teu disundakeun bisi salah translate heu heu
Ketua Umum PBNU:
Ada 19 Agama "Lokal" Tuntut Pengakuan
Minggu, 19 September 2010 | 15:26 WIB
tribunnews.com
Said Aqil Sirajd
REMBANG, KOMPAS.com — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said
Agil Siraj mengatakan, NU mendukung kemajemukan atau pluralitas dalam kehidupan
beragama. Namun, negara harus tetap berupaya menciptakan masyarakat yang
berketuhanan Yang Maha Esa atau bertauhid.
"Pelarangan terhadap keyakinan akan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia
secara universal. Namun, negara sebagai bentuk kontrak sosial harus tetap
berupaya untuk menciptakan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa," kata
dia
dalam acara Halal Bihalal dan Silaturahmi Kyai di Pondok Pesantren Raudlatut
Thalibin Leteh Rembang, Minggu (19/9/2010).
Dia mengungkapkan, saat ini negara sedang dihadapkan pada persoalan kebebasan
beragama. Keberadaan aliran dan agama lokal, selain lima agama resmi, kata dia,
mulai mengkritik secara intensif konstitusi dan kebijakan tentang kebebasan
beragama.
"Selain lima agama resmi, berkembang 19 agama ’lokal’ di Indonesia yang
sebagian
di antaranya menuntut negara mengakui secara resmi keberadaan mereka. Di
sinilah
saatnya negara berperan sebagai kontrak sosial, menyikapi persoalan ini dengan
cermat," katanya didampingi Wakil Ketua Umum PBNU As’ad Ali Said.
Dia mengatakan, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia
tidak mau mencampuradukkan urusan keyakinan dan urusan kemasyarakatan. "Hanya,
dalam hal ini, NU mendapatkan amanah dari Pemerintah Republik Indonesia untuk
berperan dalam lima hal, yakni deradikalisasi, teknologi, ketahanan pangan,
jembatan peradaban, dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)," katanya.
Dengan demikian, kata dia, NU akan menggunakan prinsip-prinsip persuasif dalam
menyikapi maraknya aliran-aliran agama, terutama aliran sesat yang berkembang
di
Indonesia. Disebutkan, selain lima agama resmi (Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, dan Buddha), 19 agama tidak resmi juga berkembang di Indonesia, di
antaranya Baha’i, Kristen Ortodoks, dan Konfusianisme.
~ experientia docet sapientiam ~