On 7/24/06, Pangestu, Sonny T <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
seperti apa ya ledakan nuklir itu ?
adakah yg sdh langsung melihat dan merasakannya ?


Duh, kalau ledakan niklir jangan merasakannya lah yaw ....
Merasakan atau mengalami (experienced) akan sdikit berbeda dengan
mempelajari. Dalam proses belajar ("learning proccess") jaman dahulu
sering dikenal dengan :

I hear and I forget.
I see and I remember.
I do and I understand.
                      by Confucius.

Saat ini proses belajar sudah jauh berbeda dengan cara belajar
tradisional. Jaman dulu proses belajar adalah dengan mengalami sendiri
atau harus mengerjakannya sendiri. Atau dengan pengalaman sendiri.
Namun saat ini pengalaman orang lain dapat dipakai sebagai ajang
pembelajaran. Kita bisa belajar dari jepang tentang gempa, kita bisa
belajar berdagang dari cina, belajar ilmu pelayaran dari orang
sulawesi.

"Ngelmu (angel olehe nemu = sulit mendapatkannya).
Proses ngelmu jaman dahulu (tradisional) dengan cara "ngenger" ikut
kehidupan sang guru, sampai sang guru merasa yakin dengan "cantrik"
(murid)-nya untuk dilepas. Dan diberi "aji-aji" sebagai pertanda bahwa
kemampuan sang murid sudah dapat dipakai sebagai acuan kesuksesan sang
murid.

Proses belajar masa kini (modern) dengan pergi ke sekolah, di kelas
bersama pak-bu guru. Diber pituduh (petunjuk), membaca pengalaman
orang lain (sejarah), diajak berpikir, dan mengerjakan tugas atau
soalan. Kemudian diujikan hingga dianggap mampu dan lulus dengan
diberi ijazah.

Yang lucunya ketika "cantrik yg ngenger" tadi dianggap mampu kemudian
disuruh berkelana oleh sang guru, bisa saja disebut disapih (seperti
bayi disapih). Prses pengakuannya sengan hanya sebuah sentuhan ...
"hegh !" maka saktilah sang murid ini. Muris yg sudah "lulus" ini
nantinya setiap gerakannya akan menjadi pertanda, perkataannya diikuti
oleh orang lain yg tidak memilki "kesaktian".

Sedangkan murid jaman sekarang diakui kelulusannya dengan ijazah
Doktor. Sama seperti cantrik, maka setiap perkataan sang doktor ini
dianggap ampuh dan diikuti oleh orang lain. Apa yg dibicarakan
langsung diacungi jempol sambing manggut-manggut.

Nah, itu hanyalah berbeda cara belajar jaman dulu dengan belajar jaman
sekarang. Mana yang baik dan mana yg kurang baik. Yang jelas kurang
baik itu adalah "yg tidak mau belajar".

"The lost of the Indonesian Technology"

Beberapa hari lalu aku dan beberapa temen (om Guntas, mBong dan Kang
Aris ngobrol dengan pak doktor Andang Bactiar yg dateng dari jakarta.
Ngobrolnya disebuah cafe dipinggir airmancur KLCC dekat twin tower.
Salah satu topik yg kita bincangkan adalah "the lost Indonesian
technology". Ya teknologi indonesia jaman koeno. Salah satu yg menarik
dalam diskusi itu adalah :
- sistem drainasi candi-candi yg sangat perfect, bahkan org jerman
terkagum-kagum dengan design sistem pengairan di dalam candi yg tidk
menyebabkan genangan. Org jerman ini heran pada waktu dibuatnya candi
prambanan ini jerman masih nol, au ah gelap ! europe still within dark
ages !
- konstruksi prambanan yg cukup stabil dan tahan gempa. Candi
prambanan ini baru rusak berantakan dengan gempa jogja kemarin ini,
sedangkan candi boko sudah lebih dulu hancur. Candi prambanan
sepertinya dibangun diatas pasir yg meredam gempa (cmiiw).
- Bendungan di jawa timur jaman Singasari . Pak ADB yg ikutan di AMC
dengan harinjing ingat, ada Prasasti Harinjing yang menceritakan
pembangunan sebuah dam atau bendungan di Jawa timur,  diperkirakan
pembangunan dam itu terjadi pada Abad VIII. Lah itu Indonesia (jawa
kuno) telah memiliki teknologi sejak jaman singosari. Nah sekarang yg
ahli bendungan di dunia ini justru belanda !

Nah yg heran mengapa teknologi2 ini hilang begitu saja. digantikan
teknologi moderen dari barat dengan science-nya.

Teknologi Indonesia (jawa) ini dipelajari tidak dengan cara belajar
moderen, mereka dipelajari dengan cara "ngenger" dan pengalaman.
Barangkali dengan "puasa", prihatin dan latihan.

That is not "klenik" it is science, it is technology !

Salam
rdp

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke