiri-kanan pipa dikalikan panjang pipa 
= berapa m2 tanah??? Dan biasanya orang jarang mau di-cuil-i tanahnya sedikit2 
seperti itu tapi memanjang... apalagi dilewati gas yang kalo ada apa2 kebocoran 
mereka jadi beresiko... Mungkin hal2 itulah yg musti dipertimbangkan brur.....

Sepulang dr KL, Jumat 16 Juni, saya rasanya gatel ingin turun ke Porong 
lagi,... akrena saya dengar Tim-Tim ITS/ITB sudah mulai bergerak di lapangan, 
dn saya penasaran kalau-kalau saya bisa berkontribusi disana. Maka saya coba 
hubungi beberapa kawan untuk ikut sama2 ke Surabaya, saya dapat volunteer Cak 
Ariadi, dan Cak Soffian (Surabaya) u/temani saya turun ke lapangan. Besok 
paginya jam 6 pake Garuda berangkatlah saya dg Cak Ar ke Surabaya. Kebetulan 
saya dapat fasilitas chopper untuk bisa terbang diatas lokasi, maka saya 
manfaatkan dg memberikan tawaran kepada Tim ITS dan IAGI untuk ikutan terbang. 
Maka terbanglah kami 9:30 - 10:15 berputar2 diatas lokasi (ADB, Ar, Soffian, 
Amin ITS, Sukemi ITS: cuma ada 5 seat tersedia). Chopper hanya mau terbang 
diatas 500 feet krn takut ada flamable gas. Beberapa pengamatan waktu terbang 
berputar 4 kali diatas lokasi:

9. - Bau H2S masing menyengat dr ketinggian tersebut (apakah H2S atau 
hidrokarbon? mungkin bercampur)
- Lokasi semburan-1 (200m SW of original BP-1 well) masih aktif dg golakan 
semburan +/- 3 meter (?)
- Dari atas hanya bisa mengidentifikasi 3 lokasi semburan: Loc-1 (SW of BP-1), 
loc-2 (NE of BP-1 north of toll road) dan loc-3 (NE of BP-1 the most northern 
part: rumah penduduk?) semua dg kenampakan mud volcano, 2 sdh tdk aktif, --- 
implikasi: intermittent? atau complete depresurization?
- Ternyata ke-3 lokasi tersebut TIDAK SEGARIS, perlu data GPS detail. 
Implikasi: pola rekahan/patahan musti dikalibrasi betul sebelum ngitung volume 
dsb
Info2 tsb saya kirimkan juga ke pihak2/tim2 yang berkepentingan.

10. Malam harinya saya berinisiatif mengumpulkan tim2 geosains yang terlibat 
dlm insiden lumpur Porong, saya undang smuanya secara pribadi:
Koordinasi informal teknikal tim2 geosains penanggulangan semburan lumpur 
Porong 17 Juni 18:30 - 22:30 bisnis-center Shangrilla Surabaya 17 orang:

PP-IAGI (Ariadi Subandrio)

IAGI Jatim (Kukuh, Iwan, Handoko, Helmi Narotama)

ITS (Seno, Amin Widodo)

ITB (Kukuh)

KLH (Roy)

Lapindo (Bambang Istadi, Agung Darmoyo)

Bumi Resources / EMP (Gesang Budiarso)

DPR (Taufikurrohman)

Geologist bebas (Andang Bachtiar, Soffian, Ikhsyat) 

Undangan juga disampaikan ke Tim PP-IAGI (Edy Sunardi, Ridwan Djamaluddin) dan 
Tim BG-ESDM (Untung Sudarsono), tapi tidak bisa datang.

Beberapa resume penting: 

  1.. Evaluasi kronologi pemboran untuk bantu penentuan zona potential damage
  2.. Perhitungan volume & tekanan zona overpressure Kalibeng & modelling 
depletion time & subsidence untuk penentuan plan A-B-C penanggulangan
  3.. Butuh koordinasi lebih ketat dan segera dengan tim drilling (Rudi 
Rubiandini - ITB): karena koq mereka sdh keluar dg rencana killing well 
sementara Tim Subsurface belum memastikan hasil analisisnya..
  4.. Bench-marking surface geology (lokasi-lokasi bidang lemah - titik 
semburan di permukaan) untuk bantu interpretasi geofisika
  5.. Harus kerjakan juga reprocessing 3 seismik lines untuk shallow tomography 
& interpretasi - calculation overpressure zone
  6.. Composite field geophysical methods untuk delneasi shallow structures
  7.. Worst case scenario Bleduk Kuwu
  8.. IAGI (Jatim) take-care dikotomi gempa vs drilling-induced disaster
  9.. Subsidence issue harus juga dihandel (oleh Tim ITS)
  10.. Next coord meeting Jumat 23 Juni after jumatan
11. Kemaren hari Senin 19 Juni 2006 saya coba kontribusi dalam rapat Tim 
PP-IAGI yang dipimpin oleh Pak Edy Sunardi di Pertamina (17:00-19:30), meskipun 
secara resmi saya tidak masuk dalam keanggotaan Tim, tapi mudah2an ide2 dan 
pemikrian saya masih bisa bermanfaat buat kawan2 di PP-IAGI. Diantaranya, Tim 
juga mengirim surat ke Tim-drilling-nya BPMigas/ESDM dibawah arahan Pak Rudi 
Rubiandini untuk segera berkoordinasi mengenai Plan A-B-C dari relieve well 
maupun aksi penanggulangan bawah permukaan tsb, dg asumsi:
A. Kalau memang zona damage sumber tekanan berasal dari 6100 feet dan lebih 
dalam maka oke-oke saja plan-nya Pak Rudi untuk killing well di zona itu, tetapi
B. Kalau zona damage sudah merembet ke Clay Kalibeng 2000-6000 feet, dan 
posisinya bukan di sumur (tapi di bawah lokasi semburan2 tsb), maka action plan 
killing well yang lain hrs disiapkan
C. Apalagi kalau ternyata dari hasil analisis semua insiden tersebut 
dikarenakan adanya contiuning recharging dr diapiric system Pliocene Kalibeng, 
maka harus ada plan C yg lebih kurang abandonement the whole area (Bledug Kuwu 
case).
Saya dengar Tim PP-IAGI akan sgr involved dg keseluruhan Tim yg lain....

12. Hari ini saya juga mendengar kabar bahwa Tim ITB/ITS (Pak Prihadi/ Pak 
Makky) sudah mengindikasikan adanya bidang diskontinuity (patahan?) dr VLF yang 
bidangnya mengarah/miring ke barat dari jajaran semburan tsb. Dengan data itu, 
maka dilakukan adjustment positioning SNUBBING UNIT yang akan masuk ke lokasi 
(supaya tidak crossing retakan - zona semburan dua kali).

13. Sore nanti saya diminta bicara di Metro TV, mudah2an cukup bisa menjelaskan 
ke masyarakat.

14. Note: soal gonjang-ganjing pengamat perminyakan di acara WALHI kemaren, 
sebenarnya di acara tersebut saya sudah meneriakkan koreksi secara lantang 
tentang kekeliruan definisi yang disebutkan oleh ALi (TM-81)... bahwa indeed 
BP-1 itu eksplorasi, dan dalam PP nggak ada Amdal u/eksplorasi, dsb dsb (sesuai 
dg tulisan Abah) ,... tapi pers kayaknya gak tertarik dg penjelasan saya 
(padahal SUARA SAYA PALING KERAS disana). Thats the fact of life.


Salam

ADB
arema


On Tue, 20 Jun 2006 08:29:28 +0700 (WIT)
[EMAIL PROTECTED] wrote:
.....Tapi aku "curiga" jangan janganan
>Adb sudah ada di
>Surabaya , kan dia AREMA.

Kirim email ke