Pak Awang, sepertinya kita ini "keteteran" (kesulitan) dalam soal
pengawasan. selain jumlah tenaga, juga mungkin memang sistemnya
memerlukan pengawasan terlalu banyak. Sepertinya pengawasan yang
dituntut dalam sistem PSC kita diluar kemampuan. Bukan karena
kemampuan tehnis BPMIGAS looh, tetapi juga buanyaknya kepentingan yang
menganggu jalannya sistem pengawasan.
Apakah mungkin sistem PSC kita diubah sedemikian rupa sehingga sistem
pengawasannya dipersempit. Atau diciptakan sistem pengawasan otomatis
(auto correction).

Auto correction ? Misalnya nih, apabila cost yang dipakai dalam
mengajukan CR melebihi angka tertentu maka splitnya berubah dengan
sendirinya. Ini misalnya saja looh. Jadi dengan demikian si kontraktor
akan dengan sendirinya mengontrol sistem costnya ... tanpa diawasi,
karena aturannya memiliki auto correction dalam mengoptimasinya.

Pemanfaatan threshold utk menciptakan auto correction (optimisation)

Misalnya dengan pembatasan ROI (supaya tidak ada kesan keuntungan
perusahaan berlebihan)
ROI = 15-20, maka split utk kontraktor 100% dari yang disepakati
ROI = 20-25, maka split untuk kontraktor 80% dari yang disepakati
ROI = 25-30, maka split untuk kontraktor 60% dari yang disepakati
(angka threshold ini bisa berapa aja tergantung studi keekonomian).
Yang selama ini ada adalah threshold harga minyak. cukup bagus sih,
tetapi harga minyak itu terlalu jauh diluar kontrol perusahaan maupun
pemerintah.

Bisa juga menggunakan THV = Threshold Volume (30MMSTB or 0.75 TSCF),
ini misalnya untuk daerah mature dengan resource kecil-kecil (marginal
field). Kalau volumenya kecil maka splitnya sekian, Misal:
OIP <50 MMBOE splitnya 80 : 20
OIP 50-75 MMBOE splitnya 85 : 15
OIP 75-100 MMBOE splitnya 90 : 10
dst

Sehingga dengan threshold inilah BPMIGAS dan kontraktor akan
"berantem" disisi teknisnya.

Jadi dengan menggunakan threshold ini akan menciptakan auto correction
untuk menuju titik efisiensi terbaik.

Salam
RDP
2008/1/28 Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>:
> Issue baru yang lama.
>
>  Produksi turun terus sementara cost recovery naik terus tidak bisa segera 
> diterima secara hitam putih, banyak sekali hal terkait kepada itu. Reformasi 
> yang ceritanya diinginkan semua rakyat itu telah membentuk raja2 kecil di 
> daerah yang telah menyebabkan biaya tinggi operasi migas - ini menaikkan cost 
> recovery, nah itu satu contoh saja faktor yang terkait. Karena biaya tinggi 
> di daerah, sebagian operator menunda pemboran sumur2 produksi dan 
> eksplorasinya, sumur2 produksi hanya terealisasi 70- 80 %, sumur2 eksplorasi 
> tak sampai 70 %. Apa akibatnya ? Produksi menurun, penemuan lapangan baru 
> menurun. Tentu ini tak diberitakan kan ? Tetapi, orang yang memahami dengan 
> baik industri migas akan tahu duduk perkara sebenarnya.
>
>  Pengurusan persetujuan di BPMIGAS lama sehingga menurunkan produksi minyak ? 
> He2... lucu membacanya. Proses persetujuan di BPMIGAS juga telah diaudit oleh 
> lembaga independeden internasional sertifikasi ISO dalam empat tahun terakhir 
> ini. Dan, BPMIGAS terus mencari cara bagaimana agar persetujuan terus 
> disederhanakan tanpa mengurangi ketelitian. Di group saya di BPMIGAS, operasi 
> boleh dijalankan sebelum persetujuan resmi diberikan, tetapi pekerjaan 
> tersebut harus disetujui dulu secara teknis dan anggaran. Aturan2 procurement 
> pun terus dibenahi sehingga tak berbelit2 tetapi tetap menampung azas 
> keadilan.
>
>  BPMIGAS memerlukan evaluasi yang hati2 atas usulan2 KPS seperti usulan 
> sumur2 eksplorasi di blok produksi dan semua usulan POD (plan of 
> development). Banyak kan kasus POD bila "harus segera disetujui  karena hal2 
> tertentu yang "politis" (katakanlah begitu) telah berdampak buruk merugikan 
> negara sebab cadangan yang diajukan ternyata jauh di bawah kapasitas produksi 
> yang telah terpasang. Saya tak perlu menyebut lapangan2 mana saja di 
> Indonesia yang begitu, tetapi itu telah sangat merugikan negara.
>
>  Evaluasi yang hati2 tak bisa dilakukan dalam waktu cepat tentu, mestinya 
> semua orang mengerti hal ini. Telah banyak kasus2 merugikan negara akibat hal 
> ini.
>
>  Minyak langka, masyarakat ngantri minyak di mana2. Ini bukan salah BPH 
> Migas, memang kan pasokan minyak sedang dikurangi agar masyarakat tak terlalu 
> bergantung lagi ke minyak. Penggantinya adalah gas elpiji. Kalau gas elpiji 
> pun langka, nah maka itu yang harus dipertanyakan ke BPH Migas atau Pertamina.
>
>  Sebagian masyarakat kita pun kepedulian sosialnya kurang, tengah kedelai 
> langka dicari, baru2 ini polisi berhasil menemukan gudang ratusan ton kedelai 
> di Jawa Timur, sengaja ditimbun karena harganya sekarang sedang meroket. Tak 
> jarang kan masyarakat pedagang berbuat hal serupa untuk minyak dan gas elpiji 
> ?
>
>  Untuk dipahami, jangan sekedar melihat di permukaan.
>
>  salam,
>  awang
>
> Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  Wah issue lagih
>
> RDP
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: IndoExplo
>
> Date: Jan 28, 2008 10:04 AM
> Subject: [IndoEnergy] Indonesian MPs Consider Closing Oil, Gas
> Regulators Due to Poor Performance
> To: [EMAIL PROTECTED]
>
> http://www.redorbit.com/news/business/1227941/indonesian_mps_consider_
> closing_oil_gas_regulators_due_to_poor/index.html
>
> Posted on: Thursday, 24 January 2008, 06:00 CST
> Indonesian MPs Consider Closing Oil, Gas Regulators Due to Poor
> Performance
> Text of report in English by influential Indonesian newspaper The
> Jakarta Post English-language website on 23 January
>
> The People's Representative Council (DPR) is weighing [up] the
> possible closure of upstream oil and gas regulator BPMigas and
> downstream regulator BPH Migas due to decaying administrative
> performance and failures to meet targets.
>
> The deputy chairman of the DPR Commission VII overseeing energy and
> mineral resources, Sutan Batughana, said here Tuesday [22 Jan] the
> commission would hold several discussions with oil and gas investors
> operating in Indonesia to hear their opinions on the regulators'
> performance to determine whether closure was necessary.
>
> "We have received reports that the performance of these two bodies
> has worsened, for example, in the process of securing business
> permits and we want to verify this with the business actors,"
> Batughana said after the first closed meeting with oil and gas
> contractors on Tuesday.
>
> "Some have complained the process to secure approval from BP Migas
> for budget spending on exploration and exploitation activities (now
> takes longer than) when Pertamina controlled the sector, and that
> this has hampered our oil production," Batughana, who led the
> hearing, said.
>
> He also referred to BP Migas' failure to increase the nation's oil
> production despite a sharp increase in recovery costs.
>
> He said the recovery costs repaid by the government to oil block
> contractors in recent years had continued to increase despite the
> decline in the country's oil production.
>
> Figures from the Energy and Mineral Resources Department show the
> amounts being paid out by the government under the cost recovery
> system surged from USD 7.63 billion in 2005 to USD 9 billion in 2006,
> even though output declined during that period from 1.06 million
> barrels per day to 1.04 million barrels per day.
>
> One rumour in circulation holds that after accusations of failing to
> do his job, BPMigas chairman, Kardaya Warnika, will be replaced by
> the current director of upstream oil and gas development at the
> Energy and Mineral Resources Department, Priyono.
>
> Lawmakers also discussed BPH Migas' failures in the distribution of
> oil and gas in the downstream sector, particularly kerosene, as it
> was now considered scarce in the market.
>
> "We may disband the body if it proves to be failing in guaranteeing
> supply for the public, because that's its job," Batughana said.
>
> BPMigas and BPH Migas were formed as independent bodies in charge of
> regulating the oil and gas sector under the 2002 Oil and Gas Law,
> which liberalised the sector and ended state oil and gas company
> Pertamina's monopoly.
>
> The chairman and members of the two bodies are installed by the
> president with the consent of the legislative body.
>
> Tuesday's meeting was attended by oil and gas companies Pertamina,
> Royal Dutch Shell and UK-based BP. In the next meeting, the
> commission will continue the hearing by summoning other oil and gas
> companies.
>
> Originally published by The Jakarta Post website, Jakarta, in English
> 23 Jan 08.
>
> (c) 2008 BBC Monitoring Asia Pacific. Provided by ProQuest
> Information and Learning. All rights Reserved.
>
> Source: BBC Monitoring Asia Pacific
>
> __._,_.___
> Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic
> Messages | Database | Polls | Calendar
> TAHUKAH ANDA:
> - Geothermal hanya menyumbang 800MW listrik (2.5% kebutuhan listrik)
> dan hanya 4% dari 20,000 MW of geothermal potential Indonesia !
> - Potensi geothermal Indonesia 40% dari Potensi geothermal dunia !
> ________________________________
>
>
> --
> http://tempe.wordpress.com/
> No one can monopolize the truth !
>
>
> ----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
> IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct 
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss 
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
> information posted on IAGI mailing list.
>
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it 
> now.



-- 
http://tempe.wordpress.com/
No one can monopolize the truth !


----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke