Jadi hayang seuri ngabayangkeunana.....! :-) 
Enya, di milis ieu pan aya Ambu. Tah asana, inyana moal kersaeun disebat "ambu" 
lamun eta kecap teh asalna ti Arab......, sok we geura gentraan....!


From: mh <khs...@gmail.com>
Subject: [kisunda] Bahasa - Na Enya, Abah jeung Ambu Nguyang ti Arab?







 



  


    
      
      
      Meunang nyalin tina blog-na Kang Ahsa.

==========


                                
                                Abah-Ambu: Bentuk Pengayaan Bahasa

                                
                                        17
                                        09
                                        2010
                                
                                        
                                
                                        Oleh AHMAD SAHIDIN
“KITA saling panggil apa ya?” tanya istri saya waktu awal nikah. Saya
 jawab, “Anti panggil Aa saja dan Aa memanggil Neng ke Anti.”
Istri
 pun mengangguk. Panggilan Aa dan Neng terus melekat hingga usia satu 
tahun menikah. Memasuki awal tahun kedua pernikahan, saya dan istri 
sempat bersilaturahim kepada teman saya di kampus UIN Sunan Gunung 
Djati. Teman saya itu baru menikah dan memanggil istrinya dengan 
panggilan ‘Bunda’ dan istrinya memanggilnya ‘Ayah’.
“Wah, belum punya bayi tapi panggilannnya udah gitu,” ujar istri. 
Saya tersenyum. Sepulang dari teman saya dan istri kembali membincangkan
 soal panggilan. Dari perbincangan itu muncul ide untuk mengganti 
panggilan kita berdua. Istri saya bilang kita harus beda dengan yang ada
 dalam keluarga kita.
“Panggilan ayah dan ibu, mamah dan bapak, ummi dan abi, kan sudah oleh kakak 
kita. Jadi, apa?”
“Sudah saja kita pakai panggilan di Sunda: Abah dan Ambu.”
“Seperti panggilan mertua Kabayan.”
“Hehehe… bukan. Kata ‘Abah’ sangat dekat dengan istilah ‘Abu’ dalam 
bahasa Arab. Orang-orang Arab, biasanya memanggil ayah dengan ‘Aba’. 
Nah, orang-orang pesantren dulu, di tanah Sunda dan Batavia menggunakan 
pangilan itu menjadi Abah. Sedangkan Ambu berasal dari Ummu. Karena 
lidah orang Sunda sangat sulit bilang Ummu dan tidak enak dalam 
mengucapkan. Enknya bilang Ambu untuk menyebut ibu.”
“Benarkah?” tanya istri.
“Kalau kita baca sejarah bahwa istilah tersebut muncul dari proses 
Islamisasi ke Nusantara, khususnya di Sunda. Sejarawan Azyumardi Azra 
pernah menerangkan bahwa bahasa Melayu dan Indonesia banyak dipengaruhi 
bahasa Arab dan Persia. Misalnya, kata ‘kursi’ berasal dari bahasa Arab.
 Fenomena ini disebut ‘islamicate’– istilah Marshall 
G.S.Hodgson– untuk menyebutkan budaya yang bercorak Islam. Jadi, Abah 
dan Ambu atau Abi dan Ummi juga bercorak Islam. Keduanya berasal dari 
satu akar.”
“Jadi, panggil Abah-Ambu?” tanya istri.
“Ya.”
Lalu, kami pun saling memanggil dengan panggilan itu.
Pengaruh Bahasa Arab dalam Kehidupan Sosial Keagamaan Di Indonesia 

Tentang pengaruh bahasa ini, ada dua orang yang telah melakukan 
penelitian tugas akhir kuliahnya tentang pengaruh bahasa asing terhadap 
Bahasa Indonesia. Namanya Hanifullah Syukri dan Anas Sasmita yang 
menyelesaikan pendidikan master di Program Pascasarjana UI dan UIN 
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang keduanya tentang pengaruh bahasa Arab 
dalam kehidupan sosial keagamaan di Indonesia.
Dari hasil penelitiannya itu, Sasmita menyimpulkan bahwa bahasa Arab 
merupakan alat komunikasi masyarakat baik kepada sesamanya maupun kepada
 Tuhan. Ia menemukan sedikitnya 850 kata yang berasal dari bahasa Arab 
dan tidak kurang dari 184 kata yang menjadi kata serapan dalam bahasa 
Indonesia. Dari sejumlah itu, kata yang dipergunakan dalam kontek syiar 
Islam atau dakwah Islam tidak kurang dari 793 kata. Karena itu, bahasa 
Arab mempunyai sumbangan yang besar nilainya dalam perbendaharaan kata 
bahasa Indonesia.
Syukri dalam tesisnya menyimpulkan, orang Arab ketika datang menjadi 
penyebar agama dengan jalur perdagangan banyak menggunakan bahasa daerah
 dan bahasa Indonesia. Mereka beranggapan dengan begitu mereka lebih 
mudah berkomunikasi dengan orang lain. Mereka juga tidak berkeberatan 
bahasa mereka diadaptasi menjadi bahasa setempat. Ini terbukti pada kata
 sekaten yang diambil dari kata dalam bahasa Arab syahadatain. Kata 
sekaten kini menjadi bahasa umum di Yogyakarta.
Pengaruh bahasa Arab dan Islam sangat kentara juga pada khazanah 
kebudayaan dan bahasa Sunda. Bahasa Sunda yang pada masa awalnya 
dipengaruhi struktur bahasa Sansekerta dari India. Khazanah bahasa Sunda
 bertambah setelah masyarakat Sunda menganut agama Islam dan menegakkan 
kekuasaannya di Cirebon dan Banten sejak akhir abad ke-16 Masehi. 
Beberapa kosakata bahasa Arab yang masuk dalam perbendaharaan bahasa 
Sunda, seperti duniya, niyat, selam (Islam), tinja (istinja), masigit, 
salat, abdi, korsi, dan sebagainya. Begitu pun dalam tradisi menulis 
atau huruf (aksara) yang digunakan dalam menulis oleh masyarakat 
terdahulu menggunakan aksara Arab pegon.
Kemudian seiring dengan berkembangnya masyarakat dan perebutan 
kekuasaan antar kerajaan serta masuknya kolonialisme asing, penggunaan 
aksara dalam menulis dan idom-idiom berubah atau menyesuaikan dengan 
keadaan zaman.
Nah, berbagai istilah yang disebutkan di atas, termasuk Abah-Ambu 
dapat disebut bentuk pengayaan bahasa. Karena itu, tidak mengapa jika 
masyarakat Indonesia memilih istilah Abah-Ambu atau Ummi-Abi karena itu 
menambah khazanah bahasa Indonesia.

PENULIS adalah alumni jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan 
Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung.



    

     



 






      

Kirim email ke