Ibrahim Abdul Kohar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Date: Sat, 29 Oct 2005 22:40:57 UT
To: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
From: Ibrahim Abdul Kohar <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Esai Sastra Alan, Sajak Agam Surat Untuk Pram by Alan Hogeland

Check out this new review I've put on Multiply. To add a comment to it, or see the other stuff I've posted, you'll need to join Multiply first if you haven't already (don't worry it doesn't cost anything).

You might be wondering what Multiply is -- it's a great new way to keep in touch. Check it out when you get a chance.

If you don't want to receive these messages, just let me know.

ReviewReviewReviewReviewReview Esai Sastra Alan, Sajak Agam Surat Untuk Pram Oct 29, '05 6:40 PM ET
for everyone
Category: Books
Genre: Arts & Photography
Author: Alan Hogeland
DALAM sejarahnya sejak zaman awal mula manusia memang makhluk yang terbagus dalam ragam macamnya yang juga bisa memiliki sifat luhur bisa pula sangat rendah dan kejam kekejamannya seperti binatang buas. Manusia, apalagi yang merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan, bisa menggunakan kekuasaan demi peningkatan peradaban manusia bisa juga sebaliknya. Yakni tindakan kebiadaban semperti yang dilakukan penguasa tianika yang demi kekuasaan melakukan pembungkaman sekalian pembredelan media massa pembakaran buku-buku. Dalam hal ini, saya jadi teringat karya puisi Agam Wispi berjudul "Surat untuk Pram" yang disitir Alan Hogelan alias Kamaludin Rangkuti dalam kumpulan tulisan "Esei Sastra", Editor D.Tanaera (salah satu pen-name saya), edisi Stichting ISDM Culemborg Nederland 1994.

Surat Untuk Pram

pram, pernah Heinrich heine berkata:
mereka yang membakar buku-buku, di sana
pada akhirnya mereka membakar manusia --
tak perduli di mana saja kapan saja.
ketika api menjilat-jilat di opernplatz, membakar / buku mulai marx sampai heinrich mann dan kastner/ mereka sedang membakar peradapan jadi kebiadapan / dan dalam krematori manusia dijadikan abu dan arang /
pram, kata bulgakow naskah tak bisa dihancurkan / dan bagimu manusia tak bisa dimusnahkan / karena itu menjulang bagai tugu peringatan / kau tegak membela manusia dan kemanusiaan / dan ketika di jakarta buku-buku(mu) masuk penjara / mereka memenjarakan manusia jadi umpan zamantengah / bagai ombak indonesia berdeburan, jantung manusia berdeburan / wahai pemuda, masih tidur kalian? dimana kalian?

Sajak itu ditulis Agam Wispi 1 September 1988. Begitulah salah satu contoh ekspresi seniman macam Wispi terbuktikan dalam karya tulisnya. Sedangkan para seniman atau seniwati yang peduli kehidupan manusia dan kemanusiaan lainnya, bisa bisa saja kalau sebagai pelukis melukiskan pembungkaman seperti yang diungkap-lukiskan oleh pelukis Iran Shady Eshghi berjudul "La grande souffrance 3". Dan saya sendiri, antara lain, membuat lukisan di atas kanvas dengan cat acrylic Komposisi 1989 (foto). ***



Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65click: http://www.progind.net/  
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/


Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.

JAKER(Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat)
***************************************
sekretariat:
JL.Tebet Timur Dalam IID No.10 Jakarta Selatan 12820 Indonesia
telp/fax: +62218292842
email:<[EMAIL PROTECTED]>

People's Cultural Network
"Semua orang adalah seniman,setiap tempat adalah panggung!"




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke