Temans;

Membaca di koran beberapa minggu yang lalu tentang wisata daerah kumuh. Pada 
dasarnya si tamu diajak berkunjung ke beberapa daerah kumuh di Jakarta untuk 
menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan di kawasan yang secara infrastruktur 
tidak layak. Uang yang dibayarkan tamu untuk 'guiding service'nya, dikembalikan 
ke masyarakat di daerah tersebut.

Beberapa teman menyatakan ketidaksetujuan dan menganggap hal ini adalah 
eksploitasi kemiskinan.

Saya sendiri cenderung berseberangan. Selama masyarakat didaerah kumuh tidak 
menggantungkan pendapatan utama dari 'wisatawan' yang datang berarti mereka 
tidak melakukan eksploitasi kemiskinan. Banyak warga yang memang bekerja 
sebagai pemulung dll yang sebenernya memberi nilai tambah. Bahwa faktanya 
mereka dipinggirkan secara struktural, itu hal lain.

Kalo memang ada sisi buruk rupa Jakarta, kenapa harus malu? Apalagi kalau 
memang tak bisa membuat perubahan yang berarti.

Apa pendapatmu?

Tabik;
Puguh





Kirim email ke