Pak Amir,

 

Cari modal mudah. Pertamina bisa. Yang susah adalah mencari modal dengan
bunga yang murah/kecil. 

 

Pertamina bisa pinjam dalam matauang Rupiah atau US dollar. Untuk rupiah,
Pertamina bisa mengeluarkan bond atau surat utang. Bond rupiah yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia bulan September 2012 (ORRI) memberikan
bunga 6.25%a. Jadi kalau Pertamina pinjam dengan mengeluarkan bond rupiah,
bunganya sedikit lebih tinggi dari Negara. Artinya membeli bond dari Negara
risikonya lebih kecil dibandingkan beli bond dari Pertamina. Maka itu untuk
Pertamina jual bond, harus lebih mahal supaya menarik pembeli. Ini bisa
berkisar antara 6.5-7.5%.  Bagi Pertamina pinjam rupiah dengan bunga yang
demikian tingginya, tidaklah kompetiti dipasaran Internasional. Karena
Industri Perminyakan sifatnya Internasional, Pertamina harus bersaing dengan
Intrernational Oil Companies. Pilihan satu-satunya bagi Pertamina adalah
meminjam dalam matauang dollar yang bunganya jauh lebih murah dibandingkan
rupiah.  

 

Besar-kecilnya bunga didalam US dollar tergantung dari keuangan perusahaan
dan juga dari negara mana. Didunia ada beberapa independent body seperti
Fitch, Moody, S&P, dll. Mereka melakukan klasifikasi atau rating dari
perusahaan dan Negara. Rating tinggi, berarti Negara/Perusahaan tsb.
pembukuannya beres, Negaranya makmur, tidak banyak utang, tidak pernah
ngemplang, selalu bayar on time, financially kuat, dsb. Kalau rating tinggi,
berarti risiko kecil, hingga pinjaman murah. Kalau rating rendah, berarti
risiko tinggi, dan kita akan bayar bunga yang tinggi. Mereka adalah rating
agency yang tidak bisa dipengaruhi siapapun. Dapat dibanggakan bahwa waktu
semua Negara ratingnya diturunkan termasuk US, Indonesia oleh Moody dan
Fitch dinaikkan satu tingkat (notch).

 

Pertamina akir april 2012 pinjam dari pasar Internasional sebesar 1.25
billion USD. Bunga yang diberikan adalah 4.95%. Beberapa bulan sebelumnya
TOTAL mengeluarkan bond sebesar $1 billion bulan Februari 2012 dengan bunga
2.875%. Bunga kecil Ini merupakan keuntungan bagi TOTAL. Mengapa bisa
demikian. Karena S&P memberikan rating kepada TOTAL sebagai Investment grade
company (AA-) sedangkan kepada Indonesia sebagai non-investment grade, yaitu
BB+. (Note: Moody sekarang telah meng-upgrade Indonesia setingkat lebih
tinggi dari S&P).  

 

Ini berarti, kalau TOTAL pinjam $1 billion untuk extension Mahakam, bunga
yang harus dibayar tiap tahun adalah $28.750.000. Namun kalau Pertamina
pinjam $1 billion, bunga yang harus dibayar adalah $49.500.000; beda 65%
yang cukup significant. Harus diingat ini adalah bunga-berbunga. Kalau
terjadi delays, yang menjadi ciri khas industri perminyakan, maka bunga tsb.
akan membengkak.

 

Salam,

 

HL Ong

 

From: Amir Al Amin [mailto:amir.al.a...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, September 18, 2012 6:43 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fw: [IATMI-ME] Pernyataan Wamen ESDM Tentang
Pertamina dan terkait Blok Mahakam

 

intinya pertamina dianggap tidak bisa cari modal.

apa benar? ? seberapa besar sebenarnya modal itu?

 

1. sudah pernah cari utang, tapi ditolak, kendalanya apa?

2. belum pernah cari, tapi udah ngeri duluan.

3. malas cari, mendingan main aman aja.

 

pemerintah kan pintar kalau ngutang.

masak tak bisa menularkan ilmunya ke pertamina?

 


 

2012/9/18 Joko Sosiawan Trikukh <joko_sosiawan_triku...@yahoo.com>

FYI

 

 

----- Forwarded Message -----
From: Morry Infra <morry.in...@gmail.com>
To: iatmi...@googlegroups.com 
Cc: Muhammad Napoleon Ghozali <ghoz...@qp.com.qa> 
Sent: Tuesday, 18 September 2012, 10:44
Subject: Re: [IATMI-ME] Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait
Blok Mahakam

 

Pak Napoleon... tolong di-broadcast tanggapan Pak Wamen ini...

 

Semoga menghilangkan ke"suudzon"-an kita masing2 kalau ada.

 

Salam,

Morry Infra

---------- Forwarded message ----------
From: Rudi Rubiandini < <mailto:rrratm_2...@yahoo.co.id>
rrratm_2...@yahoo.co.id>
Date: 2012/9/14
Subject: Re: Pernyataan Wamen ESDM Tentang Pertamina dan terkait Blok
Mahakam

Temens,

 

Membaca komentar  di millis mengenai kasus Blok Mahakam, saya tersenyum
sendiri, sampai istri saya penasaran, disangkanya saya dapet emeil dari
seseorang yang dia pantas "cemburui".

 

Walaupun saya menyadari sepenuhnya bahwa kita ini sangat bervariasi masa
lalunya, kecenderungan untuk "melihat" SIAPA bukan APA yang dibicarakan
masih melekat, tentu kedepan harus diperbaiki, sehingga kita bisa lebih
terfokus pada esensi dan tidak terlalu banyak hilang waktu untuk
membicarakan personifikasi, yang bisa terjerumus pada su'udzon.     

 

Saya masih percaya bahwa :

1. Kehadiran KKKS asing adalah KETERPAKSAAN dan bukan keinginan siapapun di
negeri Indonesia yang merdeka ini.

2. Negara bukan pemerintah bukan pula Pertamina, artinya cinta negara adalah
berfikir dan berfihak pada kebaikan negara jangka panjang, tidak selalu baik
pada pemerintahan saat ini (yang kadang mengedepankan jangka pendek), tidak
juga selalu menguntungkan BUMN dalam hal ini, bisa saja kita punya beberapa
BUMN yang bergerak di bidang migas, tidak harus dipaksakan pertamina as it
is.

3. Faktor Modal, adalah kendala terdepan dan menjadi penghadang yang
menjadikan tidak seluruh lahan migas saat ini dikelola sendiri sejak awal.

4. Faktor Data, adalah kendala berikutnya dalam pengembangan lapangan,
terutama untuk proyek baru yang sangat prospek. Terutama data reservoir dan
data bawah tanah lainnya, dengan sangat ketat KKKS menyimpan "data kunci"
dengan rapat. kita bukan bicara Peraturan atau keharusan ideal, kita lihat
fakta. Sebagai contoh, dimana yang memegang data penting tadi lapangan Siak
yang akan habis tahun depan ? bagaimana dg lapangan Arun, bagaimana dengan
Lapangan Natuna, dan bagimana dengan data 20 lapangan yang akan habis masa
kontraknya dalam waktu dekat ini ?

 

Maka pelajarannya :

1. Contohlah Keberhasilan PHE-ONWJ, pengambilalihan dilakukan dengan soft
landing, sebelum kontrak berakhir pertamina "berkorban" masuk kedalam system
BP dengan membeli sharenya, sehingga pada saat kontrak habis tinggal take
off dengan enak.

2. Janganlah contoh cara PHE-WMO menunggu sampai akhir kontrak, karena
berharap dapat 100%, malah jadi bancakan berbagai pihak, yang korban negara,
karena produksinya turun diakhir kontrak dan lambat diawal kontrak.

3. Kasus BOB-BSP terlalu dominan kedaerahannya mengalahkan Pertamina
sehingga sistem manajemennya tidak bisa lari.

4. Kasus Cepu yang sudah mundur lebih dari 4 tahun dari rencana, berapa
banyak kesempatan negara untuk mendapatkan revenue hilang selama 4 tahun
tsb, karena Pertamina (BUMN) bukan sebagai operator dan bagian daerah
tergadaikan pada pemodal asing.

 

Maka beberapa skenario yang menguntungkan negara harus diambil dalam kasus
Mahakan, antara lain pilihan :

1. Bila punya uang, Lakukan seperti PHE-ONWJ saat ini, sehingga ada waktu 5
tahun sebelum menjadi Operator. Setelah 2017 Pertamina pemilik 100%, karena
pemerintah punya kewenangan untuk memberikan kepada BUMN. 

2. Bila TIDAK punya uang, Kerjasama dg operator lama dengan dominasi share
di BUMN sejak kontrak habis 2017, beri waktu 5 tahun kontraktor asing untuk
mengoperasikan maka sisa kontraknya bisa BUMN yang mengoperasikan.

 

Perkembangan yang saya tahu adalah :

1. TEPI dengan Pertamina sudah menjalin hubungan B2B yang harmonis, dan
memilih versi-2, dimana Domestik dapet 51% dan asing 49%, sehingga Pertamina
51%, kemudian Total 24,5% serta Inpex 24,5%.

2. Karena muncul daerah harus dapet 10%, maka total/inpex beranggapan
termasuk dalam domestik, sehingga pertamina 41%, daerah10% karena sesama
domestik. sedangkan pertamina meminta yang daerah dianggap beban baru
sehingga harus dibagi dua, yaitu menjadi Pertamina 46%, total 22%, inpex
22%, daerah 10%. permasalahan ini belum tuntas sedang dilakukan Negosiasi.

3. Karena saat kontrak berakhir seluruh fasilitas milik negara, bisa saja
Negara menghibahkan kepada Pertamina dan daerah sehingga akan sangat ringan
atau malah gratis dalam permodalan, sedangkan total/inpex tentunya harus
memasukan modal segar.

 

Tiba-tiba humas pertamina "berkoar" siap mengambil alih 100% blok mahakam
saat berakhir kontrak TITIK tanpa ba-bu. Maka wartawan bereaksi, yang
tentunya harus saya jawab :

1. Pertamina jangan jalan sendiri, sebaiknya bergandengn dengan kontraktor
lama (kita sudah pilih versi-2 karena keterbatsan modal).

2. kalau hanya mengoperasikan lapangan lama yang sekarang sudah mulai terjun
bebas produksinya, maka bagaimana mungkin negara bisa diuntungkan dengan
harapan naiknya produksi ?  maka prospek lapangan baru dan lead baru yang
ada di saku KKKS harus bisa dimanfaatkan negara dengan mengawinkan pertamina
dengan operator lama, karena kita akan sangat sulit mendapat data
(benar-benar usefull) untuk pengembangan lead baru tersebut. Namun
sebaliknya bila sudah ada kepastian maka sisa 5 tahun bisa langsung dipakai
untuk memulai lead baru tersebut dikembangkan. 

Kalau kita berbicara fakta, tinggalkan dalam fikiran kita bahwa dengan
peraturan dan orang di pemerintahan kita bisa"mendapatkan" data penting
dimaksud, mungkin jumlahnya tidak sampe 1% tapi sangat penting, yang 99% nya
diberikan kepada pemerintah.

3. Cerita Pertamina menjadi produser ke-3 adalah topik yang berbeda, saya
jelaskan kepada wartawan saat KESDM raker seminggu lalu yang menampilkan
tabel susunan produser migas, dimana posisi pertamina adalah ketiga. 

4. untuk no(3) tsb, Challange diberikan kepada pertamina untuk menjadi nomor
SATU, karena memiliki WK yang paling luas, bisa saja setiap DOH (SBU) adalah
satu PSC sendiri sehingga punya 5-7 Pertamina yang ramping dan bersaing satu
sama lain, atau sesuai permen 06/2010 lepaskan lapangan yang dianggap tidak
produktif dan tidak mau dikembangkan, istilahnya " jangan dikangkangi aja
tapi tidak dibor, karena akan marah mertua ".

 

Nah wartawan mengemasnya seperti itu, he. . he. .he. . kalau saya sih sudah
biasa diplintir-plintir, sejak jaman Lapindo (seperti mas Azwah dan mas
Rusdi perhatikan).

 

Hati-hati dengan nasionalisme buta mengatasnamakan Cinta Negara.

 

Salam Semangat Selalu,

RRR    


Rudi Rubiandini R.S. 

Petroleum Engineering ITB

 

__,_._,___

-- 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
IATMI Middle East (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Komisariat Timur
Tengah)
 
Website:
http://www.iatmi.or.id/iatmi/komisariat.php?id=12
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

-- 
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
IATMI Middle East (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Komisariat Timur
Tengah)
 
Website:
http://www.iatmi.or.id/iatmi/komisariat.php?id=12
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 




-- 
***********************************
Amir Al Amin
Operations/ Wellsite Geologist
(62)811592902
amir13120[at]yahoo.com
amir.al.amin[at]gmail.com
************************************

Kirim email ke