Horas pak Sanggam,
Karena sejak manusia diciptakan potensi manusia utk memajukan peradaban itu 
sudah ada sekalipun orang itu agnostik/atheist. Rasionya benar2 digunakan.... 
he...he...
Selamat natal, salam dr bortob.

Gde
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Sanggam Hutabarat <shthutaba...@yahoo.com>
Date: Sat, 25 Dec 2010 20:09:56 
To: <iagi-net@iagi.or.id><iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
Dulu khususnya diabad 12-17 di barat orang2 pintar masuk universitas jurusan 
teologia, semikian juga saya kira terjadi di timur tengah (e.g zaman 
kekalifahan di baghdad). 

Sekarang diamati kalo enggak masuk itb/unpad/ui/its/... maka pilihan akhir 
masuk STT aja jadi calon pendeta. Sekarang sebagian besar PERTI dunia bermutu 
mengklaim tidak berafiliasi kepada agama tertentu (walaupun menurut sejarahnya 
didirikan/diinspirasi oleh orang2 beragama yg saleh e.g. Harvard, oxford, 
princeton,cambridge dll).dan penemu/inventor luar biasa dan hebat2 dan membawa 
berkah termasuk kebanyakan tokoh2 geologi kaliber dunia bukan orang2 
saleh/religius menurut ukuran 'kita2' bahkan agnostik atau ateis

Kenapa ya?

Salam geologi     
S.Hutabarat


On Dec 26, 2010, at 9:38, gde wirawan <gde.wira...@gmail.com> wrote:

Saya justru mendukung sosialisasi ilmu geologi ke segala arah seperti yg
dikatakan pak Saiful atau yg sudah dilakukan oleh pak Awang sehingga
blunder2 teologi tidak perlu terjadi lagi. Saya salut dgn apa yg telah
dilakukan pak Awang, paling tidak bisa menjembatani antara teologi dengan
ilmu pengetahuan. Dan bisa menjawab keberatan2 kaum skeptis serta membuka
mata lebar2 kaum fundamentalis.
Adanya IAGI net ini salah satunya (saya pikir) tujuan utamanya adalah ingin
mengembangkan keilmuan kita dibidang geologi secara khusus. Jadi ranahnya
adalah keilmuan "ilmu manusia"(dalam tanda kutip). Sedangkan "ilmu
allah"(istilah pak Chairul) mempunyai ranah yg berbeda, contoh "ilmu allah"
tidak bisa menjawab secara detail kejadian2 geologi yg terjadi. Paling2
hanya menyentuh kulit bagian luar dari ilmu alam selebihnya hanya kepandaian
sang geologist ber"retorika".
Saya akan memberi contoh hubungan "ilmu manusia" dgn "ilmu allah", sejak
manusia diciptakan telah dianugerahi kecukupan yg layak dan kelayakan yg
cukup sebagai mahkluk yg bermartabat, nah, nilai martabat inilah
gambaran 'terbatas' dari Diri Allah yg serba Maha...., sejak penciptaannya
manusia sudah memegang mandat dari atas untuk mengelola bumi ini dgn baik.
Kalau kenyataannya bumi ini rusak maka 'salah satu' faktornya adalah manusia
yg menyalahi mandat Tuhan itu-manusia yg tidak paham "ilmu allah" itu. Jadi
tidak perlu "ilmu" satu meniadakan "ilmu" lainnya atau kita berpihak pada
"ilmu" satu-menendang "ilmu" lainnya (ilmu dalam konteks ini). Tidak ada yg
salah dengan ilmu pengetahuan/geologi.

Mari kita membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan/geologi sebagai
mandat-NYA yg telah diberikan kepada kita-para geologist.
Habis!

Salam,
Gde

2010/12/24 <chairul_...@yahoo.co.id>

Bukan alergi bung. Saya sudah pernah mengalami dan merasakan menggali ilmu
geologi selama 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus. Dari hari ke hari
ilmu saya bergtambah; tapi seiring dengan itu saya merasa bertambah banyak
yg tidak saya ketahui, sampai kepada kesimpulan bhw ilmu kita ini tidak ada
apa2nya dibanding ilmu Allah. Saya hanya ingin memberikan peringatan kpd
teman2 geologists agar tidak terjebak pada hal2 yg tidak perlu didiskusikan,
yg mungkin akan menggoyahkan iman kita. Hanya itu saja.
Wass,
Chairul Nas
IAGI/468
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: gde.wira...@gmail.com
Date: Fri, 24 Dec 2010 01:40:47
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
Pencipta dgn ciptaan ya jelas beda, pak?
Allah memberikan akal budi kepada manusia untuk dipergunakan
sebaik-baiknya. Allah menyerahkan bumi ini kpd manusia supaya dikelola dgn
baik!
Ilmu geologi merupakan pemanfatan dan perkembangan akal budi manusia utk
kepentingan manusia sendiri. Lewat ilmu geologi misteri bumi bisa terungkap
walaupun belum/tidak semua. Jgn alergi dgn "ilmu manusia" ahh..! Kita ini
geologist, jangan terlalu fundamentalis lah, yeeee?
Cheers,
Gde
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: chairul_...@yahoo.co.id
Date: Fri, 24 Dec 2010 01:43:37
To: IAGI Pusat<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
Betul kata Pak Rizal. Pokoknya, jika ingin mendiskusikan ilmu dengan agama,
ada yg harus diingat: iman harus kuat dan mantap. Kalau tidak, salah2 kita
bisa jadi murtad. Dalilnya adalah: ilmu manusia manapun tidak ada apa2nya
dibanding ilmu Allah. Saya sudah menyadari benar, makin kita gali suatu ilmu
- terasa kita tak ada apa2nya, dan akhirnya meyakini betul bhw ilmu kita
memang amat sangat sedikt dibanding ilmu Allah. Masih amat banyak yang tidak
kita ketahui. Renungkanlah !!!!!!!!!!!!!
Wass,
CN
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: rizalband...@yahoo.com
Date: Fri, 24 Dec 2010 01:01:55
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
Kalau pak Awang mengunakan. Referensi dari Al Qur'an sangat banyak
menceritakan tentang bencana ini. A.l. Bencana datang adalah akibat
perbuatan / ulah tangan manusia manusia seperti banjir (banyak lagi yg
lain),  Tidak satupun kejadian dimuka bumi ini lepas dari kehendak Allah
Yang Maha Kuasa, Sesungguhnya bencana itu datang akan membeda manusia mana
yg mukmin dan mana yg kafir, Tidak akan beriman seseorang hamba apabila dia
tidak diujin dan seterusnya. Masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur'an
menjelaskan tentang hal itu. Demikian sekedar sharing informasi. Tks.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: Fri, 24 Dec 2010 08:48:56
To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>;
Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Forum HAGI<
fo...@hagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
Hari Sabtu minggu yang lalu, saya hadir di sebuah gereja di wilayah Cibubur
dalam sebuah diskusi panel berjudul "bencana alam: fenomena alam atau
hukuman Tuhan?". Diskusi dihadiri oleh lima orang pendeta, beberapa orang
relawan dan penggiat LSM bencana, dan sekitar 30 orang warga gereja
setempat.

Diskusi ini diadakan dalam rangka pembahasan "teologi kebencanaan" oleh PGI
(persekutuan gereja-gereja di Indonesia) sebagai upaya menjawab pertanyaan
di masyarakat yang senantiasa merasa atau bertanya apakah bencana merupakan
hukuman Tuhan.

Setelah kebaktian singkat yang dipimpin oleh seorang pendeta, saya diminta
mempresentasikan materi yang telah saya siapkan, berjudul sama dengan tema
diskusi panel, "bencana alam: fenomena alam atau hukuman Tuhan?". Materi
yang saya bawakan terbagi menjadi tiga bagian: hakikat bencana, geologi dan
bencana alam di Indonesia, bencana alam: fenomena alam atau hukuman Tuhan?
Bencana yang dibahas terutama yang berhubungan dengan proses-proses geologi
yang sering terjadi di Indonesia, yaitu gempa, tsunami, erupsi gunungapi.
Para pendeta dan peserta diskusi panel, hari itu belajar tentang planet
Bumi, tektonik lempeng, mekanisme gempa-tsunami-erupsi gunungapi.

Setelah melakukan presentasi sekitar 1,5 jam menayangkan 65 slides,
dimulailah sesi tanya jawab menyangkut geologi, filosofi dan teologi
kebencanaan. Saya ingin ceritakan beberapa tanya jawab menyangkut hakikat
kebencanaan dari segi filosofi dan teologi. Beberapa di antaranya adalah
seperti di bawah ini.

(1) Pertanyaan mendasar pertama datang dari seorang pendeta, apakah itu
hukum alam, apakah itu hukum TUHAN, kapan TUHAN menggunakan hukum alam untuk
menyatakan maksudnya, apakah TUHAN hanya "menumpang" hukum alam untuk
menyatakan maksudNya, apakah alam itu beritme?

Saya menjawab, sejak zaman Galileo, ilmu tentang alam semesta didasarkan
pada ketiga postulat: (1) adanya hukum-hukum universal yang bersifat
matematik, (2) penemuan hukum-hukum yang terjadi melalui eksperimentasi
ilmiah, (3) data-data eksperimen yang bisa diulang-ulangi  dengan hasil yang
sama, sehingga setiap fenomena alam punya tingkat prediktibilitas - itulah
hukum alam. Tuhan telah memberikan kepada manusia sebuah dunia yang tertib
(Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta, kata Einstein), atau alam
semesta yang bernalar kata Paul Davies-ahli fisika penulis buku-buku sains,
yang menjadikan dunia ini nyaman dihuni (misalnya ada jaminan bahwa matahari
tidak tiba-tiba menghilang).

Dunia yang dapat dihuni ini adalah fakta bahwa hukum-hukum alam bisa
diandalkan, dan selalu bekerja dengan cara yang sama. Proses-proses geologi
pun tidak terjadi sembarangan, mereka mengikuti aturan-aturan, hukum-hukum,
yang diketahui berdasarkan penyelidikan dan penelitian sekian lama, dan
setiap proses itu punya nilai prediktibilitas baik ke masa lalu (key to the
past) maupun ke masa depan (key to the future). Proses-proses geologi adalah
hukum alam. Sebab bagi orang percaya bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam
semesta, maka hukum-hukum alam yang mengatur jalannya alam semesta adalah
juga hukum-hukum Tuhan. Tuhan menggunakan hukum alam yang diciptakanNya
sesuai kehendakNya, dan Dia tidak pernah "menumpang" kepada hukum alam,
sebab hukum alam adalah hukum Tuhan, milikNya sendiri. Alam memang beritme,
bersiklus, yang terjadi sepanjang sejarah Bumi, sepanjang zaman-zaman
geologi.

(2) Seorang pendeta berpendapat bahwa proses-proses geologi hanyalah
mengikuti hukum kekekalan massa, kekekalan energi dan kesetimbangan, dan
bahwa sesungguhnya tak adalah yang namanya bencana itu secara proses
geologi. Bencana, menurutnya hanyalah pandangan antroposentrisme, bukan
pandangan geologi.

Saya membenarkannya. Betul, seperti kata Gordon Oakeshott(1972 dalam sebuah
buku 'Man and His Physical Envionment'), "There are no a geologic hazards
without people. Geologic hazards are merely normal geologic processes or
events until man gets in the way; then the processes or events become
hazards". Saya menambahkan bahwa yang terasa sebagai "bencana" itu hanyalah
relatif untuk segolongan korban pada saat itu. Pada periode lain, proses
geologi yang menjadi "bencana" itu ternyata membawa berkat juga. Hujan pasir
dan abu volkanik serta terjangan awan panas menjadi bencana buat segolongan
orang pada suatu masa. Pada masa lain semua pasir dan abu volkanik hasil
letusan itu kemudian bisa menjadi sumber nafkah segolongan orang pada masa
berikutnya yang melakukan penambangan pasir. Benturan meteorit di Afrika
Selatan tentu menjadi bencana katastrofik pada suatu masa ketika ia jatuh,
tetapi pada masa lain ternyata sebuah teori mengatakan bahwa meteorit itu
bisa menjadi tambang intan. Maka bencana itu relatif, proses geologi
hanyalah proses geologi, ia menjadi bencana saat bersentuhan dengan manusia,
dan ketika kita memandangnya secara antroposentris.

(3) Seorang peserta diskusi menanyakan sebuah pertanyaan, mengapa Tuhan
yang baik membiarkan bencana yang buruk terjadi. Apakah doa-doa, akan
membebaskan Indonesia dari bencana ?

Saya menjawab, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan terkenal yang biasa
muncul di buku-buku ateisme. Silogisme ateis menyebutkan: kalau Tuhan
mahabaik, Ia akan hancurkan kejahatan. Kalau Tuhan mahakuasa, Ia dapat
menghancurkan kejahatan. Tetapi kita melihat kejahatan ada terus dan mungkin
semakin jahat, maka kalau begitu tak ada Tuhan sebab kejahatan meraja lela.
"Si Deus est, unde malum?" - Kalau Tuhan ada, mengapa ada kejahatan? David
Hume, filsuf dari abad ke-18 menulis, " Adakah Allah bermaksud mencegah
kejahatan tetapi tidak sanggup? Maka itu berarti Dia tidak berkuasa.
'Problem of evil' (termasuk 'kejahatan' alam dalam rupa bencana)
sesungguhnya telah menjadi argumen klasik sejak zaman Epikurus (341-270 SM)
yang menanyakan keadilan dan kasih sayang Tuhan di mana ketika kejahatan
meraja lela. Akhirnya ini mengarah ke keberadaan Tuhan sendiri. Tulis
Epikurus, "Tuhan ingin menyingkirkan kejahatan, tetapi Ia tak mampu, atau Ia
mampu, tetapi tidak
mau, atau Dia tak mau dan tak mampu. Kalau Tuhan mau tetapi tak mampu,
maka Ia Tuhan yang lemah. Kalau Tuhan tak mau dan juga tak mampu, maka Ia
Tuhan yang dengki dan lemah, jadi bukanlah Tuhan.

Bagi seorang ateis, begitu banyaknya kejahatan dan penderitaan manusia
telah menjadi argumen tangguh untuk ateisme. Adanya kejahatan dan
penderitaan merupakan sebab utama keragu-raguan iman dan pemberontakan
melawan Allah. Thomas Aquinas merumuskan pandangan ateisme itu, "Seandainya
Allah ada, tidak akan ada satu tempat pun di mana kejahatan ditemukan.
Padahal kejahatan ditemukan di dunia. Maka Allah tidak ada.

Bagi orang yang beragama, Tuhan berada di balik setiap peristiwa. Tak ada
peristiwa akan terjadi tanpa kehendakNya. Louis Leahy dan Budhy
Munawar-Rachman (STF Driyarkara) menulis bahwa pendapat seperti itu akan
mengarah kepada Tuhan yang sewenang-wenang. Mengapa sekumpulan orang yang
tak bersalah mati karena bencana, sementara sekumpulan orang lain tidak.
Jadi, Tuhan tidak selalu ada di balik setiap peristiwa. Mereka menulis bahwa
sebenarnya dalam setiap kejadian belum tentu kita dapat menemukan pesan
sebab memang tak ada pesan apa-apa. Tidak ada alasan mengapa sekumpulan
orang ini kena musibah, sementara yang lain tidak. Peristiwa-peristiwa
bencana tidak mencerminkan pilihan Tuhan, itu peristiwa-peristiwa yang
terjadi begitu saja. Segala bentuk bencana bukanlah kehendak Tuhan, demikian
Leahy dan Munawar-Rachman berpendapat dalam artikel "Tuhan dan Masalah
Penderitaan" (Kanisius, 2008).

Tetapi, berbeda dari pandangan Leahy dan Munawar-Rachman (2008) ada
beberapa bencana yang memang dikehendaki Tuhan, dan Tuhan berada di balik
peristiwa itu, yaitu pembinasaan Sodom dan Gomora yang dikisahkan dalam
kitab-kitab suci (Alkitab, Kejadian 19: 15, 24 - Al Qur-an, Surat Huud : 76,
82) yang dalam penafsiran saya disebabkan oleh gempa katastrofik dan letusan
gunung garam yang mengandung aspal, minyak, ter dan belerang serta kedua
kota mengalami likuifaksi ke bawah Laut Mati (lihat abstrak makalah tentang
ini di bawah). Terhadap hal-hal ini, ada pelajaran bahwa semua bencana
adalah fenomena alam, tetapi sebagian bencana bisa merupakan sarana
penghukuman Tuhan.

Tuhan telah memberikan kepada manusia sebuah dunia yang tertib, yang
menjadikan dunia ini nyaman dihuni. Dunia yang dapat dihuni ini adalah fakta
bahwa hukum-hukum alam bisa diandalkan, dan selalu bekerja dengan cara yang
sama. Tetapi ada juga yang perlu disadari dari fakta hukum alam ini adalah,
bahwa hukum alam bukan hanya memberi kesan keteraturan saja, tetapi juga
dari hukum yang sama, bisa terjadi bencana bagi manusia. Hukum alam berupa
gravitasi misalnya, membuat kita hidup, tetapi hukum alam yang sama bisa
menyebabkan jembatan atau gedung runtuh. Kita tidak bisa hidup tanpa
hukum-hukum alam, tetapi hidup dengan hukum alam berarti kita juga
dikelilingi begitu banyak bahaya yang menyebabkan penderitaan.

Kesimpulannya, hukum alam netral, ia bisa terasa baik atau jahat. Hukum
alam tidak bersifat baik atau jahat, ia hanya tak peduli, berlaku sama bagi
semua orang. Hukum alam tidak mengenal perkecualian, ia tidak membedakan
suku bangsa, agama, golongan, bisa melanda siapa pun, orang jahat atau baik.

Indonesia, selama ia duduk di atas lempeng-lmpeng yang saling bertubrukan,
di area tepi-tepi tubrukan atau papasan lempeng itulah selalu akan ada
proses-proses gempa, tsunami dan erupsi gunungapi yang bisa jadi bencana
kala bersentuhan dengan manusia. Doa-doa barangkali tak akan membebaskan
Indonesia dari bencana itu sebab itu hukum alam, hukum Tuhan. Tetapi doa
barangkali bisa membuat manusia diberikan akal budi untuk menghindari
bencana atau berkawan hidup di tengah bencana.

Demikian sedikit ulasan.  Beberapa kesimpulan saya terkait hal ini:

1.      Karena kondisi geologinya yang merupakan wilayah pertemuan antara
tiga lempeng besar, Indonesia adalah wilayah yang paling rawan
gempa-tsunami-erupsi gunungapi di dunia.

2.      Secara geologi,  gempa-tsunami-erupsi gunungapi adalah proses alam
biasa karena kesetimbangan gaya  dan kekekalan energi.

3.      Bencana alam gempa-tsunami-erupsi gunungapi adalah fenomena alam,
yang dapat digunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya atau melakukan
penghukuman.

4. Bencana-bencana alam di Indonesia hanyalah proses geologi biasa,
fenomena alam, yang bisa menjadi bencana kala bersentuhan dengan manusia,
apakah itu hukuman Tuhan, susah menjawabnya tetapi dari sejarah, bukan suatu
kemustahilan kalau Tuhan mau menggunakan proses-proses geologi untuk
menyampaikan maksudnya.

Salam,
Awang


LAMPIRAN
------------------------------------------------
PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition

“KIAMAT” 2000 SM DI SODOM DAN GOMORA:
KETIKA TUHAN MENGGERAKKAN RETAKAN GEOLOGI LAUT MATI

Awang Harun Satyana (BPMIGAS) Jakarta

SARI

Kitab Suci Agama Kristen dan Islam mencatat pembinasaan kota-kota Sodom dan
Gomora oleh hukuman Tuhan. “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api
atas Sodom dan Gomora...dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu...asap
dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur
peleburan.” (Kitab Kejadian 19 : 24-28). “Maka tatkala datang azab Kami,
Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah... dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi.” (Surat Huud : 82).

Penelitian-penelitian arkeologi dan geologi yang telah dilakukan sejak
tahun 1920-an di wilayah Laut Mati menemukan bahwa bekas-bekas kota Sodom
dan Gomora paling mungkin terletak di tepi tenggara Laut Mati, yaitu dua
kota yang di dalam arkeologi dikenal sebagai Bab edh-Dhra (Sodom) dan
Numeira (Gomora). Di kedua kota itu ditemukan banyak artefak dan rangka
manusia yang menunjukkan bekas kejadian bencana pada sekitar tahun 2000 SM.

Laut Mati menempati bagian utara jalur Lembah Retakan Besar (Great Rift
Valley) yang memanjang dari Mozambik (Afrika Tenggara) sampai Siria (Asia
Baratdaya) sepanjang 4830 km menghubungkan lembah-lembah retakan: East
African Rift Valley-Laut Merah-Teluk Aqaba-Laut Mati-Sungai Yordan-
Danau Galilea. Retakan Laut Mati merupakan transform boundary yang aktif
bergerak antara Lempeng Arabia dan Sub-Lempeng Sinai. Laut Mati merupakan
pull-apart basin yang dibentuk oleh tarikan transtensional dua sesar
mendatar mengiri (sinistral-transtensional duplex) Sesar Yudea dan Sesar
Moab.

Sodom dan Gomora terletak di atas Sesar Moab. Laut Mati dicirikan oleh
endapan elisional, kegempaan yang tinggi, fenomena diapir, gunung garam dan
gunung lumpur, serta akumulasi hidrokarbon (aspal dan bitumen) dengan kadar
belerang tinggi.

Pembinasaan Sodom dan Gomora diinterpretasikan terjadi melalui bencana
geologi dengan urutan : (1) pergerakan Sesar Moab, (2) gempa dengan
magnitude 7,0+ yang menghancurkan kota-kota dan sekitarnya serta likuifaksi
yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota, (3) erupsi gunung garam dan
gunung lumpur yang meletuskan halit, anhidrit, batu-batuan, lumpur, aspal,
bitumen, dan belerang,(4) kebakaran kota-kota dan sekitarnya karena material
hidrokarbon yang diletuskan terbakar sehingga
menjadi hujan api dan belerang. Bencana katastrofik ini telah meratakan
Sodom dan Gomora dan menewaskan seluruh penduduknya kecuali Lot/Luth dan dua
putrinya.

Api dari langit yang menghujani Sodom dan Gomora bukan fenomena astroblem
(seperti meteor), melainkan fenomena katastrofi (malapetaka) geologi berupa
aspal dan bitumen yang terbakar serta belerang yang berasal dari letusan
gunung garam dan gunung lumpur.





--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010

-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
information posted on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------






--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke