Du cina, setiap investor pertama kali ketemu dengan menristek, bukan 
bapepam(penanaman modal asing). Di menristek dijelaskan kekutan dn kekurangan 
cina. Penanam modal HARUS mau menambah dan memperbaiki kerkurangan dlm segala 
hal, dan membangun sarana teknologi yang nantinya dilayani dan dibuat oleh 
engineer maupun ekonoom cina. Tanpa ada kesanggupan itu, dipersilahkan keluar 
dari cina. Termasuk menyekolahkan tenaga ahli cina dll.
Lha kalau kita, bilang aleh teknologi tidak ada, alih administrasi tidak jalan, 
kita hanya menyediakan "buruh" untuk bekerja buat modal asing, dan semua aturan 
yang dibuat untuk keuntungan asing/pemilik modal.
Entah kenapa kita nurut saja.
Mungkin sdh dari awalnya Indonesia kalah janji, bahwa minyak bagian dari usa, 
kebun punya blanda n inggris, listrik dan air milik perancis (semua pemrakarsa 
pbb yang punya hak veto)
Begitu apa yang saya dengar dari pengamat sejarah NKRI. Sudah kalah dari awal, 
jangan harap ada trAnsfer ilmu n teknologi, kecuali ilmu sebagai "buruh".
Salam. 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: mufar...@gmail.com
Date: Tue, 18 Sep 2012 16:48:04 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Fw: [IATMI-ME] Pernyataan Wamen ESDM Tentang 
Pertamina dan terkait Blok Mahakam
Gatel juga pengen komen. 
Wajar saja pakdhe wong RR itu bukan pemain langsung. 

Tapi ya anggap sebagai masukan. Harus diakui juga dong kalo dari teknikal kita 
mumpuni, profesional migas/tambang kita ada dimana mana dipelosok dunia. Tapi 
kurang alias lemah dalam kemampuan manajerial, susah utk tegas, KKN or budaya 
pertemanan kuat, mental terjajah masih sangat kental, ambil keputusan susah, 
mencla mencle,  Ini yg perlu dibenahi. 
Urusan lobi/negosiasi juga kurang, posisi tawar negara dalam G2G juga lemah 
(masih segar ingatan gagalnya nego jualan gas jaman Mega). 

Tapi ya ini jangan dianggap halangan, kita bisa kok, tentu sudah banyak 
profesional Indo yg masuk posisi kunci di KPS masing-masing, ini satu jalan 
saya kira utk pendidikan di level atas (pembuat kebijakan). 

Satu kekurangan lain disisi teknologi ya bisa dibeli atau sewa jasa/servis dan 
alih teknologi, tekan KPS besar utk bikin study center di Indonesia, jangan 
apa-apa dibawa ke headquarter diluar sono. Contoh di China, mereka punya 
research center besar yg awalnya sumbangan dari Major PSC, skrg sudah jalan 
sendiri dan jadi acuan kumpeni lain dalam chemical/thermal EOR etc. 

Saya sih husnudzon saja dengan RR, liat sisi positifnya, kalo kritiknya bener 
atau setengah bener ya benahi apa yg salah dan buktikan kita bisa. Gitu aja kok 
refot 

Salam
Razi 2708 


Sent from my BlackBerry® smartphone from Omantel.

-----Original Message-----
From: rakhmadi avianto <rakhmadi.avia...@gmail.com>
Date: Tue, 18 Sep 2012 18:59:29 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Fw: [IATMI-ME] Pernyataan Wamen ESDM Tentang
 Pertamina dan terkait Blok Mahakam
Wah ini denial ya, setelah bikin statement yg tidak populer. Yg beginian
ini kan bukan porsi IATMI aja tapi lebih ke studi yg terintegrasi. Masalah
production decline yg terjun bebas itu apa masalah? Kalau itu masalah maka
secara rasional Total dan Inpex akan let Pertamina untuk operate tapi yg
mereka lihat tidak seperti itu. Buktinya yg 10% PI aja Total dan Inpex mau
ambil dari share yg 51%. Quovadis Tuan I just do not get it.
Masalah undrill prospects and leads tentu masih menarik, kalau tidak
menarik tentu tidak akan invest, apalagi Total inpex mempunyai lokasi WK yg
sangat bagus secara reservoir dan petroleum system, dimana blok Mahakam ini
secara explorasi masuk the most wanted exploration area.
Mengenai modal ini saya kira ga masalah buat WK Mahakam

Masih kecewa
Avi
 On Sep 18, 2012 6:43 PM, "Amir Al Amin" <amir.al.a...@gmail.com> wrote:

> intinya pertamina dianggap tidak bisa cari modal.
> apa benar? ? seberapa besar sebenarnya modal itu?
>
> 1. sudah pernah cari utang, tapi ditolak, kendalanya apa?
> 2. belum pernah cari, tapi udah ngeri duluan.
> 3. malas cari, mendingan main aman aja.
>
> pemerintah kan pintar kalau ngutang.
> masak tak bisa menularkan ilmunya ke pertamina?
>
>
>
> 2012/9/18 Joko Sosiawan Trikukh <joko_sosiawan_triku...@yahoo.com>
>
>>  FYI
>>
>>
>>  ----- Forwarded Message -----
>> *From:* Morry Infra <morry.in...@gmail.com>
>> *To:* iatmi...@googlegroups.com
>> *Cc:* Muhammad Napoleon Ghozali <ghoz...@qp.com.qa>
>> *Sent:* Tuesday, 18 September 2012, 10:44
>> *Subject:* Re: [IATMI-ME] Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan
>> terkait Blok Mahakam
>>
>>  Pak Napoleon... tolong di-broadcast tanggapan Pak Wamen ini...
>>
>> Semoga menghilangkan ke"suudzon"-an kita masing2 kalau ada.
>>
>> Salam,
>> Morry Infra
>> ---------- Forwarded message ----------
>> From: *Rudi Rubiandini* <rrratm_2...@yahoo.co.id>
>> Date: 2012/9/14
>> Subject: Re: Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait Blok
>> Mahakam
>>
>> Temens,
>>
>> Membaca komentar  di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum
>> sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
>> seseorang yang dia pantas "cemburui".
>>
>> Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa kita ini sangat bervariasi masa
>> lalunya, kecenderungan untuk "melihat" SIAPA bukan APA yang dibicarakan
>> masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
>> terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
>> membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.
>>
>> Saya masih percaya bahwa :
>> 1. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun
>> di negeri Indonesia yang merdeka ini.
>> 2. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara
>> adalah berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak
>> selalu baik pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka
>> pendek), tidak juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja kita
>> punya beberapa BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan
>> pertamina as it is.
>> 3. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang
>> menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal.
>> 4. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan,
>> terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir dan
>> data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan "data kunci"
>> dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat
>> fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan Siak
>> yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan
>> Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa
>> kontraknya dalam waktu dekat ini ?
>>
>> Maka pelajarannya :
>> 1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft
>> landing, sebelum kontrak berakhir pertamina "berkorban" masuk kedalam
>> system BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis tinggal
>> take off dengan enak.
>> 2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena
>> berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban
>> negara, karena produksinya turun diakhir kontrak dan lambat diawal kontrak.
>> 3. Kasus BOB-BSP terlalu dominan kedaerahannya mengalahkan Pertamina
>> sehingga sistem manajemennya tidak bisa lari.
>> 4. Kasus Cepu yang sudah mundur lebih dari 4 tahun dari rencana, berapa
>> banyak kesempatan negara untuk mendapatkan revenue hilang selama 4 tahun
>> tsb, karena Pertamina (BUMN) bukan sebagai operator dan bagian daerah
>> tergadaikan pada pemodal asing.
>>
>> Maka beberapa skenario yang menguntungkan negara harus diambil dalam
>> kasus Mahakan, antara lain pilihan :
>> 1. Bila punya uang, Lakukan seperti PHE-ONWJ saat ini, sehingga ada waktu
>> 5 tahun sebelum menjadi Operator. Setelah 2017 Pertamina pemilik 100%,
>> karena pemerintah punya kewenangan untuk memberikan kepada BUMN.
>> 2. Bila TIDAK punya uang, Kerjasama dg operator lama dengan dominasi
>> share di BUMN sejak kontrak habis 2017, beri waktu 5 tahun kontraktor asing
>> untuk mengoperasikan maka sisa kontraknya bisa BUMN yang mengoperasikan.
>>
>> Perkembangan yang saya tahu adalah :
>> 1. TEPI dengan Pertamina sudah menjalin hubungan B2B yang harmonis, dan
>> memilih versi-2, dimana Domestik dapet 51% dan asing 49%, sehingga
>> Pertamina 51%, kemudian Total 24,5% serta Inpex 24,5%.
>> 2. Karena muncul daerah harus dapet 10%, maka total/inpex beranggapan
>> termasuk dalam domestik, sehingga pertamina 41%, daerah10% karena sesama
>> domestik. sedangkan pertamina meminta yang daerah dianggap beban baru
>> sehingga harus dibagi dua, yaitu menjadi Pertamina 46%, total 22%, inpex
>> 22%, daerah 10%. permasalahan ini belum tuntas sedang dilakukan Negosiasi.
>> 3. Karena saat kontrak berakhir seluruh fasilitas milik negara, bisa saja
>> Negara menghibahkan kepada Pertamina dan daerah sehingga akan sangat ringan
>> atau malah gratis dalam permodalan, sedangkan total/inpex tentunya harus
>> memasukan modal segar.
>>
>> Tiba-tiba humas pertamina "berkoar" siap mengambil alih 100% blok mahakam
>> saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Maka wartawan bereaksi, yang
>> tentunya harus saya jawab :
>> 1. Pertamina jangan jalan sendiri, sebaiknya bergandengn dengan
>> kontraktor lama (kita sudah pilih versi-2 karena keterbatsan modal).
>> 2. kalau hanya mengoperasikan lapangan lama yang sekarang sudah mulai
>> terjun bebas produksinya, maka bagaimana mungkin negara bisa diuntungkan
>> dengan harapan naiknya produksi ?  maka prospek lapangan baru dan lead baru
>> yang ada di saku KKKS harus bisa dimanfaatkan negara dengan mengawinkan
>> pertamina dengan operator lama, karena kita akan sangat sulit mendapat data
>> (benar-benar usefull) untuk pengembangan lead baru tersebut. Namun
>> sebaliknya bila sudah ada kepastian maka sisa 5 tahun bisa langsung dipakai
>> untuk memulai lead baru tersebut dikembangkan.
>> Kalau kita berbicara fakta, tinggalkan dalam fikiran kita bahwa dengan
>> peraturan dan orang di pemerintahan kita bisa"mendapatkan" data penting
>> dimaksud, mungkin jumlahnya tidak sampe 1% tapi sangat penting, yang 99%
>> nya diberikan kepada pemerintah.
>> 3. Cerita Pertamina menjadi produser ke-3 adalah topik yang berbeda, saya
>> jelaskan kepada wartawan saat KESDM raker seminggu lalu yang menampilkan
>> tabel susunan produser migas, dimana posisi pertamina adalah ketiga.
>> 4. untuk no(3) tsb, Challange diberikan kepada pertamina untuk menjadi
>> nomor SATU, karena memiliki WK yang paling luas, bisa saja setiap DOH (SBU)
>> adalah satu PSC sendiri sehingga punya 5-7 Pertamina yang ramping dan
>> bersaing satu sama lain, atau sesuai permen 06/2010 lepaskan lapangan yang
>> dianggap tidak produktif dan tidak mau dikembangkan, istilahnya " jangan
>> dikangkangi aja tapi tidak dibor, karena akan marah mertua ".
>>
>> Nah wartawan mengemasnya seperti itu, he. . he. .he. . kalau saya sih
>> sudah biasa diplintir-plintir, sejak jaman Lapindo (seperti mas Azwah dan
>> mas Rusdi perhatikan).
>>
>> Hati-hati dengan nasionalisme buta mengatasnamakan Cinta Negara.
>>
>> Salam Semangat Selalu,
>> RRR
>>
>> Rudi Rubiandini R.S.
>> Petroleum Engineering ITB
>>
>>
>> **
>> __,_._,___
>> ****
>>  --
>> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
>> IATMI Middle East (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Komisariat
>> Timur Tengah)
>>
>> Website:
>> http://www.iatmi.or.id/iatmi/komisariat.php?id=12
>> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
>>
>>
>> --
>> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
>> IATMI Middle East (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Komisariat
>> Timur Tengah)
>>
>> Website:
>> http://www.iatmi.or.id/iatmi/komisariat.php?id=12
>> ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
>>
>>
>>
>
>
> --
> ***********************************
> Amir Al Amin
> Operations/ Wellsite Geologist
> (62)811592902
> amir13120[at]yahoo.com
> amir.al.amin[at]gmail.com
> ************************************
>

Kirim email ke