Pak Rimbawan,
 
Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa komodo 
mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar, sehingga di 
tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti yang saya 
tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar komodo ini.
 
Komodo (Varanus komodoensis) baru terbuka kepada dunia ilmu pengetahuan pada 
tahun 1912 ditandai dengan munculnya deskripsi fauna ini dalam sebuah jurnal 
ilmu pengetahuan oleh Ouwens seorang penelitti di Kebun Raya Bogor. 
Deskripsinya itu didasarkan atas penemuan komodo untuk pertama kalinya (bagi 
dunia barat mestinya) oleh seorang tentara Belanda yang ditugaskan di Flores 
pada tahun 1910. Kini komodo hidup di beberapa pulau kecil yang terletak antara 
Sumbawa dan Flores, yaitu: Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang dan Flores 
bagian barat dan utara.
 
Seekor komodo dewasa yang tumbuh maksimum dapat mencapai panjang hampir 3 meter 
dan berat 70-90 kg. Komodo adalah kadal/biawak terbesar di dunia. Bahwa komodo 
berasal dari fauna yang lebih besar lagi, pernah diduga, yaitu berasal dari 
kadal/biawak raksasa berukuran 7 meter, berat 650 kg, yang pada 30.000 tahun 
lalu berkeliaran  di Australia bagian timur, yaitu Megalania prisca. Tetapi, 
para peneliti menganggap komodo-komodo yang ditemukan di pulau2 sebelah barat 
Flores, adalah berasal dari Flores.
 
Apakah komodo produk gigantisme dari biawak atau produk dwarfism dari Megalania 
Australia belum diketahui dengan jelas. MacKinnon (1986) mengatakan komodo2 di 
pulau2 kecil di sebelah barat Flores berasal dari Flores pada waktu Plistosen, 
atau produk gigantisme dari biawak2 yang banyak ditemukan di kawasan 
Australasia atau Oriental (Asiatik), di luar wilayah Wallacea, biawak ini 
mengalami gigantisme di wilayah Wallacea. Pendapat lain yang mungkin juga, 
adalah justru komodo produk dwarfism dari Megalania prisca yang hidup di 
Australia bagian timur (Ciofi, 1997). Langkanya fosil2 Megalania dalam jalur 
migrasi dari Australia ke Flores merupakan faktor yang menyulitkan pendapat 
ini, di samping genus yang berbeda antara Varanus (komodo) dan Megalania.

Apa pun itu, daerah Wallacea di Indonesia bagian tengah mengakomodasi baik 
dwarfism maupun gigantism, berlaku bagi spesies fauna maupun hominid.

salam,
Awang

--- Pada Kam, 15/9/11, rimbawan prathidina <rimbawanprathid...@gmail.com> 
menulis:


Dari: rimbawan prathidina <rimbawanprathid...@gmail.com>
Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 1:30 PM


Pak Awang

Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di National 
Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran nya 
sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo tersebut 
terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran binatang 
buruan)  makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti saat ini. 
Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil - fosil komodo 
purba.

salam
Rimbawan


2011/9/15 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>

Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists yang 
mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint Convention 
Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat 
unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah wilayah 
benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus merupakan 
wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan biologi ini 
'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan sebab-akibat.  Fenomena 
ini bukan barang baru, tetapi saya ingin mengangkatnya lagi menggunakan 
analisis dan sintesis baru dalam rangka menghargai sebuah pulau unik di 
Indonesia dalam sebuah makalah yang akan dipresentasikan di JCM 
berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - Geologic Controls on 
Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga kita makin menghargai 
bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit ini. Abstrak makalahnya 
ada
 di
 bawah tulisan ini.

Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama 
wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah 
barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis 
Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna Asiatik, 
sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. Secara geologi 
tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda Land dan Sahul Land. 
Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua dunia fauna Asiatik dan 
Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu berasal dari Alfred Russel 
Wallace, naturalist  Inggris yang menjelajah alam Indonesia selama delapan 
tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah daerah yang sangat rumit dalam 
geologi Indonesia, banyak mikrokontinen, sliver, oceanic plateaux,  ofiolit, 
baik secara in-situ maupun ex-situ yang berasal dari berbagai area asal 
dipindahkan ke sini. Laut-laut paling dalam Indonesia dan
 pembusuran (arching) Banda terjadi  di sini juga. Endemisme fauna Indonesia 
paling tinggi berasal dari daerah Wallacea, sebut saja misalnya keberadaan 
komodo, babirusa, anoa, dan maleo; yang berasal dan hidup hanya di daerah 
Wallacea, tidak ada di bagian dunia yang lain.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang gagasan terkenal 
dalam dunia paleontologi vertebrata/mamalia Indonesia berasal dari D.A. Hooijer 
(1957, 1967), ahli paleontologi vertebrata berkebangsaan Belanda yang pernah 
bekerja di Indonesia, yang konsepnya bernama "Stegoland". Hooijer menemukan 
fosil-fosil gajah kerdil Stegodon di berbagai pulau di Indonesia (Sangihe, 
Sulawesi, Jawa, Flores, Sumba, Timor). Bagaimana Stegodon yang berumur Pliosen 
Akhir-Plistosen Awal ini (1,2-1,0 Ma) ditemukan di berbagai pulau tersebut yang 
sekarang terpisah cukup jauh satu sama lain? Hooijer berpendapat bahwa dahulu 
Nusa Tenggara-Jawa-Sulawesi dihubungkan oleh suatu jembatan daratan yang 
disebutnya "Stegoland", di sepanjang jembatan daratan itulah Stegodon berjalan. 
Lalu karena aktivitas tektonik dan fluktuasi muka laut pada Plistosen, jembatan 
ini tenggelam. Konsep Hooijer ini mendapat tantangan dari beberapa ahli 
paleontologi yang datang lebih kemudian,
 misalnya Gert van den Bergh (yang juga beberapa kali berkarya di Indonesia). 
Gert yang belum lama ini (2009) membantu Tim Paleontologi Vertebrata Badan 
Geologi dalam penelitian penemuan gajah purba di Blora menyebutkan bahwa konsep 
Hooijer tak bisa diterima, gajah-gajah itu berenang, bukan berjalan melalui 
jembatan daratan. Begitulah Stegoland, setiap konsep yang diajukan, ada yang 
mendukungnya (pro) tetapi selalu ada juga yang menentangnya (kontra).

Dalam makalah saya, saya memuat model paleogeografi Sulawesi dan sekitarnya 
yang dibuat oleh Moss dan Wilson (1998) serta fluktuasi muka laut di 
pulau-pulau Indonesia Timur dari Tjia (1996) pada Pliosen-Holosen, lalu 
menggunakannya untuk meneliti konsep Hooijer (1957) tentang Stegoland. Beberapa 
citra satelit yang dalam zaman Hooijer (1957) belum ada, saya lihat juga untuk 
memeriksa adakah jembatan daratan antara 
Timor-Sumba-Flores-Jawa-Sulawesi-Sangihe pada sekitar Pliosen-Plistosen - 
Holosen. Dari model-model dan data satelit itu dapat diketahui bahwa 
kemungkinan jembatan seperti yang dimaksud Hooijer (1957) kelihatannya ada 
walaupun memang sekarang sudah tenggelam. Dari model ini, bisa diduga pola 
migrasi Stegodon di sepanjang Stegoland, kalau kita meyakininya ada.

Wilayah penemuan fosil-fosil Stegodon atau spesies sejenisnya (Stegoloxodon 
celebensis, Fachroel Aziz dkk, 2009) di Sulawesi terjadi di Lembah Walanae, 
Sulawesi Selatan. Dan, ini bisa dipahami kalau melihat peta paleogeografi dari 
Tjia (1996) atau Moss dan Wilson (1998). Ada jembatan daratan pada Plistosen 
Awal dari Jawa timurlaut ke Sulawesi Selatan. Jawa sendiri saat itu bergabung 
menjadi satu dengan Kalimantan dan Sumatra sebagai Sunda Land. Dari Jawa ada 
jembatan daratan ke timur ke sepanjang Nusa Tenggara dan ke timurlaut ke 
Sulawesi. Dalam kondisi tersebut, dapatlah berlaku prinsip island biogeography 
(teori biogeografi pulau) yang dua komponennya adalah: island dwarfism 
(pengerdilan di pulau) dan island gigantism (peraksasaan di pulau). Secara 
sederhana, islad dwarfism mengatakan bahwa hewan besar dari wilayah induk yang 
pindah ke pulau lebih kecil akan mengalami pengerdilan karena keterbatasan 
makanan dan ruang gerak; sementara itu hewan-hewan
 kecil di pulau itu lalu akan membesar (island gigantism) karena ketiadaan 
pemangsa. Kedua komponen ini telah dipenuhi secara memuaskan di Flores dan 
sekitarnya. Homo floresiensis, jenis hominid kerdil yang ditemukan di Flores 
pada tahun 2004 adalah produk island dwarfism Homo ngandongensis yang 
bermigrasi ke sana, sementara komodo di sekitarnya adalah produk gigantisme 
kadal. Kemudian pulau-pulau ini terisolasi, sehingga membatasi aliran gen 
(genetic drift) yang akan mengganggu endemismenya. Maka Stegodon di Flores, 
Sumba, Timor, Walanae, dan Sangihe mungkin adalah produk genetic drift dari 
gajah besar Asia (Siwalik-India) dari Jawa dan Kalimantan melalui jembatan 
daratan Stegoland lalu mengalami pengerdilan di pulau baru yang ditempati yang 
lebih kecil dan terisolasi. Pengerdilan juga terjadi atas kerbau dari 
Jawa/Kalimantan yang menjadi anoa di Sulawesi.

Demikian, Sulawesi adalah tempat ideal untuk menguji: plate tectonics, 
amalgamation of terranes by collision, collision of faunal worlds, genetic 
drift and island dwarfism.

Salam,
Awang

LAMPIRAN

PROCEEDINGS JCM MAKASSAR 2011
The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition

SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED -
GEOLOGIC CONTROLS ON BIOGEOGRAPHIC WALLACE'S LINE

Awang Harun Satyana (BPMIGAS, Jakarta)

ABSTRACT

"Wallace's Line", line of dividing faunal distribution in central Indonesia, 
came into being in 1863 and was named after Alfred Russel Wallace, the great 
English naturalist travelled Indonesian islands from 1854-1862. This was all 
biologic line but since the beginning, Wallace thought that the line could have 
geologic background. Currently, it is known that the position of the line is 
geologically-dependent, a result of plate tectonic movements. The Wallace's 
Line separates the Oriental (Asian) and the Australian fauna and flora. 
Original Wallace's Line ran between Bali and Lombok, extending between Borneo/ 
Kalimantan and Sulawesi, and between Philippines and Indonesia. The revised 
Wallace Line (1910) lies more eastward than the original line to the east of 
Sulawesi.

Two faunal assemblages from Asian and Australian worlds meet in Sulawesi side 
by side with the endemic faunas of Sulawesi. Two faunal worlds, meeting in 
Sulawesi was controlled by geologic processes. Two "geologic worlds" of 
Sundaland (Asian) and Australian crustal masses/ microcontinents collided in 
Miocene to Pliocene making Sulawesi and adjacent islands. Living creatures are 
passive passengers on drifted microcontinents. When the microcontinents 
collided, the faunal and floral assemblages from two areas met. The Miocene to 
Pliocene collision of Australian microcontinents with Sundaland from 20-5 Ma, 
occurred in the region of Wallace's Line. The collision brought two originally 
separate faunas and floras into direct contact, ultimately giving rise to the 
present-day distribution of plants and animals.

It is observed that in Sulawesi there were four types of geologic events could 
have significant biogeographic consequences, called here as: (1) longitudinal 
displacement, (2) land connections and sea barriers, (3) sea level history and 
speciation and (4) island dwarfism.


--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke