FYI, ini dia transkrip yg bikin heboh...!!! ----------------------------------------- copy---------------------------------------------- Transkrip Pembicaraan Andi Ghalib dan Habibie PEMBICARAAN telepon antara (suara yang mirip) Jaksa Agung Letjen TNI Andi Muhammad Ghalib dengan seseorang yang suaranya mirip Presiden Prof Dr Ing Bacharuddin Jusuf Habibie kini menghebohkan, sebagaimana diberitakan MBM Panji Masyarakat di rubrik Nasional, edisi No 45 Tahun II Tanggal 24 Pebruari 1999. Dalam pengantarnya, Panji Masyarakat, menyebutkan, jika pembicaraan ini benar adanya, diperkirakan terjadi setelah pemeriksaan mantan Presiden Soeharto, 9 Desember 1998. Saat itu, secara mendadak pemeriksaan yang sedianya dilakukan di Gedung Bundar Kejakgung, Kebayoran, dipindahkan ke Kejaksaan Tinggi Jakarta, di Jl Rasuna Said, Kuningan. Sekali lagi, sampai tulisan ini diturunkan, keaslian rekaman pembicaraan ini masih menjadi tanda tanya besar. Seperti juga pertanyaan besar yang menggantung di benak publik, bagaimana sebenarnya pemeriksaan mantan Presiden Soeharto silakukan. Dan mengapa kaset rekaman itu baru beredar dua setengah bulan kemudian? Adakah kaitannya dengan pengumuman Kejakgung soal hasil penelusuran 17 KBRI yang tidak menemukan harta Soeharto atau keluarganya? Inilah percakapan yang berlangsung empat menit itu. T : (Suara serupa dengan suara Habibie) Kabarnya baik? J : (Suara serupa dengan suara Ghalib) Alhamdulillah, Pak. T : Bagini, saya mau tanya mengenai orang itu, seperti e... apa namanya..., Panigoro dan Jusuf eh apa, Wanandi dan yang saya kasih bahan-bahannya itu, gimana? J : Jalan terus, Pak. T : Jalan ya? Karena orang tanya-tanya itu? J : Jalan terus, cuma kuatir kalau tindakan kita kontra produktif... T : Soalnya dia orang gerak itu, dia gerak? J : Ya, tapi kita pegang terus, ya. Pegang tapi kita mau mengarahkan kepada suatu... T : Coba deh, begini, tolong saya diberikan laporannya deh. Bagaimana keadaannya, sampai sejauh mana? J : Ya, dan ini kebetulan itu bersamaan dengan kasus-kasus penanganan Pak Harto. T : Ya, ya itu saya mengerti, ya. Tidak bisa cepat juga karena ada kasus Pak Harto? J : Dalam pemeriksaannya ... udah puluhan (tertawa). T : Nggak juga bukan itu aja, orangnya terbatas toh. Tapi penting itu, orang juga tanya? J : Tete... tetap Pak. Tetap, Pak. Insya Allah. Insya Allah Pak. T : Tolong saya diberikan satu nota sedikit. Tapi dengan Bapaknya baik, ya? J : Bagus sekali. Beliau, ee... beliau, apa namanya kelihatan ya merasakan ini tindakan yang harus memang dilakukan. Sebab kalau tidak, nanti pengadilan rakyat. T : Dia juga udah siap dia itu? J : Ya. pengadilan rakyat, jadi itu orang udah waduh ndak sabar memang. Tapi begitu kita sudah panggil beliau, sekarang kelihatan tensinya sudah menurun. Pak, reaksi masyarakat malah kembali kasihan, `kan? Ini `kan sudah mulai bagus. Jadi, mudah-mudahan ini bisa... T : Ya, jadi yang akan datang kapan itu? J : Kita belum anu, Pak. Kita belum umumkan. Kita cari dulu yang lain, supaya ada waktu Pak. T : Jadi tolong itu ya sekarang diisi dengan tiga orang itu? J : Ya, Pak, ya, Insya Allah, Insya Allah. T : Ya! J : Insya Allah, Pak. * Bersambung hal 11 kol T : Heeh, karena tadi saya dapat feedback dari Pak Anu, Pak Achmad Tirto. J : Ya... ya... T : Pak Achmad Tirto tadi dia, aaa...datang sama saya, en dia baru, `kan ICMI. Ha, dia dari ICMI terus baru juga dari KAHMI. En, itu mereka udah-udah mulai bergerak. Jadi,... ditanya koq, kenapa nggak... nggak ada yang Panigoro dan CS itu? J : Ya, tetap jalan Pak. T : Padahal itu dia sekarang mulai bergerak dia finance-finance yang lain (suara dering telepon...)? J : Ya, Pak. Insya Allah. T : Heeh, oke yang lain baik-baik ya? J : Alhamdulillah. T : Sudah naik bintang lima situ, ha, ha... J : Aduh, Pak. Rasanya tidak bisa tidur kita ini, aduh. Itu saya pindahkan Pak. Kalau nggak pindah. Mungkin jebol itu seluruh Kebayoran itu. T : Iya, eh...eh... J : Jadi malam itu saya suruh kirim anu. Masalah keamanan saya urus sendiri langsung itu Pak. Saya urus helikopter. T : Tapi kurang ajar yang bocorin itu? J : Ya. T : Yang bocorin itu kok pagi-pagi udah diumumkan di TVRI lagi? J : Jadi begini ceritanya, jadi malam itu, `kan saya sengaja bikin kamuflase, cari anu itu cari SAR itu helikopter. Saya pasang di atas `kan. Jadi sebetulnya memang mereka sudah tahu di sana. Tapi, begini, itu begini juga Pak. Kita juga tidak boleh terlalu anu, nanti kalau kita tidak umumkan, salah kita Pak. Secara hukum kita seolah-olah menipu. Begitu Pak. Jadi nggak boleh kita diam-diam. T : Tapi you umumkan? J : Ndak Pak. Setelah beliau di situ, Pak. Setelah beliau berjalan baru kita beri tahu. T : Oh... begitu? J : Kalau tidak begitu... T : Sudah bilang sama Pangab dong, sudah bilang? J : Ya. T : Sudah bilang sama Pangab? J : Ya, beliau begini, kuatir sekali. Saya bilang begini. T : Sudah dijelaskan? J : Begini, beliau kuatir. Saya bilang begini. Pak, serahkan sama saya `lah. Kayaknya, percaya sama saya. Saya `kan ini sudah dapat tugas dari Bapak. Saya `kan juga sudah mengerti apa tugas saya. Jadi, anu `lah... Jadi nggak usah terlalu worry. T : Heeh... J : Akhirnya beliau mengerti. Jadi, akhirnya kita dapat mempercepat itu. Jadi, tidak sampai sore. Kalau yang lain `kan tujuh-delapan jam, Pak. Itu Bob Hasan delapan jam, tujuh jam. T : Kalau Bapaknya berapa jam? J : Tiga jam lebih. T : Ya, udah cukup? J : Iya, tapi `kan kalau cuma dua jam juga nanti orang, wah, sandiwara apa lagi nih. T : Nggak? J : Begitu, Pak. T : Oke, baik-baik ya. J : Nggih Pak. T : Ya, terima kasih? J : Ya Pak. Assalamu'alaikum. (*) (Edi)-n ----------------------------------------- copy---------------------------------------------- ______________________________________________________________________ To subscribe, email: [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Indonesia Baru: berkeadilan tanpa kekerasan!