Woooow luar biasa Kang,
Cocok pisan nih sama buku yang Mamang baca Kabudayaan Sunda Jilid 2 dan juga 
presentasi Ilmiah Ua Sastra Geologi Unpad :). Bahwa betul Sunda itu bukan nama 
Suku tapi Sunda adalah Nama Tempat/ Tanah/ Paparan/ Benua sangat ilmiah dan 
bisa dibuktikan secara geologi dan arkeologi :).

Sy sedang menguji Hipotesis Kakek Mamang dan seluruh Kasepuhan Cipaku yang 
mengatakan semua manusia yg hidup di bumi ini berasal dari Cipaku. Katanya 
mulainya dari jaman Tirem/ Menghilang dari tidak ada menjadi ada. Hal ini 
sesuai dengan Teori Bigbang dan juga disebut dalam Al Qur'an bahwa penciptaan 
Alam Semesta itu dalam sekejap.

Cipaku dalam hal ini Kampung Buhun Sunda yg sudah ada sejak jaman pra sejarah. 
Dulu Mamang sempat menertawakan Kakek Mamang gimana ceritanya Semua manusia 
berasal dari Cipaku/ Sunda dia hanya tersenyum, nanti juga ketahuan katanya. 
Kakek Mamang sudah Almarhum namun ingatan itu selalu membekas dan kian kemari 
kian terbukti mulai dari penelitian geologi, arkeologi, dan biology semuanya 
mengarah ke Sundaland/ Tanah Sunda/ Tanah Kabuyutan/ Lemah Sagandu orang Cipaku 
menyebutnya.

Ini yang mengundang misteri secara logika akal sehat tidak bisa diterima bahwa 
bendungan sekecil Jatigede (lebih kecil dari Jatiluhur) belum digenangi juga 
sampai umur 50 tahun ini. Berbagai peristiwa besar sudah terjadi dari mulai 
pergantian generasi kepemimpinan negara dari Sukarno sampai SBY, Bencana, 
Krisis Moneter, dlsb Situs-2 Jatigede dan Kampung Buhun Cipaku masih tetap 
Exist? Ada yg bisa menjelaskan secara akal sehat? Kurang Powerful bagaimana 
Suharto dengan dukungan tentara-nya waktu itu? Namun tetap tidak berhasil.

Wallohualam yang jelas sampai sekarang Masyarakat Desa Cipaku mah adem ayem 
saja walaupun katanya tgl 1 Oktober mau digenangi tetep aja menanam padi, 
membangun, ya beraktifitas seperti biasa saja. Yang Riweuh sekarang itu para 
Cukong Tanah yg bermain kongkalikong sama koruptor membangun rumah-2 hantu 
dipinggiran "rencana waduk" yg minta dibebasin tanah/ bangunannya. 

Perlu diingat Kampung Cipaku ini termasuk tahap awal yg dibebasin sekitar tahun 
1980-an ketika itu semua menolak namun ditodong pakai senjata. Gaya orba tea 
sampai sekarang masih ada orang yang gila gara-2 dipukulin kepalanya. Sudah 
gitu hitungan ganti ruginya ternyata bermasalah seharusnya dibayarkan hitungan 
tanah itu per m2 tetapi yang diterima rakyat adalah per bata atau tumbak (satu 
per empat belas). Sampai sekarang masyarakat menganggap Pemerintah hanya 
membayar DP 1/14 dari total transaksi jual beli dan karena sudah lebih dari 30 
tahun pelunasan tidak dibayar maka secara logika akal sehat batal demi hukum. 

Berita Plato yang dituliskan Pak Awang Satyana sedang Mamang review, Plato 
menyebut kalimat Argyre/ PERAK menurut Peta Papat Kalima Pancer dimana Pusatnya 
adalah Gunung Api Sunda Purba dan Mandala/ Kabuyutan disebelah timur diberi 
simbol PERAK/ Putih hal tersebut sejalan dengan nama Situs Aji Putih di Cipaku 
yang merupakan Cirebon Hulu/ Girang. Jadi menurut Mamang Plato itu memang betul 
datang ke Sundaland melihat the Lost Atlantis dan Plato tidak datang ke Merak 
tetapi ke Cirebon sebelumnya dia singgah ke China terlebih dahulu, melalui Laut 
China dia terdampar di Cirebon dan Pusatnya Mandala Timur adalah Situs Aji 
Putih/ Perak di Cipaku Darmaraja Sumedang. 

Jadi ketika Plato berkunjung ke Cirebon abad ke-1 dia ketemu dengan Resi Agung/ 
Aki Tirem/ Sang Aki Luhur Mulya dan diceritakanlah tentang phenomena Gunung 
Sunda yang meletus, Sundaland yang tadinya satu hamparan menjadi berpulau-2, 
Banjir Bandang yang membuat Cekungan Bandung, atau ada Tsunami Besar akibat 
berbenturannya Patahan/ Lempeng-2 Sunda tersebut seperti Tsunami Aceh tahun 
2004.

Demikian sebagai warisan peradaban dunia dan kunci dari The Lost Atlantis / 
Sundaland sudah seharusnya Situs-2 Jatigede terutama Situs-2 dalam Tatanan 
Kabuyutan Cipaku harus dilestarikan, tidak boleh direlokasi, justru harus 
diteliti secara ilmiah carbon dating dari masing-2 Situs itu. Disana ada 
Kuburan Resi Agung Aji Putih mungkin bisa di Cek Carbon dating dari rangka 
tulangnya dia hidup pada tahun berapa? Kalau dia hidup tahun 130-an Masehi 
berarti Aki Tirem/ Sang Aki Luhur Mulya yang bertemu dengan Plato telah 
ditemukan. 

Lokasi kuburan Resi Agung ada di sekitar Situs Aji Putih hanya satu-2nya 
kuburan yang diperbolehkan dikubur disana hanya Resi Agung Aji Putih :).  

nuhuuuuns,
mang asep kabayan
www.cipaku.org

-----Original Message-----
From: iswan kadir <iswa...@gmail.com>
Date: Thu, 19 Sep 2013 07:31:19 
To: Mang Kabayan<dkaba...@gmail.com>
Subject: Fwd: [Geo_unpad] Bls: Tanya Istilah Sunda Shelf

Mang Asep,

Saya ambilkan dari milis sebelah, mungkin dapat membantu mengenai istilah
sundaland.
Note: penulis (pak Awang Satyana) tinggal di Ciomas, dan menulis puluhan
jurnal/papers baik geologi maupun kebencanaan..
Maaf salah tulis antara mang asep dan mang kabayan.


Salam,
Iswan

---------- Forwarded message ----------
From: iswan kadir <iswa...@gmail.com>
Date: 2013/9/18
Subject: Fwd: [Geo_unpad] Bls: Tanya Istilah Sunda Shelf
To: kota-bo...@yahoogroups.com


Mang Kabayan,

Mungkin iartikel tentang Sundaland dapat  sedikit membantu, diambil dari
milis sebelah.

Salam,

---------- Forwarded message ----------
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: 2010/9/7
Subject: [Geo_unpad] Bls: Tanya Istilah Sunda Shelf
To: wied <herfin...@yahoo.com>
Cc: IAGI <iagi-...@iagi.or.id>, Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>,
Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>, Eksplorasi BPMIGAS <
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>


**


Pak Wied,

Mohon maaf, baru saya respon e-mail Pak Wied. Email Pak Wied terselip di
folder spam yahoo saya yang jarang saya buka. Semoga jawaban saya tak
terlalu terlambat. Maaf, pertanyaan Pak Wied dan jawaban saya, saya
kirimkan juga ke milis, siapa tahu ada teman lain yang juga bertanya hal
yang sama atau ada yang bisa menambahkan keterangan.

Seperti kita tahu, memang banyak istilah "Sunda" dipakai di beberapa
fenomena geologi di Indonesia Barat. Banyak orang berpendapat bahwa nama
itu berasal dari suku Sunda yang mendiami sebagian besar Jawa Barat.
Menurut hemat saya, nama Sunda di geologi tidak berasal dari suku Sunda di
Jawa Barat.

Dari kronik sejarah, sejauh ini belum ditemukan informasi kesejarahan yang
menerangkan tentang nama Sunda ini. Hanyalah sebuah naskah yang saat ini
masih diteliti (Naskah Wangsakerta, naskah ini pernah menimbulkan polemik
di antara para ahli sejarah - pernah saya ulas di milis2) yang menerangkan
bahwa nama Sunda menjadi nama kerajaan di Nusantara pasca keruntuhan
kerajaan Tarumanagara pada tahun 669 Masehi dengan raja pertamanya
Tarusbawa (669—723). Tarusbawa adalah menantu raja Tarumanagara ke-12 yang
moyangnya berasal dari sebuah kerajaan kecil di India, yakni kerajaan Sunda
Sembawa (rupanya Tarusbawa terobsesi menegakkan kembali wangsa keluhurnya,
meski tidak di negeri asalnya).

Istilah Sunda sebagai nama tempat, pertama kali disebut oleh ahli ilmu bumi
dari Yunani, Ptolemaeus dalam bukunya tahun 150 M, ia menyebutkan, ada tiga
buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah timur India.
Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan
kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di timur India. Dari
penelurusan kepustakaan, kata Sunda seperti dikatakan Rouffaer (1905),
merupakan pinjaman kata dari kebudayaan Hindu.

Tentang arti kata Sunda, beberapa pustaka menyatakan ebih bahwa kata
‘Sunda’ kemungkinan berasal dari kata sanskerta ‘sund’ atau ‘suddha’ yang
artinya terang, bersinar, putih, bersih, suci, murni, tak tercela, air,
atau waspada. Kalau orang2 suku Sunda umumnya relatif berkulit lebih putih,
lebih terang, he2..mungkin kebetulan saja...pas dengan arti Sunda. Mengapa
orang2 Sunda berkulit relatif lebih putih, bisa kita bahas aspek
etnografinya bila diperlukan. Beberapa pustaka bahkan menyebutkan dulu ada
Gunung Sunda, induk Gunung Tangkubanperahu yang sangat tinggi dan puncaknya
bersalju sehingga dari jauh terlihat terang, putih dan bersinar, sehingga
disebut Gunung Sunda. Apakah setinggi itu Gunung Sunda, bisa kita bahas
lebih jauh.

Nah, saya yakin bahwa para ahli geologi zaman dulu seperti Molengraaf dan
van Bemmelen menyebut beberapa fenomena geologi di Indonesia Barat dengan
kata-kata Sunda, bukanlah mengacu kepada suku Sunda di Jawa Barat, tetapi
kepada para ahli geografi masa lampau yang sejak dari awal abad Masehi
telah menyebutkan pulau2 di sebelah timur India sebagai Sunda.

Bahwa Molengraaf dan Weber (1919) yang pertama kali menyebutkan istilah
Sunda Shelf (Paparan Sunda) dan Sunda Land (Daratan Sunda), adalah benar.
Saya kebetulan punya publikasi aslinya, yang juga diterangkan lagi oleh
ahli geologi Belanda lain Umbgrove saat membahas tentang terumbu karang di
Kep Seribu (Umbgrove, 1932). Di bawah ini saya ringkaskan tentang sejarah
penamaan Sunda Shelf dan Sunda Land dan perkembangan konsep modern-nya.

Paparan Sunda dan Daratan Sunda

Adalah Earle (1845) yang pertama kali mengenali adanya suatu paparan laut
dangkal di Indonesia Barat yang merupakan salah satu dari paparan-paparan
terbesar di dunia. Earle (1845) menyebut paparan tersebut Great Asiatic
Bank. Di Indonesia Timur di wilayah sebelah utara Australia, Earle (1845)
pun mengenali paparan laut dangkal lain yang disebutnya Great Australian
Bank.

Kemudian, setelah 75 tahun kemudian, setelah ekspedisi marin Siboga,
Molengraaf dan Weber (1919) mendetailkan kedua paparan yang dikenali Earle
(1845) tersebut dan masing-masing menyebutnya sebagai Paparan Sunda untuk
Great Asiatic Bank dan Paparan Sahul untuk Great Australian Bank.

Molengraaf pun mengajukan argumen bahwa paparan-paparan laut dangkal ini
merupakan daratan peneplain yang tenggelam oleh transgresi marin setelah
glasiasi Plistosen. Di dasar laut Paparan Sunda bahkan Molengraaf masih
bisa mengenali sistem-sistem sungai yang tenggelam yang terdiri atas
sungai-sungai di Selat Malaka, sungai-sungai di Laut Cina Selatan (Sungai
Sunda Utara) dan sungai-sungai di Laut Jawa (Sungai Sunda Selatan). Maka,
sistem sungai-sungai ini yang tenggelam di bawah Paparan Sunda suka disebut
sungai-sungai Molengraaf.

Sebagai daratan yang tenggelam, maka Molengraaf pun menyebut kawasan ini
sebagai Daratan Sunda atau Sunda Land, yang didefinisikannya sebagai
wilayah benua yang telah mempertahankan stabilitasnya sejak ujung Pliosen.
Wilayah Paparan Sunda dan Daratan Sunda ini terletak di antara Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Malaka.

Mengikuti Molengraaf, van Bemmelen (1949) mendefinisikan Paparan Sunda
sebagai laut dangkal, yang kedalaman umumnya kurang daripada 100 meter,
meliputi Teluk Thailand, Selat Malaka, bagian BD Laut Cina Selatan, Laut
Jawa dan bagian baratdaya Selat Makassar. Dengan luas 1.850.000 km2
(Krummel, 1907), maka Paparan Sunda adalah paparan paling luas dan paling
koheren di dunia.

Konsep modern tentang Sundaland mendefinisikannya sebagai sebuah massa
daratan (landmass) di Asia Tenggara yang timbul sebagai massa daratan di
atas muka laut pada kala Plistosen (Ben-Avraham, 1972; Hutchison, 1989).
Hasil penelitian geologi (Nontji, 2002) dapat menunjukkan jejak sejarah
paparan ini. Muka laut naik dan turun sesuai dengan periode deglasiasi dan
glasiasi. Pada 170.000 tahun lampau, muka laut 200 meter lebih rendah
daripada yang sekarang. Itulah saat eksistensi Daratan Sunda. Muka laut
seperti sekarang dicapainya pada 1000 tahun lampau.

Konsep modern pun menyatakan bahwa Sundaland bukan satu massa benua yang
koheren, tetapi merupakan gabungan (amalgamasi) dari banyak benua-mikro
atau terrane yang berasal dari Gondwana pada sebelum Mesozoikum.
Benua-benua kecil ini terpisah dari Gondwana, hanyut ke utara, kemudian
saling berbenturan satu sama lain dan bergabung membentuk Sundaland. Pada
menjelang akhir Trias dan awal Yura, penggabungan benua-benua kecil ini
membentuk Daratan Sunda telah selesai (Metcalfe, 1988; Hutchison, 1989).

Ketika pada Kala Holosen terjadi deglasiasi, saat lapisan-lapisan es
mencair, maka tengelamlah Daratan Sunda oleh transgresi marin, dan kini
kita mengenalnya sebagai Paparan Sunda, sebuah laut dangkal hasil
penenggelaman Daratan Sunda.

Demikian secara singkat sejarah identifikasi Paparan Sunda, Daratan Sunda,
dan hubungan di antara keduanya.

Salam,
Awang

--- Pada Jum, 13/8/10, wied <herfin...@yahoo.com> menulis:

Dari: wied <herfin...@yahoo.com>
Judul: Tanya Istilah Sunda Shelf
Kepada: awangsaty...@yahoo.com
Tanggal: Jumat, 13 Agustus, 2010, 9:30 PM

Pak Awang ysh,

Saya penasaran dengan istilah Sunda Shelf/Sundaland yang digunakan untuk
menyebut dataran yang sekarang meliputi semenanjung Malaysia, Laut Cina
Selatan, Sumatra, Jawa dan Kalimantan sebelum jaman es mencair.

Rasa penasaran saya didasari oleh istilah Sunda yang identik dengan nama
suku Sunda. Melihat cakupan dataran seperti yang saya sebut di atas,
mengapa nama Sunda yang dipilih ? Kok bukan Malakaland, Javaland,
Swarnadwipaland atau yang lainnya ?

Sepengetahuan saya, istilah Sunda pertama kali muncul di dalam
prasasti-prasasti yang ada kaitannya dengan Tarumanagara atau
kerajaan-kerajaan di Jawa Barat. Jauh lebih muda ketimbang istilah
Javadwipa atau Swarnadwipa yang terdapat dalam Ramayana. CMIIW


Dengan bantuan Google, istilah Sunda Shelf pertama kali diperkenalkan oleh
G.A.F. Molengraaff and W. Weber pada 1919. Apakah benar sepert itu ? Saya
mencoba mencari alasan mengapa dataran tersebut dinamakan seperti itu oleh
kedua ahli tsb namun belun ketemu. Mungkin Pak Awang dapat membantu
mengobati rasa penasaran saya ini.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kesediannya membaca email saya
ini.

Hormat saya,
-wied-

 

Kirim email ke